Selamat datang di novel kedua author!!
Terimakasih sudah mampir dan baca di sini❤
Seperti biasa author bikin novel dengan minim konflik karena novel author adalah hasil kehaluan author yang direalisasikan dalam bentuk kisah sempurna tanpa cela sedikitpun😆
Happy reading love!
BRIANNA STANFORD, wanita cantik pemilik mata heterochromia dijadikan jaminan oleh kakaknya tanpa sepengetahuannya. Kakaknya meminta suntikan dana kepada pengusaha muda multinasional ALLARD LEONARDO SMIRNOV dengan alasan untuk membangun kembali perusahaannya yang hampir colaps. Bagaimana nasib Brianna ditangan Allard? Akankah cinta tumbuh diantara keduanya? Sedangkan Brianna sudah mengikrarkan bahwa dirinya tidak akan pernah menikah.
Simak terus ceritanya❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arashka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Akhirnya mau tak mau Brianna pun mengikuti permintaan Allard. Ia membersihkan dirinya terlebih dahulu. Ia akan mandi secepat kilat karena ia ingin mendengar penjelasan dari Allard. Benak Brianna penuh dengan berbagai macam pertanyaan. Ia bahkan tak tahu harus menanyakan yang mana karena terlalu banyak tanda tanya di otaknya saat ini. Tapi pertanyaan yang paling inti adalah mengapa ia bisa berada di tempat ini, dan apa sebenarnya hubungan Jeffrey dan Allard. Ya, hanya dua itu saja.
Brianna menyelesaikan mandinya hanya dalam waktu lima menit saja. Ia pun memakai pakaiannya yang semalam ia gunakan lalu setelah selesai ia bergegas turun menuju ruang makan yang berada di lantai bawah.
Nampak seorang pria dengan tubuh kekar dengan raut wajah yang datar sedang menikmati makan paginya. Saat Brianna turun pria itu hanya memandangnya sekilas lalu kembali fokus dengan makanannya. Brianna yang menyadari hal itu memilih untuk duduk di ujung sebrang meja makan yang berhadapan cukup jauh dengan pria tampan itu.
Brianna mengerutkan alisnya. Ia keheranan kenapa menu makannya berbeda dengan yang di makan oleh Allard,
"Kau akan kesakitan jika mengunyah terlalu kuat. Kau lebih baik makan itu saja untuk sementara sampai pipi mu benar-benar sembuh." Ucap Allard yang menyadari bahwa Brianna hanya menatap makanannya saja dan belum menyentuhnya sedikitpun.
Brianna tak berkomentar apapun. Ia pun menyendokkan bubur panasnya lalu meniupnya setelah itu ia pun memakannya secara perlahan.
"Sshhh.." Brianna meringis saat akan membuka mulutnya.
'Padahal tadi tidak serasa sakit sama sekali. Mengapa sekarang untuk makan saja terasa menyakitkan?' Gumam Brianna dalam hatinya.
"Pelan-pelan saja." Sahut Allard yang melihat Brianna meringis saat menyantap buburnya.
Tak butuh waktu lama untuk menghabiskna semangkuk bubur itu. Jujur saja Brianna sangat menyukai bubur yang dibuat oleh pelayan di mansion Allard. Ia tak perlu bersusah payah mengunyah karena semuanya sudah sangat halus termasuk sayuran yang ada di dalam bubur tersebut.
"Sudah?" tanya Allard.
Brianna pun hanya menjawab dengan anggukkan.
"Ikuti aku." Ucap Allard yang langsung melenggang pergi menuju ke arah ruang tamu yang berada di lantai dua.
Brianna pun hanya diam dan mengikuti perintah Allard semata-mata hanya untuk mengetahui apa maksud dari semua yang sudah terjadi.
Allard pun duduk di sofa besarnya yang berwarna hitam. Begitu pun dengan Brianna, ia duduk di sofa yang sama hanya saja Brianna duduk di bagian paling ujung. Ruangan itu sangat luas, benar-benar luas seperti sebuah lapangan futsal. Allard hanya tersenyum smirk melihat tingkah Brianna yang seakan-akan menghindari Allard. Tak lama seorang pelayan datang membawa sebuah es batu yang ditutup sebuah kain, segelas air minum, dan satu butir obat.
"Ini Tuan." Ucap pelayan tersebut lalu menaruh nampannya di atas meja di hadapan Allard.
