Yang bocil minggir dulu ya🙃
Sinopsis 👇
Mina tidak tahu ada apa dengan hubungan kakak dan kakak iparnya. Di luar mereka tampak baik tapi sebenarnya mereka menyembunyikan sesuatu.
Berawal dari penasaran, Mina memutuskan menyelidiki keduanya. Ternyata benar. Di apartemen tempat tinggal mereka, mereka bahkan tidur terpisah. Mina yang dasarnya mulut ember itu ingin melapor ke mamanya. Sayangnya sebelum berhasil, ia ketahuan oleh Foster, kakak iparnya.
Dan yang tidak pernah Mina duga, Foster malah memaksanya bermain api dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 32
"Laki-laki bajingan! Suka banget mainin cewek!" umpat Mina kesal. Ia tidak tahu kenapa dia marah. Apakah itu cemburu atau hanya kesal karena sifat playboy akut kakak iparnya. Bagaimana bisa kak Iren mau menikahinya?
"Dia bisa main-main dengan perempuan lain, tapi aku malah diancam nggak boleh jalan sama cowok lain. Huh! Maunya menang sendiri, dasar egois!" gadis itu tak berhenti-berhenti mengoceh kesal. Ia terus kepikiran ciuman Foster dengan wanita asing tadi. Dan semakin memikirkan hal itu, ia semakin merasa kesal.
"Lebih baik aku pulang ke rumah mama papa aja!" kata Mina lagi. Ia terus bicara sendiri dengan raut wajah gondok, pada akhirnya ia memutuskan pulang ke rumah orangtuanya. Mumpung kak Iren belum pulang dan kakak iparnya masih rapat, ia akan menggunakan kesempatan ini untuk kabur pulang ke rumah.
Sekitar empat puluh menit, mobil yang Mina naiki akhirnya sampai ke rumah orangtuanya. Mamanya ada di rumah ternyata.
"Mamaa, aku kangeen ..." seru Mina begitu melihat mamanya sedang duduk diruang santai. Ia langsung berhambur memeluk sang mama.
"Sayang, kamu datang sama siapa?" Mamanya menyambut pelukan Mina tapi tetap bertanya.
"Naik taksi."
"Loh, kakak sama kakak ipar kamu nggak anterin?"
Pelukan Mina terlepas. Sedikit bete begitu mendengar kakak iparnya disebut.
"Mereka nggak ada di rumah waktu aku pulang ma. Aku nggak pengen gangguin mereka, jadi aku nggak kasih tahu kalau aku mau pulang." katanya malas.
"Tapi kalo mereka pulang dan sadar kamu nggak ada di rumah, mereka bisa panik sayang. Setidaknya telpon mereka kasih tahu. Lain kali jangan begitu lagi. Kamu tuh anak perempuan, cantik lagi. Gimana kalo tiba-tiba ada yang berbuat nggak baik sama kamu di jalan."
"Nggak apa-apa, itu doang. Mina kan udah besar mama, udah bisa jaga diri sendiri. Oh ya, mama tahu nggak, aku kok ngerasa hubungan kak Iren sama kak Foster aneh." kata gadis itu. Mamanya menatapnya bingung.
"Aneh gimana?"
"Jadi gini. Mereka tuh suami istri, tapi kamar mereka terpisah. Kak Foster tidur di lantai atas, sedang kak Iren dilantai bawah. Kak Iren kayaknya ada cowok lain, dan bahagia sama cowok itu, sedang kak Foster udah tahu kak Iren jalan sama cowok lain tapi malah biasa aja. Yang lebih para lagi kak Foster dia ..."
Main gila denganku dibelakang kak Iren.
Mina tidak berani melapor tentang apa yang sudah dia lakukan dengan kakak iparnya dibelakang kak Iren pada sang mama. Tentu saja karena ia takut, takut mama dan papa akan kecewa, takut kak Iren akan marah karena merasa dikhianati. Posisinya sudah jadi serba salah sekarang. Tapi godaan kak Foster ketika menyentuhnya membuat dia tidak berdaya.
