Menjadi ibu baru tidak lah mudah, kehamilan Yeni tidak ada masalah. Tetapi selamma kehamilan, dia terus mengalami tekanan fisik dan tekanan mental yang di sebabkan oleh mertua nya. Suami nya Ridwan selalu menuruti semua perkataan ibunya. Dia selalu mengagungkan ibunya. Dari awal sampai melahirkan dia seperti tak perduli akan istrinya. Dia selalu meminta Yeni agar bisa memahami ibunya. Yeni menuruti kemauan suaminya itu namun suatu masalah terjadi sehingga Yeni tak bisa lagi mentolerir semua campur tangan gan mertuanya.
Bagaimana akhir cerita ini? Apa yang akan yeni lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23. CTMDKK
“Ya sudah bu. Terimakasih sudah kasih tau. Kalau sudah kejadian seperti itu, Yeni juga engga bisa ngapa-ngapain bu. Yang lalu biar berlalu.” Jawabku merasa malu dan tertekan.
“Iya juga sih. Bikin kesal saja. Saya pengin pites itu orang.”
“Yang sabar bu.” Ucapku padanya.
“Eh kok saya yang harus sabar. Kamu dong Yen. Kamu yang sabar ya. Saya kasih tau ini karena saya turut prihatin dan peduli sama kamu Yen. Aduh, gemas sekali. Kalau saya lihat si Ridwan lagi, saya pites dia.”
Aku tersenyum, “Terimakasih bu karena sudah peduli dengan Yeni. Insha Allah, Yeni baik-baik saja kok.”
Dia menepuk pundakku, “Kamu ini memang gadis yang baik Yen. Si Ridwan itu besok pasti akan dapat karma nya berkali-kali lipat. Saya yakin itu. Sudah di kasih kembang desa sini malah di perlakukan begitu. Tau begini, dulu saya lamar saja kamu buat sepupu saya. Dia memang lebih muda dari kamu, tapi dia mapan, pekerja keras, sopan, selalu menghormati wanita, sampai sekarang sepertinya masih jomblo deh.”
“Terimakasih bu. Amiinn, itu pasti bu. Setiap perbuatan pasti ada akibat nya. Saya yakin sepupu ibu pasti akan dapat wanita yang lebih baik bu.”
Setelah cukup lama, Bu Umi pun pamit pulang. Sementara aku kembali mengunci pagar dan masuk kedalam rumah.
(1 Minggu kemudian)
Kegiatan ku seminggu di sini selain merawat Ibu, aku juga membantu bapak menyiapkan sayuran yang akan di jual nya ke pasar. Kabar baiknya, Ibuku semakin sehat. Dia bahkan membantuku merawat Reza.
“Yen.. Yeni…” Panggil Ibu dari dalam kamarku.
“Iya Bu? Sebentar Yeni selesaikan dulu ngepel nya.” Jawabku.
Aku mempercepat tangan ku agar cepat selesai. Namun Ibu keluar dan menepuk pundakku dari belakang.
“Yen, Pampers Reza kamu taruh mana? Reza habis bab nih harus di ganti.” Tanya Ibu padaku.
“Ada bu, Yeni taruh kotak bawah lemarinya Yeni.”
“Oke, Ibu ganti pampers nya Reza dulu. Duh duh duh, cucu nenek..”
“Reza pasti senang sekali bermain sama nenek nya. Bab saja dia tidak menangis.” Gumamku.
“Yen.. dimana ya? Kok engga ada?”
Karena itu, aku pun masuk kedalam kamarku.
“Ada bu, di dalam sini loh.” Aku pun mengambil kotak letak pampers Reza berada.
“Mana? Kok kosong?” Ucap Ibu melihat kotak itu.
“Sebentar bu, di sini juga ada.” Aku mengambil lagi stok yang lain di dalam lemari ku.
“Engga ada kan? Habis?” Ucap Ibu lagi.
“Iya bu, sepertinya habis. Sebentar Yeni belikan dulu di warung bu Meta.” Aku pun mengambil dompetku dan membukanya.
Namun aku terkejut karena di dalam dompetku hanya ada uang berisi 5000 saja. Aku baru sadar kalau uang ku sudah habis.
“Kenapa Yen?”
“Emm, Uang Yeni habis bu. Em, yeni ambil uang di atm sekalian saja bun anti setelah itu Yeni mampir di minimarket.”
“Ya sudah, Ini sementara Reza pakai popok kain dulu saja.”
“Iya bu..”
Aku ambil jaket serta dompetku lalu keluar dari rumah menuju ke atm depan gang. Dalam perjalanan, ku sempatkan untuk mengecek lebih dulu saldo di rekening ku. Namun langkah ku terhenti karena melihat saldo yang tinggal 70 ribu saja.
“Tinggal 50 ribu? Ya ampun, ini cuma cukup beli pampers buat seminggu saja.”
Sesampainya di atm, ku ambil uang ku seadanya lalu ku belikan kebutuhan untuk Reza.
“Eh, Yeni.” Sapa Bu Eem.
“Bu? Mau beli kebutuhan?”
“Iya, ini saya beli kebutuhan. Aduh, saya taruh sini ya. Berat.” Ucap Bu Eem meletakan banyak kantong gula dan kebutuhan lainnya di depan ku.
“Banyak sekali bu. Apa mau ada acara?” Tanya ku basa-basi.
“Eh engga ada acara apapun. Alhamdulillah lagi banyak pesanan catering jadi saya belanja banyak deh.”
“Catering? Bu Eem punya catering? Masya allah.. lancar-lancar ya bu.”
