Genre : TimeTravel, Action, Adventure
Mo Lian. Seorang Kultivator terkuat di Alam Semesta.
Saat ia hendak naik ke Alam Selestial, Dao menolaknya karena di dalam hatinya terdapat penyesalan besar. Akhirnya pun Dao mengirimkannya kembali ke masa sekolahnya saat berusia 18 tahun.
"Kali ini aku harus berkultivasi secara perlahan sembari membalaskan semua dendam yang ada! Hingga tidak lagi meninggalkan penyesalan maupun rasa bersalah, yang mana dapat membangun iblis hati!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaKertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18 : Mutiara Giok
Mo Lian berjalan menuju kamarnya untuk tidur lebih awal, itu dikarenakan besok ia harus kembali bersekolah. Ia hanya perlu bersekolah selama satu bulan lamanya, kemudian ia lulus dan tak perlu lagi bersekolah. Kuliah? Ia tidak berniat untuk berkuliah, ia berencana membangun perusahaan bersama ibunya untuk mengumpulkan uang, dan uang itu akan digunakan untuk meningkatkan kekuatannya serta mengajarkan ibu serta adiknya berkultivasi.
Mo Lian berjalan menuju ketepian jendela, ia ingin menutup gorden, namun saat ia hendak menutupnya. Gerakan tangannya terhenti karena melihat cahaya terang yang terpancar dari dalam danau yang tak jauh dari Mansion Bai Long.
Meskipun Mo Lian sudah sering melihat danau itu bercahaya, namun kali ini cahaya yang dipancarkan lebih terang dari sebelumnya, bersamaan dengan aura kuat menyebar keluar dari dalam danau.
Mo Lian membuka jendela kamarnya dengan pelan agar tidak menimbulkan suara. Ia mengalirkan energi spiritualnya ke seluruh tubuh untuk meringankan beban tubuhnya, ia melompat keluar jendela dan berlari menuju danau dengan kecepatan tinggi.
Tidak sampai lebih dari satu menit, Mo Lian telah tiba di tepian danau. Ia melepaskan baju serta celana panjangnya, kemudian berjalan di atas permukaan air danau. Saat sudah berada di tengah-tengah, ia menyelam ke dalam danau.
Benar saja seperti dugaannya, kepadatan energi spiritual di dalam danau lebih kuat dari Vena Naga di belakang kediamannya, dengan cepat ia mencoba terus menyelam hingga ke dasar. Meski hari sudah malam dan kedalaman danau lebih dari 30 meter, namun pandangannya tidak terganggu.
Mo Lian mengedarkan kesadarannya ke sekitar, dengan basis kultivasinya yang sekarang, ia dapat mengamati pergerakan dalam radius beberapa puluh meter darinya.
Tiba-tiba Mo Lian membuka matanya lebar saat merasakan aura yang sangat padat, ia kembali berenang di kedalaman danau mengarah ke arah utara hingga beberapa menit kemudian, ia melihat lubang kecil berdiameter 30 centimeter yang ditutupi oleh batu pipih.
Mo Lian menyingkirkan batu itu, seketika sinar keemasan yang menyilaukan mata terpancar keluar dari lubang kecil. Ia mengalirkan energi spiritual pada matanya, kemudian kembali mengarahkan pandangannya pada lubang kecil.
Sontak mata Mo Lian terbuka lebar saat melihat apa yang ada di sana, terlihat kristal berbentuk bola seukuran kepalan tangan berwarna emas, ia mengambil bola itu kemudian kembali ke permukaan danau.
Mo Lian berjalan di atas permukaan air menuju daratan seraya melihat benda yang dipegangnya. "Mutiara Giok."
Berbeda dengan Batu Spiritual, Mutiara Giok sangat-sangat langka dan lebih berharga dari Batu Spiritual. Tidak, bahkan lebih berharga dari Batu Mistik.
Batu Mistik sendiri memiliki nilai tukar sebayak 1 : 100 dengan Batu Spiritual kualitas Tinggi. Jadi dapat dibayangkan seberapa berharganya Mutiara Giok yang ditemukan Mo Lian dari dasar danau, ia sendiri tidak menyangka dapat menemukannya di Bumi yang mana aura spiritual sangat tipis.
