Pacaran bertahun² bukan berarti berjodoh, begitulah yang terjadi pada Hera dan pacarnya. Penasaran? Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ☆☆☆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB LIMA BELAS
"Ya ibu gak seru! Nanti aku tanya dia deh kalau lagi mood." gumam Hera pelan. Hera mandi karena dia harus segera bersiap pergi ke acara wisuda.
"Kamu mau kemana rapi-rapi nak?" tanya ibu Rosita yang duduk di sofa depan televisi sambil menonton.
"Acara wisuda pale hari ini bu. Aku lupa!" jawabnya. "Rika wisuda D3 ibu di kampus. Ibu mau ikut? Pasti ada mamanya Rika juga." imbuhnya sambil bertanya.
"Ibu gak diundang nak. Kamu saja pergi. Kamu gak bilang sebelumnya sama ibu?" tanya ibu Ros penuh selidik.
"Lupa bu." jawab Hera cengengesan. Dia segera bersiap karena ternyata sudah pukul 10.30. "Aku saja baru tadi malam diundang bu." imbuhnya. Hera mengambil ponselnya untuk membaca ulang pesan yang dikirim sang sahabat.
"Ya Allah bu. Ternyata besok baru wisuda, ini pesan Rika." ucap Hera heboh, dia tunjukkan pesannya pada sang ibu. Ibu Ros hanya geleng-geleng kepala saja.
"Gak fokus bacanya bu." gumam Hera lagi.
[Hera, datang ke acara wisuda ku nah. Besok acaranya, sekarang gladinya. Di gedung SR dekat Masjid Jami Tua.] itulah pesan Rika. Hanya karena kurang fokus jadi Hera pikir hari ini wisuda.
"Memang kamu yang keliru bacanya nak, ini pesannya besok katanya." ujar sang ibu sambil memberikan ponsel Hera kembali.
"Iya bu. Kurang fokus Hera bu." jawab Hera menerima ponselnya dari tangan ibu Ros. Hera berniat membalas pesan Rika.
[Ya Allah Rika. Gagal fokus ku baca pesanmu, kirain hari ini wisuda ternyata besok.] balasnya sambil ketawa sendiri.
[Ha? Kok bisa sih? Kan ku tulis disitu besok wisuda! Hari ini gladi. Mau ikut gak?] tanya Rika melalui pesan singkatnya.
[Kamu baru mau berangkat? Siang amat!] balas Hera lagi, dia sudah siap. "Daripada sia-sia sudah siap gini mending ikut Rika deh." batin Hera berucap.
"Bu, aku mau ke kampus ya! Mau ikut Rika gladi bu." pamit Hera sebelum berangkat.
"Iya nak. Hati-hati. Dimana?" tanyanya sambil menatap sang anak.
"Di Gedung SR bu, yang dekat Masjid Jami Tua bu." jawab Hera jujur. Ibu mengangguk, Hera menunggu Rika diteras rumahnya sambil memutar musik.
"Kok Aldo gak ada kabar ya!" batin Hera memegang ponselnya kembali setelah diletakkan dimeja. Hera berniat mengirim pesan kepada Aldo tapi dia jadi teringat ucapan Kak Udin malam itu.
"[Hai sayang. Apa kabar?]" pesan terkirim untuk sang kekasih. Cukup lama Hera menunggu Rika dan juga balasan pesan dari Aldo. Hera fokus mendengarkan lagu NOAH ~ Separuh Aku.
Beberapa menit Hera menunggu ternyata Rika datang dengan motor kesayangannya. Tidak lupa dia memakai helm dan membawakannya untuk Hera.
"Ayo." ajak Rika menyerahkan helm buat Hera. Hera bangkit dari duduknya ketika melihat Rika datang. Dia mencari ibunya tidak ada, mungkin di kamar, pikirnya.
"Kenapa bawa helm segala sih? Aku kan juga punya helm." tanyanya heran kepada sang sahabat. Hera mengambil helm yang diberikan oleh Rika lalu memakainya meski komplain.
"Pakai aja gak apa kok." ucap Rika santai sambil menunggu Hera memakai helm dan naik diboncengannya. Usai dengan drama helm, akhirnya mereka berangkat ke kampus.
"Gitu kan enak. Pegangan." ucap Rika mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang. "Nanti kamu mau ikut ke gedung?" tanya Rika saat fokusnya pada mengemudikan kuda besinya.
