NovelToon NovelToon
Benang Merah Penyihir Kolot

Benang Merah Penyihir Kolot

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Mengubah Takdir / Penyeberangan Dunia Lain / Pembaca Pikiran
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Gaurika Jolie

Sudah tamat^^
Difiar Seamus seorang penyihir penyedia jasa pengabul permintaan dengan imbalan sesuka hatinya. Tidak segan-segan Difiar mengambil hal berharga dari pelanggannya. Sehingga manusia sadar jika mereka harus lebih berusaha lagi daripada menempuh jalan instan yang membuat mereka menyesal.

Malena Safira manusia yang tidak tahu identitasnya, pasalnya semua orang menganggap jika dirinya seorang penjelajah waktu. Bagi Safira, dia hanyalah orang yang setiap hari selalu sial dan bermimpi buruk. Anehnya, mimpi itu merupakan kisah masa lalu orang yang diambang kematian.

Jika kalian sedang putus asa lalu menemukan gubuk tua yang di kelilingi pepohonan, masuklah ke dalam penyihir akan mengabulkan permintaan kalian karena mereka pernah mencicipi rasanya ramuan pengubah nasib yang terbukti ampuh mengubah hidup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gaurika Jolie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan Kedua Benang Merah

Siang bolong biasanya di kantor melawan kantuk sekarang harus menahan diri agar tidak mengeluhkan betapa panasnya terpapar sinar mentari.

Safira dilempar menawarkan produk skincare milik istri pemilik bank setelah melihatnya menawarkan kredit bank ke pada nasabah tidak sesuai prosedur karena menawarkan sesuka hati. Maka dari itu istri pimpinan mengambilnya dari bank karena lebih cocok kerja jadi sales skincare-nya.

Suara klakson mengganggunya, apalagi desak-desakan melewati jalan pusat belanja yang berisi orang-orang berlalu lalang menghamburkan uang. Batin mereka seolah tersambung sehingga kepala Safira ingin meledak mendengar isi hati mereka.

“Bagaimana caranya biar aku nggak bisa mendengar pikiran mereka? Bisa aja membaca pikiran lewat tatapan mata, kalau begini bikin gila!”

Pikirannya tidak fokus karena mendengarkan batin seseorang dan mengikuti arah pandangnya setelah mengatakan ada toko yang lagi diskon besar-besaran. Sontak Safira mengikuti orang itu, tetapi dirinya tidak melihat sekitar sehingga ditabrak orang dari belakang. Orang itu sama sekali tidak melihatnya atau minta maaf, begitu juga Safira yang hanya diam saja.

“Aku nggak bisa mendengar batin mereka lagi!” ucap Safira langsung mengikuti orang yang menabraknya tadi. Berada di dekat orang itu dirinya bagaikan manusia normal yang hanya bisa mendengar batinnya.

Sayangnya, keramaian membuat Safira kehilangan arah. Untung saja dia berhasil menyalip orang di depannya hingga bertemu dua orang laki-laki yang kemungkinan menabraknya. Sebelah kanan orang yang memakai kaos dimasukkan ke dalam celana panjang senada dengan bajunya, sebelah kiri memakai setelan jas hitam.

Badan mereka sama-sama tegap dan tinggi sehingga Safira yakin orang yang dia cari berada di sebelah kiri.

Safira langsung bingung setelah dua orang itu belok ke arah yang berlawanan sehingga dia mengikuti hatinya belok ke kiri. Seketika batinnya kembali berisik setelah melewati gang yang dipenuhi banyak orang.

“Berarti orang tadi bisa jadi tameng batinku dengan banyak orang.” Safira hendak putar arah, tetapi seseorang memanggilnya.

Safira mencari orang itu ternyata ada sekumpulan ibu-ibu tengah duduk di kursi panjang. Lantas Safira menghampirinya. “Selamat siang, cantik-cantik lagi kumpul bahas apa? Nggak mau pada beli skincare?”

Mereka mengejek satu sama lain setelah Safira duduk salah satu dari mereka menunjukkan sebuah foto dari ponsel. “Ini persis seperti kamu. Kita sering lihat kamu sekitar sini dan ingat foto itu.”

“Ah, yang benar?” Safira tidak heran lagi karena banyak orang yang mengatakan hal yang sama.

Pemilik ponsel menyerahkan foto itu agar Safira bisa melihat. Safira hanya mengintip dan merasa jika orang itu bukan yang biasanya, melainkan orang baru yang memang memiliki wajah sama.