Mutiara Giok juga merupakan harta surgawi, di Galaxy Pusat ini merupakan benda yang sangat langka, pembudidaya kuat maupun liar akan bertarung habis-habisan hanya untuk mendapatkannya.
Dikatakan, orang yang baru saja ingin menapaki jalan Kultivator Dao dengan menyerap energi spiritual dari Mutiara Giok akan langsung mendapatkan peningkatan yang pesat, orang itu dapat mencapai Ranah Inti Perak dalam sekali jalan, dan yang terendah akan mencapai Fase Lautan Ilahi tahap Akhir.
Namun Mo Lian sendiri tidak yakin ia dapat mencapai Ranah Inti Perak maupun Emas, pasalnya Mutiara Giok yang didapatnya hanyalah memiliki kualitas rendah, kualitas dari Mutiara Giok tergantung dari kepadatan energi spiritual di sekitarnya.
Jika ia menyerap seluruh energi yang terkandung dari Mutiara Giok, kemungkinan ia hanya dapat mencapai Fase Lautan Ilahi tahap Akhir dari Fase Mendalam tahap Akhir.
Mo Lian menggelengkan kepalanya pelan. "Meski ini kualitas rendah, namun aku juga harus bersyukur karena mendapatkan harta langka. Karena di Bumi ada Mutiara Giok, pastinya akan ada lagi harta-harta berharga lainnya yang terkubur di dalam tanah, semoga saja suatu saat nanti aku berhasil mendapatkannya," ucapnya duduk bersila di tepian danau.
Mo Lian meletakkan Mutiara Giok di depannya, ia menghirup napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya, ia menutup matanya perlahan, lalu menjalankan Teknik Budidaya Sutra Dewa untuk menyerap seluruh energi spiritual sekitar dan Mutiara Giok.
Mo Lian berkultivasi sepanjang malam hari yang sangat dingin. Ketika ia membuka matanya, cahaya biru melonjak keluar beberapa puluh meter ke udara, menembus udara bagaikan pisau tajam, bersamaan dengan angin berembus kencang dan percikan air danau yang naik ke udara.
"Fase Lautan Ilahi tahap Akhir!" Mo Lian menghirup napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan, lalu berdiri dan memakai seluruh pakaiannya.
Yang sebelumnya ia targetkan akan menghabiskan waktu tujuh bulan untuk menembus Fase Lautan Ilahi tahap Awal, tapi kini dapat dilakukannya hanya dalam waktu tujuh hari, terlebih lagi ia berhasil menembus tahap Akhir. Sungguh keberuntungan yang sangat tinggi, bukan hanya mendapatkan Vena Naga, tapi ia juga mendapatkan Mutiara Giok.
Hanya perlu selangkah lagi Mo Lian dapat menembus Ranah Inti Perak, pada saat itu ia akan menjadi orang terkuat di Bumi. Senjata berat tiada arti dimatanya lagi, bahkan rudal pun tidak akan dapat melukai tubuh fisiknya. Jikapun ia terluka, fisiknya dapat beregenerasi kembali dengan kecepatan yang dapat terlihat oleh mata.
"Ah! Tidak! Menurut Qin Zhang, zaman dulu ada Pejuang ditingkat Wu-Sheng. Tentunya ini tidak menutup kemungkinan bahwa mereka masih ada, bagaimanpun semakin tinggi tingkat seseorang, semakin panjang pula masa hidupnya."
Dengan fakta bahwa ia menembus Fase Lautan Ilahi saja, Mo Lian sudah memiliki masa hidup sebanyak 500 tahun. Jika Wu-Sheng, yang setara dengan Ranah Inti Perak, maka memiliki rentan hidup selama 1000 sampai 2000 tahun.
"Satu bulan dari sekarang! Setelah kelulusanku! Aku akan pergi ke perbatasan untuk mencari keberadaan ayah!" Mo Lian tersenyum penuh tekad dengan mata berapi-api, ia pasti dapat mencari tahu misteri kehilangan ayahnya.
