Elyana Mireille Castella, seorang wanita berusia 24 tahun, menikah dengan Davin Alexander Griffith, CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Namun, pernikahan mereka jauh dari kata bahagia. Sifat Davin yang dingin dan acuh tak acuh membuat Elyana merasa lelah dan kehilangan harapan, hingga akhirnya memutuskan untuk mengajukan perceraian.
Setelah berpisah, Elyana dikejutkan oleh kabar tragis tentang kematian Davin. Berita itu menghancurkan hatinya dan membuatnya dipenuhi penyesalan.
Namun, suatu hari, Elyana terbangun dan mendapati dirinya kembali ke masa lalu—ke saat sebelum perceraian terjadi. Kini, ia dihadapkan pada kesempatan kedua untuk memperbaiki hubungan mereka dan mengubah takdir.
Apakah ini hanya sebuah kebetulan, atau takdir yang memberi Elyana kesempatan untuk menebus kesalahannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firaslfn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27: Perjalanan yang Tak Terduga
Pagi hari tiba dengan udara yang sejuk dan segar, namun ketegangan yang melingkupi Elyana dan Davin tidak dapat dielakkan. Mereka berdua tahu bahwa waktu mereka tidak banyak. Informasi yang mereka dapatkan semalam, meskipun masih kabur, membuka pintu menuju sebuah misteri yang lebih besar—misteri yang tak hanya melibatkan Ryo Kasahara, tetapi juga keluarga Griffith dan masa depan mereka.
Elyana memutuskan untuk mencari lebih banyak informasi tentang proyek yang dibatalkan itu. Pekerjaannya di perusahaan keluarga Griffith tidak pernah lebih menantang. Dengan hati-hati, ia membuka email yang pernah ia temukan di dalam arsip perusahaan—email dari seseorang yang tidak dikenal, namun mencurigakan. Isi pesan tersebut singkat: "Proyek ini akan membawa kehancuran. Jangan pernah melanjutkan hubungan apapun dengan Kasahara."
Mata Elyana terbelalak membaca kata-kata itu. Siapa yang menulisnya? Dan mengapa peringatan itu begitu mendalam?
Sementara itu, Davin yang sedang berada di ruang kerjanya mencoba menghubungi beberapa rekan lama dari keluarga Griffith yang mungkin tahu lebih banyak tentang proyek tersebut. Namun, ia merasa ada yang janggal—banyak yang tidak menjawab teleponnya, atau memberikan jawaban yang terbata-bata. Sesuatu sedang disembunyikan, dan Davin merasa bahwa dirinya telah dibutakan oleh rahasia keluarga yang terlalu lama terkubur.
Saat tengah hari, mereka memutuskan untuk bertemu di kantor Elyana, tempat yang lebih aman untuk membahas perkembangan mereka. Namun, saat Elyana melangkah keluar dari lift, matanya bertemu dengan sosok yang tidak pernah ia duga—Ryo Kasahara.
Ryo Kasahara berdiri di hadapan pintu kantor Elyana, dengan ekspresi tenang namun penuh kepercayaan diri. "Elyana," sapanya dengan suara rendah dan berat. "Akhirnya, kita bertemu lagi."
Elyana merasa darahnya berdesir. Ryo Kasahara adalah sosok yang selalu mengelilingi keluarganya dengan misteri. Ia tahu bahwa di balik sikap tenang dan dinginnya, Kasahara adalah sosok yang licik dan berbahaya. Namun, kali ini, ada sesuatu yang berbeda di matanya—sesuatu yang lebih tajam, lebih berbahaya.
"Apa yang kau inginkan, Ryo?" tanyanya, berusaha menahan diri agar tidak menunjukkan rasa cemas.
Ryo tersenyum tipis, berjalan mendekat. "Aku hanya ingin bicara. Ada banyak hal yang perlu kau ketahui."
Elyana tidak bisa mempercayainya. "Kau sudah cukup merusak hidupku, dan aku tidak ingin terlibat lebih jauh dalam permainanmu."
Ryo mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Elyana tetap tenang. "Tidak ada permainan, Elyana. Justru, aku mencoba mencegah bencana yang lebih besar. Aku sudah tahu tentang pertemuanmu dengan Alaric."
Kata-kata itu membuat Elyana terhenyak. Bagaimana Ryo bisa tahu? Ryo melanjutkan, "Alaric bukan satu-satunya orang yang tahu apa yang akan terjadi. Tapi aku, aku tahu lebih banyak. Aku tidak datang untuk mengancammu. Aku datang untuk memberi peringatan."
Elyana memutar otaknya, berusaha mencari arti dari ucapan Kasahara. "Apa maksudmu?"
Ryo menghela napas, kemudian menatapnya dengan tajam. "Keluarga Griffith bukanlah satu-satunya yang terlibat dalam proyek itu. Ada pihak lain—pihak yang lebih besar, yang memiliki rencana lebih besar. Rencana yang bisa mengubah segalanya."