“Dia siapa? Caca?” Safira heran ada orang baru yang memiliki wajah tidak jauh beda darinya.

“Dia biduan dangdut yang terkenal di jamannya!”

‘Dari sekian banyak orang yang wajahnya sama sepertiku di masa lalu, kenapa hanya diriku yang menjadi orang biasa penuh kesialan?’ batin Safira yang berusaha menerima kenyataan.

Orang di samping Safira mencolek bahunya. “Kamu siapa? Time traveler? Mata-mata dari masa depan atau kelinci percobaan eksperimen?”

“Iya, bisa aja kamu mata-mata dari masa lalu yang berusaha memperbaiki masa depanmu, kan?”

Perlahan Safira tertawa karena dugaan mereka yang menurutnya tidak masuk akal. Safira pun menyuruh mereka mendekat. “Aku aslinya pahlawan super. Aku nggak tau siapa orang itu mungkin aja itu diriku dulu yang lagi nyamar jadi biduan aslinya lagi memburu penjahat. Nah, ingatanku hilang setelah melawan penjahat. Jadi, kenapa wajahku sama seperti orang itu karena pahlawan super umurnya panjang!”

Sontak Safira mendapatkan pukulan dari mereka. Safira hanya bisa tertawa melihat reaksi mereka yang mengejeknya gila.

“Mana ada pahlawan super!”

“Makanya itu, mana mungkin aku time traveler. Kalau iya nggak mungkin panas-panasan kerja cari uang. Lebih baik hidup di masa depan yang alat-alatnya canggih.”

“Ada benarnya anak muda seperti kamu mana mau panas-panasan di jalan,” sahut orang di sampingnya yang disetujui semua orang.

“Maka dari itu, dari pada pusing mikirin aku, lebih baik bantu aku aja. Kalian jadi cantik, aku dapat target,” saran Safira seraya mengeluarkan produk untuk dia tawarkan ke mereka.

Ketika mau menjelaskan nama produknya, salah satu dari mereka mengajak foto. Safira menurutinya agar tidak ada komplain dari pelanggan lagi.

“Kamu cantik ya kalau dilihat-lihat,” sahut orang yang melihat hasil foto setelah mereka selesai meminta foto.

Safira duduk mengeluarkan sample produknya. “Karena aku rajin pakai skin care ini. Udah murah, BPOM, aman untuk ibu hamil dan menyusui. Hasilnya juga cantik natural, terutama sun screen-nya nggak ngedempul karena dari gel ringan banget.”

“Berapa sepaket?”

“Kalau semua 400 ribu, paket krim malam, siang, toner, sama pencuci wajah, udah termasuk sun screen-nya,” jawab Safira yang menunjukkan wajahnya. “Wajah keberuntungan ini, jarang ada wajah yang sama seperti biduan dangdut itu.”

“Keajaiban banget, ya? Jadi iri.”

“Cukup rawat aja biar yang lihat pangling, Bu. Nanti orang-orang yang iri sama kalian, nggak usah iri sama wajahku,” suruh Safira lalu mengacungkan kedua jempolnya.

“Aku mau coba satu paket dulu kalau cocok dan ada hasilnya bakalan nyetok di rumah. Soalnya skincare di rumah nggak ada hasilnya.” Orang itu mengeluarkan dompet yang buat Safira senang.

Dirinya tidak perlu menjelaskan panjang lembar cukup merayu pelanggannya, entah apa yang buat dirinya jago merayu dari pada cari muka dan perhatian.

“Kalian mau perubahan juga nggak seperti Ibu ini? Harganya lebih murah daripada sales lain. Masa nggak mau beli produk dari orang yang wajahnya sama seperti di foto,” bujuk Safira seraya menepuk pundaknya.

“Mau dong. Kebetulan belum pernah pakai skincare apapun. Kali aja cocok,” kata ibu berambut pendek itu.

“Aku juga mau dong kalau murah.”

Safira tersenyum puas karena dia sudah menaikkan harga sedikit dari harga aslinya. “Sekalian untuk setok, Bu. Susah cari aku, loh.”

“Mana ada! Tiap seminggu sekali selalu lihat kamu!”

Safira tertawa lalu setelah melayani mereka yang membeli skincare sehingga sebentar lagi dia akan mendapatkan target penjualan. ‘Sekali-kali kerja ada pencapaiannya!’