"Foster kenapa?" mamanya menatapnya penasaran. Wanita tua itu merasa biasa saja dengan penuturan Mina. Toh dia kan memang tahu mereka bukan pasangan beneran, hanya kawin kontrak. Tapi Mina belum boleh di kasih tahu. Mereka sudah sepakat karena tahu mulut Mina sering ember, bagaimana kalau gadis itu tidak sengaja cerita ke teman-temannya? Bisa bahaya. Jadi waktu Iren menikah Mina memang sengaja nggak di beritahu.
"K ... kak Foster cuek banget sama kak Iren, pokoknya nggak kayak suami pada umumnya."
"Udahlah sayang, biarin aja. Itu urusan mereka. Kamu nggak usah terlalu kepo."
"Cih," Mina berdecih. Mamanya nggak asyik. Kan dia lagi mood banget pengen jelek-jelekin kakak iparnya yang biadab itu.
"Ma, aku nggak pengen tinggal di rumah kak Foster sama kak Iren lagi. Mama tolong bantu aku bilang ke mereka ya." pintanya kemudian.
"Nggak bisa sayang. Mama sama papa mau ke luar kota lagi. Kali ini kita pergi dua minggu. Mama juga udah liburin semua pembantu. Emang kamu berani tinggal di rumah sendirian?"
Mina menggeleng.
"Tuh kan. Tinggal aja sama kakak kamu sampe magang kamu selesai. Jangan merengek kayak anak kecil gitu. Kakak kamu sayang banget loh sama kamu, kalo kakak kamu tahu kamu nggak mau tinggal sama dia, nanti kakak kamu sedih."
Huffttt ...
Mina menghembuskan napas panjang. Ia tidak dapat berkata-kata lagi. Benar kata mamanya. Tapi masalahnya dia sudah khianatin kak Iren. Apa dia mengaku saja? Nggak, nggak! Mina terlalu takut. Itu sangat memalukan. Sudahlah, otaknya sudah penuh seharian ini. Lebih baik tidur saja.
"Ya udah ma. Tapi dua hari ini aku pengen tidur di rumah dulu. Aku balik ke kamar ya, da mama." ucapnya lalu beranjak ke kamar. Meninggalkan mamanya yang hanya menggeleng-geleng kepala. Putrinya yang satu itu memang beda jauh sama Iren anak sulungnya. Dibanding Iren yang sangat mandiri, Mina jauh lebih manja dan bergantung sekali sama mereka.
***
Di tempat lain, Foster kelimpungan. Habis rapat ia langsung pulang. Tapi ia tidak mendapati keberadaan Mina dimana-mana. Gadis itu tidak ada dalam kamarnya, tidak ada di balkon, ruang tamu ataupun dapur. Pria itu sudah menelpon berkali-kali tapi telpon Mina tidak aktif.
"Bangsat!"
Makinya menghembuskan napas kasar.
"Kemana dia?" Pria itu mengusap wajahnya gusar. Lalu ia turun ke dapur untuk minum. Mulutnya sudah kering.
"Foster, kau kenapa?"
Iren tiba-tiba muncul, menatap pria itu dengan heran.
"Tidak apa-apa." balas pria itu datar. Iren tertawa geli. Alih-alih penasaran, ia lebih merasa lucu melihat ekspresi Foster. Sepertinya berhubungan dengan Mina. Pantas saja Mina pulang ke rumah orangtua mereka.
"Kau bertengkar dengan Mina?"
Foster melirik Iren.
"Bagaimana kau tahu?"
"Keliatan sekali dari wajahmu." ujar Iren. Foster meneguk air putih di gelas yang dia pegang dengan kasar.
"Oh iya, tadi mama menelponku. Katanya Mina pulang ke rumah. Ia akan tidur di sana dua hari. Aku cuma mau bilang itu karena sepertinya kau sedang mencarinya."
Akhirnya terjawab sudah. Ternyata gadis itu pulang ke rumahnya. Foster lega. Setidaknya ia tahu Mina sudah aman sekarang.
lanjut
lanjut
lanjut
Saingannya berat Pak Agam