Sebelum Elyana sempat merespon, pintu kantor terbuka, dan Davin muncul di ambang pintu. Melihat Ryo di sana, ekspresi Davin berubah. "Apa yang dia lakukan di sini?" tanyanya dengan nada tegas.
Ryo menatap Davin, kemudian berkata dengan suara rendah, "Aku datang untuk memperingatkan kalian berdua. Waktu kalian sudah hampir habis."
Elyana dan Davin saling berpandangan, merasakan ketegangan yang mengalir di antara mereka. Ryo bukan hanya ancaman pribadi—ia adalah bagian dari permainan yang lebih besar, dan mereka harus siap untuk menghadapinya.
"Terima kasih atas peringatannya," kata Elyana dengan suara dingin. "Tapi kami tidak membutuhkan bantuanmu."
Ryo hanya tersenyum tipis. "Kalian akan segera menyesalinya."
Dengan itu, Ryo berbalik dan berjalan keluar dari kantor, meninggalkan Elyana dan Davin dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.
Elyana memandang Davin yang kini berdiri di sampingnya. "Kita harus lebih berhati-hati," katanya, dengan suara yang lebih serius dari sebelumnya.
Davin mengangguk, namun ekspresinya tetap tegas. "Kita akan melawan semua ini bersama. Apa pun yang terjadi."
Elyana merasa ada kekuatan baru dalam dirinya. Meski misteri dan ancaman terus membayangi mereka, ia tahu satu hal: mereka tidak akan menyerah begitu saja. Dengan setiap langkah yang mereka ambil, mereka semakin dekat dengan kebenaran yang telah tersembunyi lama.
Malam itu, di dalam ruang makan yang redup di rumah, Elyana duduk berdampingan dengan Davin. Meja panjang di depan mereka dipenuhi dengan catatan, dokumen, dan peta yang menandai lokasi-lokasi yang terkait dengan proyek lama keluarga mereka. Sejak pertemuan dengan Ryo, mereka berdua tahu bahwa ancaman ini bukan sekadar soal pengkhianatan biasa, tetapi sesuatu yang jauh lebih besar.
“Davin, apakah ada hal yang kau ketahui tentang proyek itu? Tentang siapa yang bisa terlibat?” Elyana bertanya, suaranya bergetar meskipun ia berusaha keras untuk tetap tenang.
Davin menatap dokumen di tangan, seolah mencari jawaban dalam kata-kata yang tertulis di sana. “Proyek itu... ada hubungannya dengan teknologi baru, sesuatu yang bisa mengubah banyak hal. Ayahku selalu mengatakan bahwa proyek itu bisa menjadi revolusi, tapi dia juga mengungkapkan bahwa ada risiko besar.”
“Risiko besar seperti apa?” tanya Elyana, mendekat dengan penuh perhatian.
Davin menarik napas dalam-dalam. “Ada rumor bahwa proyek itu berpotensi digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Mungkin, itu adalah alasan kenapa keluarga Griffith memutuskan untuk membatalkannya. Tapi, entah bagaimana, beberapa pihak di luar keluarga kita tetap melanjutkan risikonya—mungkin itulah yang dimaksud Ryo.”
Elyana merasakan hati di dadanya berdegup kencang. Semakin dalam mereka menyelidiki, semakin besar bahaya yang mereka hadapi. Tetapi ia tahu satu hal: mereka tidak bisa mundur sekarang.
Di sisi lain kota, Ryo Kasahara duduk di dalam mobilnya, merenung dengan mata yang menatap ke luar jendela. Sebelum pertemuannya dengan Elyana, ia sudah memperhitungkan setiap langkah. Ia tahu apa yang akan terjadi jika mereka tidak bersatu. Ia memegang kunci jawaban yang mungkin bisa membantu mereka semua, tetapi menyampaikannya juga berisiko.
“Jika mereka tahu tentang apa yang aku sembunyikan, semuanya akan berubah,” bisiknya, hampir tidak terdengar oleh dirinya sendiri.
Malam terus berjalan dengan keheningan yang menyelimuti kota, tetapi di balik tirai-tirai rumah dan gedung-gedung tinggi, takdir sedang digerakkan oleh kekuatan yang lebih besar daripada yang pernah mereka bayangkan.
Keesokan harinya, Elyana dan Davin memutuskan untuk menemui beberapa orang yang dekat dengan proyek tersebut—para mantan pegawai keluarga Griffith yang mungkin masih menyimpan rahasia. Mereka harus berhati-hati. Keberhasilan mereka bergantung pada seberapa banyak informasi yang bisa mereka kumpulkan sebelum musuh mereka bertindak.
“Satu hal yang aku tahu pasti,” kata Elyana, memandang Davin dengan mata penuh tekad, “kita tidak bisa melakukannya sendirian. Kita membutuhkan lebih banyak bantuan."
Davin mengangguk, mengerti betul bahwa untuk menghadapi ancaman yang semakin besar, mereka tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan mereka sendiri. “Aku tahu, Elyana. Tapi kita harus berhati-hati. Ada orang-orang di luar sana yang tidak akan segan-segan menghancurkan siapa pun yang menghalangi mereka.”
