Dokter Heni Widyastuti, janda tanpa anak sudah bertekad menutup hati dari yang namanya cinta. Pergi ke tapal batas berniat menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi pada Bumi Pertiwi. Namun takdir berkata lain.
Bertemu seorang komandan batalyon Mayor Seno Pradipta Pamungkas yang antipati pada wanita dan cinta. Luka masa lalu atas perselingkuhan mantan istri dengan komandannya sendiri, membuat hatinya beku laksana es di kutub. Ayah dari dua anak tersebut tak menyangka pertemuan keduanya dengan Dokter Heni justru membawa mereka menjadi sepasang suami istri.
Aku terluka kembali karena cinta. Aku berusaha mencintainya sederas hujan namun dia memilih berteduh untuk menghindar~Dokter Heni.
Bagiku pertemuan denganmu bukanlah sebuah kesalahan tapi anugerah. Awalnya aku tak berharap cinta dan kamu hadir dalam hidupku. Tapi sekarang, kamu adalah orang yang tidak ku harapkan pergi. Aku mohon, jangan tinggalkan aku dan anak-anak. Kami sangat membutuhkanmu~Mayor Seno.
Bagian dari Novel: Bening
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 - Niat Menolong Jadi Petaka
BRAKK !!
Pintu sebuah gubuk sederhana di sebuah desa daerah tapal batas yang berhawa sangat dingin karena letaknya dekat pegunungan, mendadak dibuka secara kasar oleh segerombolan orang. Ternyata mereka yakni warga desa yang dominan laki-laki. Membawa sapu dan batang kayu di tangan masing-masing.
Orang-orang itu akhirnya berhasil masuk. Derap langkah kaki sontak memenuhi seisi kamar sempit di gubuk sederhana itu. Sontak hal ini membuat dua orang yang dalam kondisi tanpa busana seketika terkejut bukan kepalang. Walaupun keduanya tidak benar-benar polos karena masih menggunakan pakaian dalam.
Sang pria masih belum sadar secara sempurna. Sedangkan sang wanita sejak awal dalam kondisi sadar-sesadarnya.
"Tangkap dan adili pasangan m3sum itu !!" teriak seorang warga seraya mengacungkan sebatang kayu besar. Bahkan ada salah satu diantara mereka yang membawa senjata tajam yakni berupa g0lok.
Deg...
Dalam guyuran derasnya hujan pria dan wanita yang tak memiliki hubungan apapun kini tengah diadili di depan balai desa. Wajah tampan sang pria babak belur. Akibat dihajar oleh para warga yang baru saja menggerebeknya. Padahal dirinya seorang komandan batalyon salah satu kesatuan angkatan darat yang daerah tugasnya tak jauh dari desa tapal batas tersebut.
Keduanya kini tengah berlutut dalam kondisi kedua tangan mereka terikat di belakang. Tubuh mereka basah kuyup di bawah derasnya hujan.
"Kami benar-benar tak melakukan apapun seperti yang kalian tuduhkan," sanggah sang wanita yang bernama Heni Widyastuti. Biasa dipanggil Dokter Heni, seorang psikiater atau biasa dikenal sebagai dokter spesialis kejiwaan.
"DIAM !!" teriak salah satu warga.
"Kami bisa menuntut kalian semua !" teriak sang pria yang wajahnya babak belur, Mayor Seno Pradipta Pamungkas. Ia berusaha membela diri dari tuduhan yang dilayangkan padanya dan juga wanita yang bersamanya.
Ia pernah bertemu dan sempat berkenalan hanya beberapa menit dengan wanita ini beberapa waktu yang lalu di kota lain yang sangat jauh dari tempat mereka saat ini. Kala itu ia terluka usai latihan gabungan antara prajurit angkatan darat dan udara. Dan wanita ini mengobatinya di dalam pesawat TNI AU yang tengah mengudara menuju Jakarta. Ingatan tersebut masih terekam dengan jelas oleh seorang Seno Pradipta Pamungkas.
☘️☘️
Riuh suara warga terus lantang menyuarakan keduanya dihukum yakni harus menikah agar desa tidak terkena sial. Namun Dokter Heni dan Mayor Seno terus bersikukuh bahwa mereka tidak melakukan zi*na.
Faktanya, Dokter Heni hanya menolong Mayor Seno yang mendadak pingsan di halaman depan gubuk sederhana yang menjadi hunian sementaranya semenjak dirinya bertugas di desa tapal batas. Otomatis jiwanya sebagai seorang dokter langsung bergerak menolong sang Mayor.