“Terima kasih, Ibu-Ibu. Semoga cocok dan langganan. Aku pamit lanjut ke tempat lain,” pamit Safira seraya melambaikan tangan.

Mereka pun membalas lambaian tangan. “Hati-hati. Semoga habis.”

Sebelah matanya berkedip lalu pergi membawa tas di depan dada. Dia melihat produk jualannya tinggal sedikit. “Ini mah tinggal beberapa jam lagi habis.”

Suara klakson motor dari belakang mengejutkannya, apa lagi motor itu lewat jalan jembatan yang khusus pejalan kaki. Mau tidak mau Safira mengalah setelah disuruh minggir.

Tubuhnya menempel besi pembatas jembatan, teledornya tasnya masih terbuka sehingga semua barang yang ada di dalamnya jatuh ke sungai termasuk uang penjualan hari ini.

Plung!

Rambut kepalanya dia jambak agar sadar. “Gimana ini?”

“Hey! Orang bodoh nggak berpendidikan! Kalau mengendarai motor itu di jalan!”

Karena tidak ada manfaatnya, dia segera turun mencari cara agar bisa menyelamatkan produknya juga uang penjualan. Sayangnya, aliran sungai itu cukup deras, apalagi tidak ada pinggir sungai.

Namun, Safira tetap berusaha mencari cara dengan melihat ke bawah berharap ada jalan, tetapi yang ada hanya air. Lantas Safira menghela napas pasrah. “Gaji sebulan nggak cukup buat ganti rugi.”

“Memang aku nggak boleh bahagia berlebihan berakhir seperti ini, kan?"

"Sialan!”

Safira hanya bisa jongkok merenungkan “Bagaimana membuang kesialan yang semakin parah ini?”

Berulang kali Safira mengeluh meratapi masalah yang terjadi. Ketika dirinya melihat sungai, ada perasaan aneh yang dia rasakan. “Aku ingin mengikuti arus itu yang terlihat nggak ada satupun yang menghalangi jalannya.”

Kakinya hendak naik ke pembatas jembatan, tetapi ada teriakan orang disusul gonggongan anjing.

“Pergi nggak dasar anjing!”

“Woy! Udah dibilangin aku bukan pelakunya!”

Perlahan kakinya turun karena ingin tau ada kehebohan apa sampai laki-laki itu meneriaki anjing yang juga terus menggonggong. Dirinya mencari suara itu yang berasal dari balik tebing sungai. Laki-laki itu memanjat pohon yang di bawahnya ada anjing yang menunggunya turun.

Secepatnya Safira mengusirnya dengan gonggongan yang keras. Dia asal menggonggong agar anjing itu takut. Benar dugaannya, anjing itu langsung pergi sehingga laki-laki itu langsung turun.

“Makasih,” ucapnya lalu membersihkan bajunya. “Oh, aku tadi lihat kamu!” sambungnya seraya menunjuk Safira dengan yakin.

“Di mana?”

Laki-laki itu ternyata Samuel. Dia melihat Safira di jalan setelah Difiar menabraknya karena buru-buru memastikan dirinya tau kriteria calon asisten di bar nanti. Tentunya Samuel mengerti yang diharapkan Difiar daripada nanti berurusan sama kementerian sihir.

Tidak ada jawaban, Safira memaksa, “Lihat di mana? Kasih tau nggak!”

Samuel hanya tertawa tanpa menjelaskan kejadian sebenarnya. Dia mengalihkan pembicaraan, “Aku ada trauma sama anjing. Waktu kecil pernah digigit. Sakit banget!”

“Oh,” jawab Safira lalu pergi begitu saja.

Merasa membuat wanita cantik itu marah, Samuel merasa menyia-nyiakan kesempatan berharga. Dirinya tertarik dengan wanita yang baru dia temui. Lantas dia mengejarnya sampai berdiri di depannya.

Mereka bertatap-tapan sehingga Safira mundur beberapa langkah. “Bisa minggir nggak?”

Samuel memberikan kartu tanda pengenal milik Difiar yang hanya bisa dibaca oleh penyihir atau keturunan dunia sihir. Tentunya dengan bangga Samuel pamer seolah dirinya seorang pemilik bar. “Kamu mau kerja di tempatku? Gajinya sampai dua digit.”

Mendengar gaji yang cukup fantastis itu Safira tergiur. “Kerja apa itu?”

“Baca aja ini.”