Elyana menatapnya, mencoba membaca ekspresi wajah suaminya. Di balik ketenangan itu, ia melihat kilatan kekhawatiran. Meskipun Davin tampak tenang, Elyana tahu bahwa ia juga tengah berjuang menghadapi bayang-bayang masa lalu dan kemungkinan kehancuran yang menanti.
“Davin, ada satu orang yang mungkin bisa membantu kita. Dia seorang mantan anggota tim proyek, tapi dia keluar beberapa tahun lalu setelah mengetahui sesuatu yang mencurigakan,” kata Elyana dengan suara yang bergetar, tapi penuh semangat. “Namanya Nolan. Dia sekarang bekerja di perusahaan teknologi kecil di pinggiran kota.”
Davin mengernyit. “Nolan? Aku belum pernah mendengar namanya, tapi jika dia tahu sesuatu, kita harus menemui dia.”
Elyana mengambil napas dalam-dalam dan meraih tangan Davin. “Kita harus bersiap. Apa pun yang terjadi, kita harus menghadapi ini bersama.”
Davin menggenggam tangan Elyana lebih erat, menunjukkan bahwa ia berkomitmen pada apa pun yang harus mereka hadapi. Tanpa kata-kata, mereka saling memahami bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang membongkar rahasia, tetapi juga tentang menemukan kembali kepercayaan dan kekuatan yang pernah mereka miliki di antara mereka.
Sementara itu, di tempat yang jauh, Alaric duduk di ruangan gelap dengan layar hologram di depan matanya. Ia menyaksikan pergerakan Elyana dan Davin dengan cermat, menilai keputusan yang telah mereka buat. Di masa depan yang lebih gelap, ia tahu bahwa setiap langkah yang mereka ambil akan mengarah pada takdir yang lebih besar, dan takdir itu tergantung pada pilihan yang akan mereka buat hari ini.
“Elyana,” Alaric berbisik, matanya penuh dengan penyesalan dan harapan. “Jangan biarkan mereka menghancurkan segalanya. Percayalah pada nalurimu, dan jaga Davin. Masa depanmu bergantung pada itu.”
Mereka akhirnya tiba di perusahaan teknologi kecil tempat Nolan bekerja. Gedungnya terlihat usang, dengan cat yang mulai pudar dan plakat perusahaan yang sudah lama tak terawat. Namun, di dalam ruangan yang suram itu, mereka menemukan Nolan, seorang pria berusia sekitar empat puluhan, dengan mata yang tajam dan senyum yang nyaris tak terlihat.
“Elyana, Davin,” ucapnya, suaranya berat dan penuh perasaan. “Aku sudah menunggu kalian.”
Davin melangkah maju. “Kami mendengar bahwa kau tahu sesuatu tentang proyek itu. Apa yang sebenarnya terjadi?”
Nolan menarik napas panjang dan memandang Elyana. “Kalian sedang bermain di dunia yang sangat berbahaya. Proyek itu bukan hanya tentang teknologi, melainkan kekuasaan dan kontrol. Ada pihak-pihak yang siap mengorbankan siapa pun demi mencapainya.”
Elyana merasakan darahnya berdesir. Ini bukan hanya soal mereka; ini adalah pertarungan untuk keselamatan banyak orang. “Siapa yang terlibat?” tanyanya dengan suara yang hampir berbisik.
Nolan menatap Davin, lalu Elyana. “Keluarga Griffith bukanlah satu-satunya pemain. Ada jaringan yang jauh lebih besar, dan mereka tidak ingin hal ini terungkap. Jika kalian ingin melawan mereka, kalian harus sangat berhati-hati.”
Pernyataan itu membuat Elyana terdiam, sementara Davin mengepalkan tangan di sisi tubuhnya. Mereka tahu, dari saat itu, tidak ada jalan mundur. Petualangan yang telah mereka mulai akan mengungkap banyak rahasia yang selama ini tersembunyi—dan tidak semua rahasia itu akan membawa mereka pada jawaban yang mereka harapkan.
Malam itu, Elyana dan Davin duduk kembali di ruang makan yang kini terasa lebih berat dari sebelumnya. Informasi yang mereka dapat dari Nolan adalah permulaan dari sebuah perjalanan panjang yang penuh bahaya. Namun, di balik ketegangan itu, ada secercah harapan.
“Kita akan menghadapinya bersama, Davin. Apa pun yang terjadi, aku tidak akan pernah membiarkan kita jatuh,” kata Elyana, menatap suaminya dengan tekad yang belum pernah terlihat sebelumnya.
Davin menatapnya, hatinya dipenuhi rasa bangga dan cinta. “Aku tahu, Elyana. Kita akan melewati ini, karena kita tidak hanya berjuang untuk diri kita sendiri, tetapi untuk semua yang kita cintai.”
Mereka berdua tahu bahwa mereka sudah berada di jalan yang tidak bisa diubah. Tetapi malam itu, mereka menemukan kembali satu hal yang lebih berharga dari segalanya: kepercayaan satu sama lain.
...****************...