Hipotermia. Kondisi darurat medis yang terjadi ketika tubuh lebih cepat kehilangan panas dibandingkan panas yang dihasilkan. Kondisi ini menyebabkan suhu tubuh menjadi sangat rendah.
Ketika mengalami hipotermia, hal ini bisa memengaruhi fungsi dari jantung, sistem saraf, dan organ lainnya sehingga mereka tidak berfungsi dengan baik.
Setelah memeriksa kondisi Mayor Seno cukup parah, Dokter Heni mencoba mengatasi dengan langkah awal pertolongan namun tak membuahkan hasil. Alhasil Dokter Heni terpaksa melakukan pertolongan lanjutan dengan cara melepas seluruh pakaian Mayor Seno dan juga dirinya. Hanya menyisakan pakaian dalam saja yang masih menempel pada tubuh masing-masing.
Jika tidak segera diatasi, hipotermia dapat menyebabkan kegagalan fungsi jantung total dan sistem pernapasan. Dokter Heni tak punya pilihan lain sebab nyawa seseorang berada di ujung tanduk. Sebagai dokter dirinya wajib menolongnya.
Dirinya yang hanya mengenakan celana dalam dan b*ra pun merebahkan diri di atas tubuh Mayor Seno yang dalam kondisi hanya memakai celana dalam. Dokter Heni berniat ingin memberikan panas dalam tubuhnya pada Mayor Seno. Jika tidak segera dilakukan khawatir henti jantung.
Kepala desa tapal batas tak mampu meredam emosi para warga. Mayor Seno dan Dokter Heni semakin terpojok. Mau tak mau akhirnya pernikahan secara mendadak keduanya pun terjadi ala kadarnya. Tanpa memakai baju pengantin secara umumnya orang menikah, akhirnya mereka berdua menikah secara agama atau lebih dikenal nikah siri.
"SAH..."
Satu kata terucap dari bibir para saksi menandakan kini Mayor Seno telah resmi menjadi suami dari Dokter Heni. Uang seratus ribu rupiah yang dalam kondisi basah yakni uang tunai yang tersisa di dompet seorang Mayor Seno, menjadi mahar pernikahan mereka. Sebab, sang komandan tampan yang dikenal dingin seperti kulkas delapan pintu ini memang tipikal orang yang sangat jarang menyimpan uang tunai dalam jumlah banyak di dompet.
Gubuk yang menjadi saksi terjadinya niat hati menolong Mayor Seno dari Dokter Heni berbuah petaka kini sudah tak jelas bentuknya. Semua barang pribadi Dokter Heni dan beberapa peralatan medis porak poranda.
"Kemasi barangmu seadanya. Tak perlu bawa banyak barang. Dasar wanita, merepotkan hidup saja!" gerutu Mayor Seno dengan ucapan penuh penekanan terutama di ujung kalimatnya.
"Maaf, kamu bilang apa? Wanita merepotkan?" tanya Dokter Heni meminta penjelasan dengan sorot mata yang tegas nan tajam pada pria yang belum ada satu jam yang lalu resmi menjadi suaminya.
"Ya, apa aku salah?
"Sangat salah. Bukan aku yang merepotkan, tapi Anda yang merepotkan hidupku. Mengerti?"
"Dasar manipulatif," sindir Mayor Seno dengan sengitnya.
"Seharusnya tadi aku membiarkanmu mati saja di halaman depan rumahku. Atau sekalian dibawa binatang buas biar jadi santapan yang mengenyangkan perut mereka. Lebih bermanfaat dan enggak merepotkanku saja. Lumayan mengurangi satu manusia yang tidak tahu terima kasih di dunia ini. Huft !!" balas Dokter Heni tak terima.
"Asal kamu tahu, kehadiranmu dalam hidupku itu sebuah kesalahan. Walaupun kamu mengatakan berniat menolongku. Itu bukan urusanku. Jangan harap aku mencintaimu dan memperlakukanmu layaknya seperti istri sungguhan. Kamu sama sekali tak ada artinya. Paham!!" teriak Mayor Seno Pradipta Pamungkas yang berdiri di hadapan Dokter Heni.
Deg...
Bersambung...
🍁🍁🍁
*Bagi pembaca baru silahkan mampir dulu ke novelku judul "Bening" supaya paham mengikuti karya terbaru yang ini.💋
eh salah hamil maksudnya