Skuel ke dua Sang Pewaris dan sekuel ketiga Terra The Best Mother.
menceritakan keseruan seluruh keturunan Dougher Young, Pratama, Triatmodjo, Diablo bersaudara dan anak-anak lainnya.
kisah bagaimana keluarga kaya raya dan pebisnis nomor satu mendidik anak-anak mereka penuh kesederhanaan.
bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RUSUH!
Hari ini semua pulang ke mansion Herman. Pria itu akan berulang tahun, Khasya ingin mengadakan selamatan sederhana yang dihadiri seluruh keluarga.
"Kalian nggak usah bantu apa-apa nak!" larang wanita itu pada semua pengawal yang hendak memindahkan kursi dan meja.
"Biar para jasa saja ya!" lanjutnya.
Khasya memang memanggil jasa beberes rumah. Wanita itu tak mau melibatkan pengawal untuk membantunya karena itu bukan bagian pekerjaan mereka.
"Mestinya bunda nggak usah nyewa jasa itu. Kita mau kok disuruh-suruh," ujar Febian salah satu pengawal.
Khasya tersenyum, ia tau jika mereka semua tulus membantu. Tetapi, wanita itu tak mau memanfaatkan situasi.
Herman datang bersamaan dengan semua orang. Mereka memang pulang bersama. Para cucu diungsikan ke paviliun selama proses pembersihan ruangan.
Sementara di tempat lain. Tiana mengikuti kemanapun Dewi berada. Gadis itu selalu menggenggam tangan nona mudanya yang suka emosian jika digoda sama teman pria.
"Tinti!" keluh Dewi.
"Tinti ... tenanglah. Ada aku, baby nggak akan apa-apa," ujar Dewa menenangkan pengawal cantik itu.
"Iya Tinti, mestinya jagain Kaila tuh. Dia udah kegenitan!" adu Rasya.
"Ih ... nggak!" bantah Kaila.
'Itu kamu terima coklat dari ...."
Rasya tak bisa melanjutkan kata-katanya karena Kaila membungkam mulut saudaranya itu dengan tangan.
"Serahkan Baby!" pinta Dewi tegas.
Kaila menunduk, ia sedikit berat menyerahkan sebuah bingkisan lucu dan ia suka dengan coklat.
"Coklat Bu'lek," rengeknya lirih.
"Iya tau ... sini!" Dewi menengadahkan tangannya.
Kaila memberikan coklat yang masih dipita berbentuk bunga itu. Dewi mencopot bunga pita dan menyerahkan coklat pada Kaila.
"Begitu lebih baik daripada Daddy tau?!"
"Bu'lek," rengek Kaila.
Rupanya Dewi menyelamatkan Kaila dari amukan ayah mereka. Virgou adalah pria terposesif yang ada setelah Terra tentunya.
Kaila akhirnya bergayut pada lengan Dewi. Gadis itu memang paling dimanja oleh Dewa, Rasya dan Rasyid.
Setiap tingkat anak memang memiliki karakter sendiri-sendiri. Dewi adalah putri bungsu Herman. Tetapi gadis itu jauh lebih dewasa dibanding Maisya yang juga dimanja oleh Dimas dan Affhan. Padahal Maisya lebih tua satu tahun dibanding Dewi.
"Eh ... kita nggak nyoba buat kabur dari pengawal gitu?" celetuk Rasyid.
"Oh ... please?" sungut Dewi sambil melirik Tiana.
"Jangan membuat semua orang tua khawatir Baby!" peringat Tiana.
Lima remaja berusia delapan mau sembilan belas tahun itu naik mobil semua. Mereka baru saja mendatangi kampus dan mendaftar sebagai mahasiswi baru.
"Bu'lek nggak mau jadi dokter?" tanya Kaila yang menyandar di bahu Dewi.
"Nggak ... males. Tadinya mau ambil otomotif. Tapi pasti banyak cowok. Ya udah ambil management aja!" jawab Dewi setengah malas.
"Kenapa nggak ambil designer kan katanya mau jadi designer?" tanya Kaila lalu merebahkan dirinya di pangkuan Dewi.
Dewi mengelus kepala cucu keponakan ayahnya itu. Kaila akan cepat tertidur di pangkuan Dewi.
"Cerewet amat sih kamu Baby," keluh Dewi yang pusing dengan pertanyaan Kaila.
"Pa'lek!" Rasya menunjuk sebuah toko buku di pinggir jalan.
"Mau apa baby?"
"Mau cari buku cerita detektif," jawab Rasyid.
"Sharelock Holmes!" lanjutnya.
"Pa berhenti pas di sana ya!' pinta Rasya.
Mobil berhenti, hanya duo R dan Dewa juga dua pengawal. Tiana menunggu di mobil menjaga Dewi dan Kaila yang tidur.
Dewa dan duo R masuk. Kedatangan tiga remaja tampan itu membuat pemilik toko tak percaya.
Rasya langsung beranjak ke buku ensiklopedia. Sedang Rasyid mencari buku tentang kisah detektif terkenal itu.
