Di paksa ikut ke salah satu club malam, Amara tidak tahu jika ia di jadikan barang taruhan oleh kakak tirinya di atas meja judi. Betapa hancurnya hati Amara karena gadis berusia dua puluh tiga tahun harus ikut bersama Sean, seorang mafia yang sudah memiliki istri.
Amara di jadikan istri kedua oleh Sean tanpa sepengetahuan Alena, istri pertama Sean. Tentu saja hal ini membuat Alena tidak terima bahkan wanita ini akan menyiksa Amara di saat Sean pergi.
Seiring berjalannya waktu, Sean lebih mencintai Amara dari pada Alena. Hingga suatu hari, ada rahasia yang terbongkar hingga membuat Sean menceraikan Alena dan membuat Amara menjadi istri satu-satunya kesayangan Sean.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31
"Selamat pagi sayang ku," ucap Sean dengan senyum lebarnya lalu mengecup kening istrinya.
"Tumben ada adegan sama seperti di drama?" Tanya Amara dengan suara serak khas bangun tidur.
"Tidak romantis di protes, di beri yang romantis juga protes. Perempuan satu ini maunya apa?"
Sean menggerutu.
"Jangan marah, aku hanya bingung saja dengan sikap mu pagi ini."
"Jam berapa sekarang?" Tanya Sean lalu pria ini sibuk mencari jam di kamarnya. "Oh, setengah enam pagi. Sayang, kita main yuk!"
"Tidakkah kau lihat wajah ku masih lebam?"
"Yang lebam wajah mu, bukan anu mu!"
"Sebenarnya aku rindu mendesaah bersama mu," ucap Amara dengan polosnya.
"Kalau begitu, mari mendesaah bersama ku." Sahut Sean yang langsung menindih tubuh istrinya.
Pagi-pagi memang waktu yang cocok untuk bercocok tanam. Apa lagi sekarang musim hujan jadi, Sean betah berlama-lama dalam hal seperti ini.
Pukul delapan pagi, Sean dan Amara keluar untuk sarapan setelah itu Sean pergi mengajak istrinya ke markas.
"Itu kak Darwin?" Tanya Amara tidak percaya saat melihat keadaan Darwin yang sangat mengenaskan.
"Hem, apa kau puas melihat dia seperti itu?" Sean bertanya balik.
"Kenapa tubuhnya penuh dengan sayatan seperti itu?" Tanya Amara sedikit merinding.
"Dia pemakai, wajar jika dia seperti itu. Apa kau ingin melihat ibu tiri mu?"
"Ada juga?"
"Ada, di sebelah sana!"
Sean mengajak ke kurungan paling ujung. Amara bisa mendengar suara isak tangis yang tidak asing di telinganya.
Marta menoleh ke arah Amara, wanita ini langsung berdiri hendak menyerang Amara, tapi tidak bisa karena terhalang jeruji besi.
"Anak sialan, lepaskan kami...!" Pinta Marta.
"Dari pada melepaskan kalian yang akan membuat hidup ku menderita lagi, lebih baik kalian menjadi santapan buaya milik suamiku." Sahut Amara membuat Sean sedikit terkejut. Sean tak menyangka jika Amara memilik pemikiran psikopat seperti ini.
"Seharusnya kau mati, Amara!"
"Apa iya?" Goda Amara. "Jika dulu kalian bebas menyiksa ku, tapi sekarang ada suamiku yang akan membela ku!"
"Cepat lepaskan kami...!" Jerit Marta.
"Seharusnya aku membuat kepala mu berdarah dulu," ucap Amara dengan suara dinginnya. "Apa kau masih ingat di saat kau melempar ku dari lantai dua sampai kepala ku berdarah?"
"Kau ingin dia merasakan hal yang sama seperti mu, sayang?" Tanya Sean.
"Jauh lebih sakit dari ku, mereka pernah membuat ku tidak bisa berjalan." Jawab Amara.
"Pergilah ke neraka wahai anak durhaka!" Jerit Marta lagi.
"Sebelum aku, kalian yang akan pergi ke neraka dulu!" Sahut Amara kemudian beranjak pergi dari sana.
Langkah Amara terhenti saat ia berada di depan ruangan tertutup milik Alena. Amara meminta untuk di buka, ia sengaja ingin melihat keadaan madunya itu.
"Amara, kemana saja kau? Kenapa kau baru datang sekarang? Kau sudah janji untuk membantu ku keluar dari tempat ini," ucap Alena dengan suara bergetar.
"Maaf, aku tidak bisa menepati janji ku. Aku berada di pihak suamiku sekarang," sahut Amara membuat Alena terkejut.