"Kasih turun aku di kampus dulu ya! Aku mau ambil buku yang dipinjam temanku." jawab Hera beralasan. Dia berencana mencari Aldo karena beberapa hari tanpa kabar.
"Okey." jawab Rika singkat. Perjalanan hanya ditempuh selama dua puluh menit jika tanpa hambatan, tiba di depan kampus Kurnia Jaya. "Mau aku temani?" tanya Rika saat berhenti depan kampus.
"Gak perlu kok. Ini helm kamu bawa gih di motor." ucap Hera turun dari motor dan membuka helm yang Rika bawa dari rumah. "Nanti aku nyusul ke sana kalau ada ku temani okey." ujar Hera supaya Rika segera ke gedung.
"Ya sudah kalau gitu." ucapnya mengambil helm yang disodorkan Hera kepadanya. Dia simpan helmnya didepan boncengannya lalu melajukan kembali roda duanya. "Aku duluan ke gedung ya!" pamitnya sebelum pergi.
Hera mengangguk sambil melambaikan tangannya melihat kepergian Rika menuju gedung menggunakan motor. Perjalanan dari kampus ke gedung wisuda atau SR sekitar sepuluh menit.
Tiba di kampus, Hera mengecek ponselnya dan ternyata ada pesan dari kekasihnya.
"[Hai juga sayang. Maaf ya aku sibuk akhir-akhir ini]" balas Aldo. Hera hanya menghela nafas kasar.
Hera ingin bertemu Aldo untuk menanyakan kebiasaan atau aktivitasnya di luar kampus.
"[Bisa ketemu gak? Aku di kampus nih]" balas Hera pada Aldo. Dia menelusuri jalanan menuju ruang kelasnya.
Setibanya di depan kelas, ternyata ruang kelasnya ditempati oleh juniornya untuk belajar. Hera menuju Perpustakaan. Dia juga selalu mengontrol ponselnya untuk menerima balasan dari Aldo.
"Loh itu Aldo, sama siapa ya?" batin Hera bertanya-tanya. Dia melihat Aldo bersama dengan satu orang wanita seusianya dan satu lagi laki-laki lebih tua dari Aldo. Mungkin seniornya, pikir Hera.
Hera berniat mendekat untuk menyapa, tapi siapa sangka jika dia harus mendengar kenyataan bahwa.
"Kamu sudah lama juga pacaran dengan Hera. Kamu tulus gak sayang dengannya?" tanya laki-laki disamping Aldo. Mereka duduk di gazebo kecil karena hanya ada tiga kursi dan satu meja bundar.
"Iya kami pacaran sudah cukup lama. Sebenarnya sayang sih tapi kamu tahu sendiri kan jika aku harus bekerja sama dengan temanku yang apoteker itu untuk membuat Klinik." jawab Aldo ambigu.
"Apa maksudnya?" batinnya, Hera memang sempat dengar jika Aldo membangun bisnis Klinik salah satunya di Kota P. Tapi dia tidak pernah tahu secara mendetail.
"Sebenarnya itu hanya menutupi hubunganku dengannya. Dia memaksaku untuk berpacaran." jawab Aldo berat. Dia begitu susah bernafas karena sejujurnya dia sayang tulus dengan Hera tapi keadaan memaksanya untuk menerima lelaki itu.
Hera yang mendengar membekap mulutnya, dia tidak menyangka jika kekasih selingkuh dengan laki-laki. "Atau jangan-jangan aku lah selingkuhannya?" batin Hera, matanya berkaca-kaca. Sungguh miris sekali.
"Jadi apa keputusanmu selanjutnya Aldo?" tanya perempuan yang ada disitu juga. Aldo hanya mengedikan bahunya.
"Sebaiknya kamu putuskan hubungan tidak sehatmu dengan lelaki itu. Kamu tahu Aldo, kita ini manusia normal diciptakan berpasangan. Ada laki-laki dan perempuan, ada siang dan malam, ada langit dan bumi, masih banyak lagi. Kamu mau menyakiti kekasihmu?" tanyanya.
Aldo menggeleng, dia bingung, bimbang. Masalahnya Klinik telah berjalan, hanya lelaki itu membuat ulah dengan memasukkan karyawan lelaki baru di Klinik tanpa pembicaraan.
"Ini jadikan alasan terkuatmu mengakhiri hubungan dengannya." ucap lelaki teman Aldo bijak. Dia menyerahkan beberapa foto tentang perselingkuhan teman lelaki Aldo dengan teman lainnya, Aldo mengangguk setuju.
cocok