"Hmm." Jawab Allard dengan singkat.
"Kemarilah Anna." Ucap Allard sembari menepuk sofa tepat di bagian samping.
Brianna hanya mengerutkan keningnya. Ia tak mau dekat-dekat dengan pria seksi itu karena ia takut akan terpana pada sosok Allard.
"Hei kemarilah nona, aku bukan virus yang harus kau hindari." Ucap Allard.
'Kau memang virus Allard. Virus yang semakin lama akan semakin menggerogoti hatiku hingga mungkin aku akan jatuh dalam pesona pria penggoda sepertimu.' Batin Brianna bergumam.
Tak bisa dipungkiri pesona Allard memang tak main-main. Apalagi saat ini mereka sedang bersama dan tentu saja itu membuat Brianna semakin tak karuan. Ini adalah kali pertama Brianna merasakan hal itu kepada seorang pria.
'Ternyata aku masih normal. Hanya saja standar pria pilihanku terlalu tinggi rupanya sehingga aku tidak merasakan getaran apapun saat aku bertemu pria lain kecuali dia.' Batinnya bergumam lagi.
"Hei kau tuli?!" Akhirnya Allard yang kesabaranya hanya setipis tisu dibagi sepuluh itu membawa nampannya lalu berjalan mendekat dan duduk di samping Brianna yang sejak tadi hanya diam.
Allard mengambil es batu yang sudah dibalut kain lalu mengompreskannya ke pipi Brianna yang lebam dan agak membengkak. Brianna diam terpaku. Tubuhnya seperti membeku dan tatapannya benar-benar tidak lepas dari Allard.
Allard yang menyadari bahwa dirinya sedang ditatap setajam itu pun malah menatap balik Brianna.
'Ooooh shit! No.. No.. Kau tak boleh semudah itu Allard. Semua wanita itu sama saja, suatu saat jika mereka mendapatkan yang lebih maka mereka akan meninggalkanmu begitu saja. Seperti yang wanita itu lakukan padamu dulu.' Batin Allard memperingati dirinya sendiri.
"Apa hubunganmu dengan Jeffrey dan kenapa aku bisa ada di sini?" Tanya Brianna memecah keheningan.
"Kau yakin ingin mengetahui fakta sebenarnya?" Tanya Allard dengan tangan yang masih mengompres pipi Brianna.
"Ya. Ceritakan saja." Jawab Brianna.
"Kakak tersayangmu itu meminta suntikan dana padaku dengan alasan untuk memperbaiki perusahaannya yang hampir colaps. Aku tak sebodoh itu memberikan dana yang sangat besar padanya secara cuma-cuma. Aku menyelidikinya dan ternyata dia terlibat hutang dengan mafia narkoba. Tapi part terpentingnya bukan itu." Ucap Allard sengaja menggantungkan ucapannya dan membuat Brianna semakin penasaran.
"Ck ayo lanjutkan lagi. Jangan membuatku mati penasaran!" Sahut Brianna dengan kesal.
Allard terkekeh lalu menaruh es batu tersebut ke atas nampan tadi dan kini mengambil segelas air minum dan satu butir obat pereda nyeri lalu menyerahkannya kepada Brianna agar ia meminumnya. Brianna meminum obat tersebut dengan cepat lalu menaruh kembali gelasnya di atas nampan.
"Good girl." Allard tersenyum.
"Kau yakin ingin tahu bagian ini?" Tanya Allard lagi untuk memastikan.
"Oh god!"
Allard tertawa pelan. "Kakakmu memberikanku penawaran yang sangat unik. Jika aku memberikan uangnya maka kau akan menjadi milikku." Ucap Allard dengan singkat.
"What? Dia menjualku padamu?!"
"Mungkin kasarnya begitu." Jawab Allard sembari bersandar ke sofa menempelkan punggungnya.
"Itu tak mungkin."
"Itu mungkin saja nona. Kau perlu bukti? Aku punya bukti penawaran itu." Ucap Allard.
Brianna terdiam, ia berusaha untuk mencerna semuanya. Ia tidak menyangka kakaknya akan berurusan dengan seorang mafia. Tapi bukan itu yang membuat sakit di hatinya, tetapi kakaknya tega menjual dirinya kepada seorang pria. Mata Brianna terasa panas dan nyeri. Tangan kanannya menekan kedua matanya agar rasa nyeri itu hilang dan air matanya tidak keluar.