Mo Lian mengalirkan energi spiritual ke seluruh tubuhnya, kemudian terbang melesat menuju jendela kamarnya yang masih terbuka, berharap tidak diketahui oleh ibunya jika tadi malam ia menyelinap keluar.
Tok... Tok... Tok...
Terdengar ketukan dari balik pintu sesaat setelah ia memasuki kamar, saat mendengar ketukan itu Mo Lian sedikit kaget karena takut diketahui oleh ibunya.
"Lian'er. Cepat mandi, bersiap-siap untuk sekolah, ibu sudah menyiapkan sarapan."
"Baik, Bu." Mo Lian berjalan menghampiri pintu keluar, kemudian membukanya perlahan.
Su Jingmei sedikit membuka mulutnya karena melihat penampilan Mo Lian yang telah berubah. Ia menyentuh lembut wajah putranya. "Apakah Anak Ibu menjadi lebih tinggi?"
Mo Lian terdiam, ia mengamati penampilannya sendiri, ternyata yang dikatakan Ibunya benar. Celana yang baru dibelinya beberapa hari lalu telah menggantung, jika diukur secara kasar, tinggi Mo Lian telah naik sebanyak 8 centimeter. Ditambah rambut cokelatnya juga bertambah panjang, dengan kulit yang semakin halus.
Mo Lian menyentuh tangan Ibunya yang berada di pipinya. "Ibu, aku akan terlambat jika Ibu terus mengusap pipiku," balasnya menatap lembut mata Ibunya.
Ibu Mo Lian tersentak, ia menarik kembali tangannya kemudian berjalan menuruni tangga menuju ruang makan.
Mo Lian kembali ke dalam kamarnya, ia menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar. Setelah selesai membersihkan dirinya, ia pergi menuju ruang makan dan menyantap sarapan yang telah dimasak oleh ibunya.
Setelah selesai menyantap makanan, Mo Lian dan Mo Fefei berangkat menuju sekolah dengan mobil yang dikendarai oleh Lee Dong. Sedangkan untuk Su Jingmei, karena ia masih tidak memiliki kegiatan, ia memilih untuk menanam sayuran dan buah-buahan di halaman depan yang sangat luas.
Puluhan menit terlewat begitu saja, mobil telah tiba di depan gerbang SMA 2 Chengdu. Mo Fefei keluar dari dalam mobil, saat ia keluar, banyak sekali pandangan heran dari seluruh siswi.
"Bagaimana bisa Mo Fefei yang miskin dapat menaiki mobil mewah seperti itu? Apakah dia menjual dirinya pada pria tua yang sangat kaya?"
"Kemungkinan. Bagaimanapun dia tidak datang ke sekolah selama tiga hari terakhir ini, mungkin saja dia pergi bersama dengan pasangannya dan bermain."
Mo Lian yang mendengar ocehan ini memilih keluar dari dalam mobil dan mengantarkan Mo Fefei sampai memasuki gerbang. Saat ia keluar juga banyak tatapan mata yang tertuju padanya, namun Mo Lian hanya diam mengabaikan itu semua. "Fefei. Jika ada masalah, segera hubungi aku. Kakakmu pasti akan datang secepat mungkin, " ucapnya mengusap puncak kepala Mo Fefei.
Mo Fefei menganggukkan kepalanya. "Baik, Kak," balasnya tersenyum lembut kemudian berbalik memasuki gerbang.
Mo Lian terus memandangi langkah kaki Mo Fefei, sampai pandangannya tak lagi dapat melihat keberadaannya, barulah saat itu ia berbalik memasuki mobil. Mo Lian menyandarkan punggungnya di kursi mobil. "Pak tua Lee. Tolong siapkan beberapa penjaga untuk adikku di luar gerbang, aku tidak ingin melihatnya tersiksa seperti barusan."
"Baik, Tuan." Lee Dong menganggukkan kepalanya, kemudian memacu mobil dengan kecepatan stabil menuju sekolah di mana Mo Lian bersekolah.
...
***
*Bersambung...