"Ini sharelock Holmes!" seru Dewa.
Buku masih dibungkus plastik, ia membalik buku itu di belakang tampak tertulis garis besar cerita.
"Pa'lek ada tulisan khusus dewasa!" tunjuk Rasyid yang ikut membaca.
Dewa dan Rasya saling pandang. Mereka adalah remaja polos dan tak mengerti tulisan itu.
"Kita sudah dewasa kan?" tanya Rasyid.
Dewa menggaruk kepalanya, ia akhirnya mengangguk setuju. Memang mereka sudah dewasa. Begitu pikirnya.
Buku terbeli, mereka kembali ke mobil dan pulang. Sampai mansion pekerja jasa pembersih rumah telah selesai lama.
"Kakak pulang!" teriak Arraya pada duo R.
Rasyid menggendong adik bungsunya itu. Arion juga tak mau ketinggalan. Sedang Ryo tengah membujuk Gomesh.
"Apah ... piss ... binjem tatina ... pepasin, Yiyo bawu pinsam,"
"Baby ...."
"Apah!" Ryo tampak kesal karena Gomesh tak memenuhi permintaannya.
Bayi itu sedih, ia pun mengadu pada Virgou.
"Enpa ... Apah Momesh wewit ... hiks!''
"Gomesh!?" peringat Virgou.
"Ketua bagaimana mungkin aku melepas kakiku?" sahut Gomesh putus asa.
"Hah?" Virgou bengong.
"Baby, mau kabur dari pengawal Daddy. Jadi baby mau pinjem kaki Papa," sahut Azizah memberitahu Virgou.
Pria dengan sejuta pesona itu tersenyum mendengarnya. Ia pun memangku cucunya. Iris hitam pekat milik Ryo sangat tajam dan kuat. Pandangan Azizah menurun pada bayi itu.
"Baby .. kalo kaki Papa Gom dipinjam, Papa pakai kaki siapa?" tanya pria itu.
"Tati Yiyo penpa ... tan Yiyo yan pinsem!" jawab bayi itu sangat yakin.
"Apah ... sopot tatina!" pekik Faza pada Reno.
"Nggak mau!" tolak pria itu.
"Zaza wewa Papa ... anti Zaza payal pate wawun!' rayu bayi itu.
"Kok sewa bayar pake daun?" protes Reno.
"Wayowah ... papa tan wait ... satep ... panpan ... anten ... mawu ya Zaza pewa tatina!" rayu Faza lagi.
Rasyid meletakkan buku yang ia beli di atas meja dan memilih bermain bersama banyak adiknya.
Haidar mengambil dan membacanya. Ia tersenyum, anak-anaknya tak salah didik. Semua haus akan bacaan.
"Sharelock Holmes?" pria itu mengerutkan kening.
Di pinggir buku ada tulisan "Bacaan khusus dewasa." pria itu buru-buru mengambil dan membawa pergi. Demian melihat pergerakan mertuanya.
"Pa ... ada apa?" tanyanya.
"Ini," tunjuk Haidar.
"Itu kan buku!" sahut Demian.
"Lihat ini!" tunjuk Haidar lagi.
"Buku khusus bacaan orang dewasa ...."
Demian lama berpikir, Haidar sampai berdecak melihat betapa lamban menantunya itu berpikir.
"Apa kamu tak mengerti?"
Demian sudah terkontaminasi oleh polosnya semua anak-anak. Pria itu menggeleng dan menatap polos mertuanya.
"Astaga!" Haidar membisikkan sesuatu pada Demian.
"Astaga!" barulah Demian mengerti maksud ayah mertuanya itu.
"Ya udah singkirin jauh-jauh Pa!" ujarnya.
Haidar mengangguk dan memilih membuang buku itu ke tempat sampah.
Malam telah larut, semua sudah tidur. Mansion yang tadinya ramai mendadak sepi. Herman keluar kamar dan membiarkan istrinya tidur.
Ia menuju dapur dan mengambil air dingin dari lemari pendingin. Tiba-tiba matanya tertuju pada satu benda dalam tong sampah.
"Buku?" ia pun mengambilnya.
"Sharelock Holmes?" pria itu mengerutkan keningnya.
Tak sabar ia pun membaca buku itu karena penasaran. Tak butuh waktu lama, ia menutup lembaran halaman dengan napas memburu.
"Astaghfirullah ... buku apa ini?" tanyanya resah.
Pria itu merasa hawa di tubuhnya memanas. Rupanya kisah yang ia baca terbawa pada dirinya. Gegas ia masuk dalam kamar.
"Sayang ... sayang!" ujarnya membangunkan sang isteri.
Khasya membuka mata. Ia mengerjap, lalu tiba-tiba membelalak melihat sesuatu yang tegak berdiri yang kini ia sentuh.
"Sayang ...," rengek Herman dengan napas berat.
Lalu di kamar itu, keduanya mempraktekkan bercinta seperti adegan di kisah yang Herman baca.
Bersambung.
Wew ... rusuh memang ya!
next?
semoga berjalan lancar ya baby cal...