Novel ini mengisahkan perjalanan cinta yang penuh dinamika, yang diselimuti perselisihan dan kompromi, hingga akhirnya menemukan makna sesungguhnya tentang saling melengkapi.
Diantara lika-liku pekerjaan, mimpi, dan ego masing-masing, mereka harus belajar mengesampingkan perbedaan demi cinta yang semakin kuat. Namun, mampukah mereka bertahan ketika kenyataan menuntut mereka memilih antara ambisi atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arin Ariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Kecil Itu
Matahari pagi menyinari rumah kecil mereka yang hangat. Suara tawa Kirana terdengar dari kamar, membangunkan Ariana yang masih berbaring di tempat tidur. Di sebelahnya, Alfatra masih terlelap, wajahnya terlihat damai setelah malam panjang yang diisi dengan diskusi tentang perjalanan yang akan segera mereka lakukan.
Ariana membalikkan badannya menghadap Alfatra. Wajah lelaki itu kini dipenuhi dengan ketenangan, jauh dari bayangan kecemasan yang pernah menghantuinya beberapa bulan lalu. "Aku bersyukur," pikir Ariana, mengusap lembut rambut Alfatra. "Kita melewati semuanya bersama."
Saat mereka berkumpul di ruang makan untuk sarapan, pembicaraan mereka kembali pada rencana perjalanan yang telah lama mereka nantikan. Peta dunia terbentang di atas meja, dengan tanda kecil yang menunjukkan tempat-tempat yang ingin mereka kunjungi.
"Kirana mau lihat salju!" seru anak itu sambil menunjuk ke peta, jarinya berhenti di area Eropa. "Aku mau buat boneka salju besar!"
Alfatra tertawa kecil. "Itu ide bagus. Kita bisa mulai dari Swiss. Apa kamu setuju, Ari?"
Ariana mengangguk. "Swiss terdengar menyenangkan. Selain itu, kita bisa mampir ke beberapa tempat lain di Eropa. Perjalanan ini bukan hanya untuk Kirana, tapi juga untuk kita, Alfa. Sebuah langkah baru."
Mereka bertiga melanjutkan perencanaan dengan semangat, menyusun rute perjalanan, dan berbicara tentang tempat-tempat yang ingin mereka kunjungi. Namun, di balik semua itu, ada rasa cemas yang tak diucapkan. Bagaimana jika perjalanan ini tidak berjalan sesuai harapan? Bagaimana jika pekerjaan kembali mengganggu?
Di malam hari, ketika Kirana sudah tertidur, Ariana duduk di sofa dengan secangkir teh di tangannya. Alfatra mendekat dan duduk di sampingnya, menyandarkan kepala di bahunya.
"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Alfatra, suaranya pelan namun penuh perhatian.
Ariana terdiam sejenak sebelum menjawab. "Aku takut, Alfa. Takut kalau kita terlalu sibuk merencanakan perjalanan ini, tapi melupakan alasan kita melakukannya. Kita ingin lebih dekat, ingin memberikan pengalaman terbaik untuk Kirana. Tapi bagaimana kalau semua ini malah jadi beban?"
Alfatra menghela napas panjang, memeluk Ariana lebih erat. "Aku juga sempat berpikir begitu. Tapi kita harus ingat, perjalanan ini bukan tentang tempat yang kita kunjungi. Ini tentang waktu yang kita habiskan bersama. Jika ada sesuatu yang tidak berjalan sesuai rencana, itu tidak apa-apa. Yang penting, kita tetap saling mendukung."
Kata-kata Alfatra menenangkan Ariana. Dia menatap suaminya dengan senyuman kecil. "Kamu benar. Terima kasih sudah selalu mengingatkanku, Alfa."
Hari keberangkatan mereka akhirnya tiba. Bandara dipenuhi dengan hiruk-pikuk orang-orang yang sibuk dengan koper mereka, namun di tengah semua itu, keluarga kecil ini terlihat begitu bersemangat. Kirana memegang boneka favoritnya, sementara Ariana dan Alfatra saling bertukar senyum penuh arti.
"Ini dia, awal dari petualangan kita," kata Alfatra saat mereka melangkah menuju gerbang keberangkatan.
Perjalanan dimulai dari Swiss, di mana mereka menikmati keindahan pegunungan Alpen yang diselimuti salju. Kirana tertawa lepas saat bermain salju, membuat Ariana dan Alfatra ikut larut dalam kebahagiaan sederhana itu.
Namun, perjalanan mereka bukan tanpa tantangan. Ada momen-momen di mana rencana mereka harus berubah, seperti ketika salju tebal membuat mereka harus membatalkan kunjungan ke suatu tempat. Tapi justru dalam perubahan itu, mereka menemukan keindahan lain—seperti menghabiskan waktu lebih lama bersama di penginapan kecil, menceritakan cerita sebelum tidur, dan tertawa bersama.
Perjalanan itu berlangsung selama sebulan penuh. Mereka mengunjungi berbagai negara, mencicipi makanan khas, dan menikmati budaya yang berbeda. Tapi yang paling penting, mereka menciptakan kenangan yang tidak akan pernah terlupakan.
Di Paris, mereka merayakan ulang tahun pernikahan mereka di bawah menara Eiffel. Di Roma, mereka mengunjungi tempat-tempat bersejarah sambil bercerita pada Kirana tentang masa lalu. Di Santorini, mereka menyaksikan matahari terbenam bersama, momen yang terasa begitu magis.
"Ini semua terasa seperti mimpi," kata Ariana sambil memeluk Alfatra di tepi pantai.
"Tapi ini nyata, Ari," jawab Alfatra. "Dan aku berjanji, kita akan terus menciptakan momen-momen seperti ini."
Ketika mereka kembali ke rumah, ada rasa lega sekaligus kebahagiaan yang mendalam. Perjalanan itu tidak hanya memberikan mereka pengalaman baru, tetapi juga memperkuat hubungan mereka sebagai keluarga.
Di rumah, mereka menata foto-foto dari perjalanan itu di dinding ruang tamu, menciptakan galeri kenangan yang selalu bisa mereka lihat kapan saja.
"Kita telah melalui banyak hal bersama," kata Ariana sambil memandang foto-foto itu. "Dan aku tahu, apapun yang terjadi ke depannya, kita akan selalu bisa menghadapinya bersama."
Alfatra memeluk Ariana dari belakang, menatap foto-foto itu bersama. "Karena kita adalah tim, Ari. Kita adalah keluarga."
Mereka tersenyum, merasa siap untuk menghadapi apapun yang ada di depan mereka, dengan cinta dan kebersamaan yang semakin kuat.