Sinopsis :
Viona, seorang wanita mandiri dan cerdas mendapati dirinya masuk ke tubuh siswi SMA yang manja dan sudah bersuami. Dia langsung mengetahui bahwa dirinya masuk ke tubuh Emilia Vivian. Suami Emilia orang terkaya dan berkuasa di kota bernama Agam Revandra Graha.
Awalnya kehidupan Emilia hanya berkutat pada Agam. Dirinya sering stres dan frustasi karena Agam tidak pernah mencintainya, padahal cintanya begitu besar pada Agam. Sekarang, dengan adanya jiwa Viona di tubuh Emilia, sikap Emilia berubah. Emilia sudah tidak tertarik lagi dengan suaminya. Emilia memilih mengurus kehidupan pribadinya dan berhenti mengemis cinta pada Agam. Perubahan sikap Emilia membuat Agam mulai tertarik padanya.
Emilia menjadi siswi popular yang banyak di taksir teman sekolahnya maupun pria lain, terlebih hanya orang tertentu yang tau kalau Emilia sudah bersuami. Hal itu membuat Agam semakin resah. Dengan berbagai cara, Agam akhirnya mendapatkan malam pertama Emilia yang sering kali Agam tolak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11 : Sebuah Jiwa
Emilia tertidur pulas di pelukan Agam setelah aktivitas panas mereka. Dalam tidurnya, dia di datangi jiwa Emilia asli. Jiwa Viona tengah berjalan di sebuah taman indah, penuh bunga dan kupu-kupu.
Viona melihat seorang gadis muda nan cantik duduk bersedih di kursi taman. Viona berjalan perlahan mendatanginya.
"Ternyata yang di inginkan Kak Agam selama ini adalah Kamu," ucap Emilia asli. Dia langsung berdiri dan membalikan badannya menghadap Viona.
"Kamu Emilia?" tanya Viona.
"Dengan wajah yang sama, kenapa dia malah membuka hatinya saat dalam tubuh itu bukan jiwaku?" Emilia menangis.
"Emilia, bukankah Kamu masuk ke tubuhku yang sudah mati?"
"Aku di sini, tidak terkubur bersama tubuhmu. Aku terkurung di sini entah kenapa. Aku juga tidak bisa masuk ke tubuhku sendiri," jawab Emilia, kemudian mengusap air matanya.
"Lalu apa yang terjadi pada Kita? Apa suatu saat Kamu akan masuk ke tubuhmu lagi?"
"Aku berharap bisa masuk kembali ke tubuhku. Aku sangat mencintai Kak Agam. Aku lega Liora bukan gadis baik, hingga Aku tidak perlu merasa bersalah saat memisahkan mereka. Tapi mengetahui fakta bahwa gadis yang di harapkan Kak Agam selama ini adalah Kamu, membuatku patah hati. Dia mencintaimu, bukan Aku."
"Apa Kamu membenciku?"
"Sangat, Kamu sudah mengambil tubuhku. Apa cinta Kak Agam yang menarik mu ke tubuhku?"
"Mana ku tau. Kenapa Kamu melampiaskan kemarahan mu padaku? Walau Agam ingin balas budi padaku dengan menikahi ku, bukan berarti Aku mau dan mencintainya. Aku tidak kenal Agam. Aku juga sudah mati!"
"Benarkah? Kalau begitu berjanjilah padaku, jangan jatuh cinta pada Kak Agam. Biarlah Kak Agam hanya tau kalau dia mencintai Emilia. Aku percaya, suatu saat Aku bisa kembali ke tubuhku."
"Di dunia ini sudah tidak ada yang berharga untuk ku. Aku tidak keberatan mati. Aku akan menggunakan waktu ku untuk menyenangkan hatiku, melakukan apa yang tidak pernah ku lakukan, agar saat jiwaku pergi sudah tidak ada penyesalan lagi."
"Tepati janjimu!" tegas Emilia asli.
"Pasti Ku tepati! Aku tidak akan jatuh cinta pada Agam. Puas!"
"Baguslah."
"Pantas Agam risih, jiwamu sangat tidak sopan. Suatu saat jika Kamu kembali ke tubuhmu, belajarlah bersikap sopan, terutama pada yang lebih tua."
"Tidak sudah mengajariku!"
Malas bicara dengan jiwa Emilia lagi, jiwa Viona akhirnya berjalan ke depan melihat pemandangan di sekitar sana.
"Tapi Aku penasaran ini di mana? Alam goib?" tanya jiwa Viona. Jiwa Viona melihat di depan ada cahaya putih, dia berjalan ke depan menuju cahaya putih itu, lalu perlahan tubuhnya sedikit demi sedikit tertelan cahaya putih itu.
"Emilia ..." Jiwa Viona yang berada di tubuh Emilia terbangun. Ternyata pertemuan semalam hanya mimpi.
"Cuma mimpi ternyata?" ucap Emilia. "Tapi seperti nyata? Apa jiwa Emilia suatu saat akan kembali ke tubuhnya? Aku juga sudah berjanji padanya untuk tidak jatuh cinta pada Agam," lanjutnya lagi.
Ceklek
Agam keluar dari kamar mandi dengan jubah mandi. Agam terlihat sangat tampan dengan rambutnya yang basah. Dia tersenyum manis pada Emilia.
"Kamu sudah bangun?" ucap Agam.
"Sudah, Sayang," jawab Emilia tanpa sadar. "Astaga, mulut sialan, Aku memanggilnya Sayang, pasti karena Emilia asli terbiasa dengan panggilan itu, sialan ... sialan ..." batin Emilia tersadar.
Suasana hati Agam berbunga-bunga di panggil lagi oleh Emilia dengan sebutan Sayang. "Cepatlah mandi, setelah sarapan Aku akan mengantarmu ke sekolah."
"Tidak usah, biar supir yang mengantarku."
"Mulai sekarang Aku yang mengantarmu setiap hari ke sekolah. Paham?"
"Ba-baik." Emilia gugup melihat wajah tampan Agam pagi ini yang terlihat sangat ramah. Emilia langsung menepis perasaan nya. Jangan sampai dia jatuh cinta pada Agam.