“Punya kamu?” Safira mengambil setelah Samuel mengangguk.

Alis Safira berkerut setelah melihat selembar kertas itu kosong. Samuel menahan tawanya karena tahu Safira akan bertanya perihal kertas itu yang kosong.

“Wah, keren bisa muncul tulisannya.”

Samuel tercengang mendengar perkataan Safira. “Yang benar? Hey, jangan bohong. Katamu kertasnya tadi kosong, kan? Lihat baik-baik.”

“Iya, tadi kosong. Terus muncul tulisan seperti sulap,” jawab Safira yang masih kagum dengan keajaiban kertas itu. “Pakai aplikasi apa?”

Jari Samuel menunjuk kertas itu. “Kalau kamu bisa lihat coba baca.”

“Difiar Seamus? Kayak pernah lihat kamu, deh.” Safira menatap lekat pria itu, namun dia sadar jika ada sedikit ejekan. “Hey, aku sekolah bertahun-tahun tentunya bisa baca! Mau aku bacakan semuanya?”

Secepatnya Samuel merebut kartu itu agar Safira tidak membaca lebih banyak rahasia tentang identitas penyihir, apalagi tentang bar penyihir yang bisa saja bocor. Samuel merutuki kesalahan karena memberikan kartu itu kepada manusia, seharusnya penyihir yang ada di dunia sihir sesuai yang Difiar suruh, karena keisengannya hampir saja bar itu diketahui manusia yang bukan target penjualannya.

“Kenapa kamu bisa baca? Siapa kamu?” Samuel menatap Safira penuh tanda tanya seolah bukan manusia biasa.

“Aku? Kata orang sih parasku bagaikan malaikat,” jawab Safira lalu tertawa. “Udah aku bilang kalau aku ini juga sekolah jadi bisa baca!”

“Benar, kamu seperti malaikat.”

Seketika Safira ingat sesuatu. “Sekilas aku baca tadi--Bar Penyihir? Itu bar penyihir yang bisa mengabulkan permintaan, kan?”

Saat Safira mau memastikan lagi, kartu yang dibawa Samuel langsung diangkat setinggi-tinggi sampai Safira kesulitan mengambilnya. Samuel menertawakan usaha Safira yang berakhir menyerah.

“Kamu tinggi banget, sih! Padahal aku termasuk tinggi loh kalau dibandingkan sama teman-temanku!” protesnya seraya melipat kedua tangan di dada.

Samuel tidak mendengarkan ocehan Safira karena pikirannya berisi rasa ingin tahu perihal identitas gadis di depannya yang bisa membaca isi tanda pengenal Difiar. “Jawab yang jujur, kamu siapa?”

“Aku? Safira.”

“Maksudku, apa kamu penyihir?” Samuel seolah menuntut jawaban, sayangnya gadis di depannya juga mempunyai pertanyaan yang lebih banyak.

“Jadi, penyihir itu benar ada? Bar penyihir yang dimaksud bapak-bapak itu nyata? Bawa aku ke sana!”

“Nggak boleh! Kamu nggak boleh ke sana!”

“Kenapa?”

“Bar itu hanya untuk orang yang putus asa!”

Safira terbelalak, lebih mengejutkan lagi setelah dia melihat wajah Samuel yang tampak tidak asing.

"Kita pernah bertemu, kan?"

Samuel mengingat lagi, berujung dia tersenyum miring. "Kamu--"

1
iyantaritari
meleleh aku bang
iyantaritari
omgg
iyantaritari
tiba tiba banget
iyantaritari
jahat banget mulut mertua
iyantaritari
caranya biar bisa ke sana gimana?
iyantaritari
widih agak laen emang
watix14
kasian juga loh, penyihir butuh bersenang2 juga
watix14
setuju si, tapi untuk rakyat kecil uang memang segalanya
miyantoroo
ada apa denganmu pak penyihir?
cahyaningtyasss
yaampunnn
cahyaningtyasss
tetap aja kamu salah
cahyaningtyasss
sama aku juga mau
miyantoroo
coba dulu
watix14
Rekomendasi novel yang pas untuk dibaca tengah malam buat begadang. Aman dari dosa dan hawa panas. pokoknya kalian harus baca
watix14
keren banget jamu racikan penyihir kolot
watix14
secepat itu?
watix14
sisain setetes aja
watix14
memang aku juga gitu
watix14
samuel si serba bisa
watix14
siapasih safira itu?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!