Ingin sekali Alena berlari keluar, tapi kedua kakinya terasa lumpuh karena sejak kemarin ia belum di beri makan.
"Aku mencintai istriku, jadi wajar jika Amara berada di pihak ku sekarang." Kata Sean yang baru saja masuk.
"Sean, lepaskan aku!" Pinta Alena memohon.
"Pengkhianatan mu jauh lebih sakit dari apa yang kau rasakan sekarang. Kau berada di pihak musuh, Alena. Kenapa aku harus melepaskan sebelum kau menjawab pertanyaan ku itu."
Sean mengajak Amara keluar dari sana. Sebenarnya Amara merasa kasihan melihat keadaan Alena, tap mengingat perempuan itu pernah menghajarnya, mendadak hilang rasa kasihan Amara.
"Tuan, malam ini ada transaksi senjata api ilegal. Di gagalkan atau tidak?" Tanya Daren.
"Di mana transaksinya?" Sean bertanya balik.
"Di tengah sungai, di dekat muara. Mereka akan melakukannya malam ini sekitar pukul dua dini hari."
"Ada adegan tembak menembak gak?" Tanya Amara?"
"Sudah pasti ada," jawab Daren.
"Sayang, aku mau ikut kau menggagalkan transaksi itu. Aku penasaran dengan cara kerja mu!"
"Sayang, transaksi di lakukan di tengah sungai mana airnya deras pula. Aku tidak ingin kau kenapa-kenapa."
"Aku mau ikut, aku ingin belajar menjadi kuat sama seperti mu."
"Istri tuan agak lain," bisik Dompu pada Daren.
"Sayang, dia mengatai ku!" Adu Amara.
Sean langsung melirik tajam pada Dompu.
"Carikan aku masalah yang lain asal jangan di tengah sungai. Biarkan itu menjadi pekerjaan Leon!"
"Ada, transaksi minuman keras ilegal anatar geng teratai hitam dengan clubs night life. Bagaimana?"
"Di mana?"
"Di gudang tua ujung kota. Menurut informasi sekitar lima ratus ribu botol!" Jelas Daren.
"Sedikit, tapi aku ambil yang itu saja!" Kata Sean.
"Sayang, aku ingin pistol yang keren." Pinta Amara.
"Kau ini, pistol ku saja apa tidak cukup hah?"
Mendengar ucapan Sean, Daren dan Dompu langsung membuang pandangannya.
Amara menarik tangan suaminya, mengajak Sean keluar dari markas.
"Di depan anak buah mu, bisa-bisanya kau berkata seperti itu. Apa tidak malu?"
"Aku kelepasan, lagian kamu sih...!"
"Ayo ke danau, kau belum pernah mengajak ku secara pribadi ke sana." Ajak Amara.
"Hem, iya...iya....!"
Mau tidak mau Sean harus mengajak Amara pergi ke danau. Entah kenapa rasa penasaran Amara semakin besar pada suaminya. Di saat melihat orang lain di siksa, Amara sama sekali tidak pernah takut, hal ini tentu saja membuat Sean merasa heran.
"Aku paham kenapa kau membuat danau berisi buaya lalu membuang semua mayat ke tempat ini. Kau ingin menghilangkan jejak bukan?" Tebak Amara.
"Nalar mu sangat panjang, ayo pergi dari sini." Ajak Sean.
"Kenapa terburu-buru? Sebentar lagi, aku ingin menikmati indahnya danau ini."
"Tempat ini angker, ayo cepat. Sebelum para hantu keluar," ucap Sean menakuti.
Bulu kuduk Amara merinding, perempuan ini langsung menarik tangan suaminya mengajak pulang ke mansion. Amara memeluk Sean begitu erat, ternyata ia takut pada hantu.
"Bisa-bisanya aku masuk ke dalam hutan ini sendiri. Kenapa aku baru sadar jika tempat ini angker?" Amara menggerutu sepanjang perjalanan pulang.
"Makanya, gak usah sok penasaran. Kalau kamu kenapa-kenapa, aku juga yang repot." Sahut Sean.
"Kau adalah laki-laki yang penuh teka teki dan rahasia. Wajar jika aku penasaran. Jika aku menikah dengan lelaki biasa mungkin tidak akan seperti ini."
Sean menghela nafas panjang, ada saja jawaban yang keluar dari mulut istrinya. Sesampainya di mansion, Amara bergegas mandi karena ia tak mau ada arwah penasaran yang mengekor di belakangnya. Sean hanya bisa tertawa melihat tingkah lucu istrinya.
baga bgt deh menurut aku
baca chat story aku judul nya takdir cinta emma sampai episode 3 aja sampai selesai
oke semngat kak