"Aku akan pergi. Terimakasih atas penjelasannya." Ucap Brianna lalu beranjak.
Tapi dengan sigap Allard menahan tangan Brianna dan mencengkram pergelangan tangannya dengan cukup kuat.
"Hei lepaskan!" Brianna menggerakkan tangannya agar terlepas dari cengkraman Allard.
"Kau tak bisa pergi dari sini, Anna."
"Apa maksudmu? Kau tak bisa mengaturku seenak jidatmu!"
Allard akhirnya berdiri dan masih mencengkram tangan Brianna. "Sudah ku bilang kau ini milikku Anna. Kau tak bisa lari dari sini karena Jeffrey sudah melakukan penawaran bahkan perjanjian hitam di atas putih. Dan jika kau berani kabur dari sini, maka taruhannya adalah perusahaan ayahmu yang akan sepenuhnya menjadi milikku."
"APA?! Kau gila Allard! Kau bersekongkol dengan Jeffrey untuk menghancurkanku?!" Pekik Brianna dengan sangat marah.
"Hei aku tak mau menghancurkanmu. Sangat di sayangkan jika wanita secantik dan seseksi dirimu akan menjadi gelandangan. Lebih baik kau menjadi milikku dan menikmati hidup dengan tenang dan penuh kemewahan bukan.."
"Aku lebih baik tinggal di jalanan dari pada harus hidup bersama orang yang jelas-jelas mendukung perbuatan kakak ku yang sangat gila itu! Cuih!" Brianna meludah tepat di wajah Allard.
"Cih.. Aku suka jika kau marah seperti ini." Ucap Allard lalu membersihkan pipinya yang terkena air liur Brianna.
"Ya memang dia menggunakan uang itu bukan untuk memperbaiki perusahaannya. Tapi untuk membayar hutangnya kepada seorang mafia narkoba. Ah dan dia juga seorang pemakai, Anna. Tapi bukan berarti aku mendukung perbuatannya. Dan jangan salah paham, aku menuliskan perjanjian di sana bahwa uang itu harus benar-benar dibayarkan untuk melunasi hutangnya dan tidak digunakan untuk membeli barang-barang itu."
Satu fakta lagi yang baru diketahui oleh Brianna. Kakaknya yang selama ini ia anggap sebagai sosok yang paling baik dan menjadi panutan, ternyata sangat bertolak belakang. Brianna diam tak bergeming. Ia tak menyangka setelah kepergian kedua orang tuanya ia akan mengalami hal serumit ini. Tangan Brianna pun melemas, ia tak lagi memberontak meminta dilepaskan. Hal itu membuat cengkraman di pergelangan tangan Brianna ikut melemah dan Allard mulai melepaskannya.
Tapi bukan Brianna namanya jika ia tidak memanfaatkan kesempatan itu. Brianna akhirnya lari sekencang-kencangnya dan berusaha untuk kabur dari Allard.
"Shit!" Allard mengejar Brianna yang lari dengan sangat lincah. Tubuhnya yang ringan bisa mebuat dirinya berlari dengan sangat cepat. Tapi saat Brianna akan menuruni tangga, ada dua bodyguard Allard yang akan menaiki tangga tersebut.
"Cegah wanita itu!"
"Shit!!!" Teriak Brianna lalu memutar arah larinya dan memasuki sebuah kamar dan berlari menuju balkon kamar tersebut. Ia melihat tepat di bawah balkon tersebut ada sebuah kolam renang yang berukuran sangat besar.
BRAAAKK
Allard membuka pintu tersebut dengan kasar dan berjalan menghampiri Brianna.
"STOP! Jika kau meneruskan langkahmu, maka aku akan melompat ke bawah!"
"Kau pikir aku akan melemah karena mendengar ancamanmu? Melompatlah jika kau berani Anna." Ucap Allard dengan ekspresi mengejeknya. Allard yakin bahwa itu hanya gertak sambal saja. Brianna tidak mungkin berani untuk melakukan hal itu.
Brianna tersenyum smirk. "Kau pikir aku hanya mengancammu?"
Allard masih melangkah maju untuk mendekat ke arah Brianna secara perlahan. Begitu juga dengan Brianna. Selangkah Allard maju ke depan, itu berarti satu langkah mundur untuk Brianna.
TBC..