“Amiinn.. Iya sudah lama kok. Kamu baru tau?”
“Iya bu, Yeni baru tau.”
“Bu, semua nya 278 ribu.” Ucap kasir pada Bu Eem.
“Oh iya, ini ini..”
“Baik, uang nya 300 ya bu. Ini kembaliannya. Terimakasih sudah berbelanja.” Ucap kasih itu.
“Iya.. Ayo Yen..” Ucap Bu Eem yang nampak keberatan membawa belanjaannya.
“Yeni bantu bu.” Tawarku padanya.
“Iya terimakasih ya Yen. Sekalian saja ayo pulang sama saya.”
“Iya bu,”
Aku pun pulang dengan membonceng Bu Eem, tiba-tiba saja aku mempunyai ide di kepala ku. Aku ingin sekali mencari uang sendiri. Apakah Bu Eem memperbolehkan aku ikut bekerja dengannya? Walaupun penghasilan nya tak besar, tapi itu bisa membeli kebutuhan Reza. Aku bingung sekali kalau sampai kehabisan uang, tak mungkin juga aku meminta uang pada bapak atau ibu bukan? Kalau aku bekerja, nanti siapa yang menjaga Ibu dan Reza di rumah? Lagipula cari pekerjaan sekarang susah sekali kalau tidak ada orang dalam. Semoga saja Bu Eem bersedia menerima ku agar ikut membantu nya.
Sesampainya depan rumah bu Eem, ku bantu angkat belanjaan itu hingga kedalam rumahnya. Lalu dengan berani ku coba berbicara padanya.
“Makasih ya Yen.”
“Iya bu sama-sama. Hmm bu, begini Yeni minta maaf kalau lancang. Begini bu, hmm Yeni saat ini sedang sangat membutuhkan uang. Yeni bukan mau meminjam uang bu tapi bagaimana kalau Yeni bantu Bu Eem buat catering itu? Siapa tau boleh, buat beli pampers dan kebutuhan Reza yang lain bu.”
“Ya Allah, Saya prihatin sekali. Maaf Yen bukannya saya pelit tapi kalau kamu bantu saya penghasilan nya pasti sangat sedikit Yen. Saya engga bisa bayar mahal. Tapi kalau kamu mau aja, kamu bisa kok bantu saya” Ucap Bu Eem.
“Tidak apa bu. Yeni mau kok. Berapapun itu Yeni sangat bersyukur bu.”
“Ya sudah, nanti sore kamu bantu saya ya buat 320 box catering buat besok malam nih. Kebetulan juga, saya pasti kerepotan.”
“Iya bu nanti sore Yeni ke sini ya bu. Terima kasih bu.”
“Iya Yen, sama-sama.”
Aku tersenyum gembira lalu aku pun pulang ke rumah ku dengan perasaan lega.
“Assalamualaikum bu, ini pampers nya.” Ucapku masuk ke kamar ku.
“Waalaikumsalam, nanti saja setelah mandi sore.”
“Iya bu. Oh ya bu, nanti sore Yeni ijin ke rumah bu Eem ya? Yeni mau bantu bu Eem bikin catering.”
“Oh ya? Ya sudah, Ibu yang jaga Reza. Kamu yang semangat ya Yen.”
“Iya bu..”
(Di sore harinya)
Setelah memandikan Reza, aku pun pamit pada Ibu dan Bapak ke rumah sebelah.
“Assalamualaikum, Bu Eem..”
“Waalaikumsalam, Masuk Yen.”
“Iya bu, Permisi..” Aku pun masuk ke dapur.
“Tepat waktu sekali Yen. Baru saja saya mau panggil kamu.”
“Iya bu, hehe.”
“Ya sudah, kita mulai saja yuk. Pertama kita bagi tugas saja. Kamu potong tempe, tahu nya dulu saja. Saya mau marinasi ayam nya dulu. Sore ini, kita siapkan dulu bahan-bahan nya besok pagi baru kita mulai masaknya. Kamu besok pagi-pagi bisa kan ke sini?”
“Iya bu. Bisa dong bu. Cuma lima langkah hehe.”
“Ha ha iya juga. Ya sudah ayo kita mulai saja.”
Aku pun melakukan apa yang di suruh oleh bu Eem.
(3 jam kemudian)
“Huh, cape juga ya. Tapi kali ini saya lebih enteng karena ada kamu yang bantuin.”
“Iya bu cape tapi asik juga. Memang nya setiap ada pesanan catering bu Eem engga ada yang bantuin bu?”
“Ada, si Karina. Tapi dia kan lagi sibuk kuliah. Jadi ya, kadang bantuin kadang engga. Kadang ya si bapak, tapi setelah pulang kerja ya kadang mau kadang engga.”
“Oh gitu, kalau boleh tau dari kapan bu Eem mulai catering begini bu?”
“Dah lama sekali yen, setelah kamu nikah beberapa bulan setelahnya saya mulai ini.”
“Wah sudah lama juga ya bu. Ini pesanan nya punya siapa bu?”
“Ini punya Bu Alice. Orang kaya di perumahan cluster itu loh.”
“Oh Yeni engga tau orang nya. Tapi ya pasti orang kaya yang pesan.”
“Iya nih, Syukur banget si bapak juga promosikan catering saya ke orang kaya sana. Jadi kerja bagunan sekalian woro—woro ke yang punya proyek.”
Kami berbincang terus hingga tak terasa selesai semua itu, selepas magrib aku pun pulang ke rumah ku.
Bersambung…
Terus semangat berkarya
Jangan lupa mampir ya 💜