Shakila Anara Ainur adalah gadis yang sedang dalam proses hijrah.
Demi memenuhi permintaan wanita yang sedang berjuang melawan penyakitnya, Shakila terpaksa menjadi istri kedua dai muda bernama Abian Devan Sanjaya.
Bagaimana kehidupan Shakila setelah menikahi Abian? ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 : Tulisan di kain kafan
"Aku dan kamu juga akan mati, mas!" Abian terbangun dengan nafas naik turun saat suara Shakila seakan berteriak di telinganya.
Abian tertidur sebentar di kamar Shakila sambil memeluk kain kafan milik Shakila dan bermimpi tentang kejadian setelah dirinya menemukan kain kafan di dalam lemari kamar Shakila waktu itu.
Abian seakan diingatkan kembali oleh Tuhan betapa kejamnya dirinya terhadap Shakila waktu itu melalui mimpinya. Bahkan, sekarang Abian tega membiarkan Shakila berada di rumah sakit tanpa dirinya.
"Astagfirullah, kenapa aku memimpikan kejadian waktu itu? apa terjadi sesuatu dengan Shakila di rumah sakit?" tanya Abian pada dirinya sendiri.
Mata Abian menelusuri kamar Shakila yang masih terlihat berantakan. Lemari Shakila kosong karena pakaiannya kini berserakan di lantai.
Dangan tubuh yang lemas, tatapan yang terlihat sendu, penampilan yang berantakan, Abian memunguti satu persatu pakaian Shakila yang ada di lantai kemudian membereskannya dan dimasukkan ke dalam lemari.
Abian ingin memastikan kamar Shakila rapih serta nyaman ditinggali saat nanti Shakila sadarkan diri dan pulang ke rumah mereka.
Sekarang hanya tersisa satu yang belum Abian masukkan ke dalam lemari Shakila, yaitu kain kafan yang pernah menjadi penyebab Abian emosi dan menuduh Shakila dengan sangat kejam.
"Mas yakin kamu akan pulang ke rumah ini," ucap Abian sambil mengusap kain kafan milik Shakila.
Saat Abian akan memasukkan kain kafan Shakila ke dalam lemari, ada selembar kertas terjatuh yang sepertinya berasal dari kain kafan tersebut.
"Apa ini?" Abian mengambil kertas yang terjatuh itu kemudian berjalan ke ranjang dan duduk disana.
Abian membuka kertasnya dan membaca tulisan yang ada di dalamnya. Air mata lolos begitu saja saat Abian membaca kata demi kata di dalam kertas itu.
Shakila memang sengaja menyelipkan kertas di dalam kain kafan yang selalu Ia bawa kemanapun saat belum menikah dengan Abian. Dan isi dari kertas itu...
Assalamu'alaikum
Bismillah, sebelumnya perkenalkan nama saya Shakila Anara Ainur
Saya tidak tahu harus mulai menulis ini darimana, tapi kepada siapapun yang membaca ini, jika berkenan saya ingin menitipkan amanat kepada anda
Saya hidup sendiri di kota ini, orang tua dan adik-adik saya tinggal di desa
Ketika anda membaca ini dan anda menemukan bahwa saya tiada, tolong hubungi kontak yang saya cantumkan disini
Kontak-kontak tersebut adalah kontak orang tua dan adik-adik saya, tolong beritahu mereka jika saya tiada dan minta mereka untuk mengurus jenazah saya
Tolong sampaikan juga pada mereka bahwa saya ingin dimakamkan seperti Fatimah putri Rasulullah dimakamkan dan tolong jangan biarkan laki-laki selain mereka menyentuh jasad saya
Mohon maaf jika amanat ini memberatkan dan menyulitkan anda, tapi saya sangat berharap anda bisa menyampaikan amanat ini pada keluarga saya
Sebelumnya terimakasih dan semoga anda serta keluarga anda selalu diberi kesehatan
Abian menangis karena takut Shakila tidak sadar lagi dari komanya dan dirinya lah yang nantinya akan menjadi orang yang diberi amanat oleh Shakila.
"Aku harus melihat keadaan Shakila sekarang," Abian menutup kembali kertas di tangannya kemudian diletakkan di tempat yang seharusnya dan menyimpan kain kafan Shakila di lemari.
Abian yang sudah merasa lebih tenang dan merasa siap untuk melihat keadaan Shakila bergegas keluar dari kamar itu dan berniat pergi ke rumah sakit.
Saat Abian baru saja akan memasuki ruang tengah, Abian melihat Adam dan mamah mereka tertidur di sofa ruangan itu. Abian yang melihatnya menyadari bahwa semua ini karena dirinya.
Abian ingin mengabaikan mereka dan pergi menemui Shakila di rumah sakit, tapi hatinya tidak membiarkannya untuk pergi begitu saja dari sana.
Abian menghampiri Adam lebih dulu dan mengguncang sedikit tubuh adiknya itu untuk membangunkannya, "Adam, bangun. Pindah lah ke kamar."
Adam yang saat itu sedang dalam kondisi siaga langsung membuka kedua matanya tanpa perlu menunggu Abian membangunkannya berkali-kali.
"Mas mau kemana bawa kunci mobil?" Bukannya pindah ke kamar, Adam malah memberikan pertanyaan pada Abian karena tidak sengaja melihat Abian memegang kunci mobil.
"Mas mau ke rumah sakit, mau melihat keadaan mba Shakila sekalian menggantikan papah dan Adiba," jawab Abian seadanya.
Abian ingin pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Shakila sekaligus menggantikan papah serta adiknya menjaga Shakila.
Abian sadar tidak seharusnya dirinya terpuruk dan membiarkan keluarganya yang menjaga Shakila di rumah sakit.
"Mas istirahat saja tidak apa-apa, percayakan mba Shakila kepada papah dan Adiba," ucap Adam mencegah Abian pergi karena keadaan Abian juga pasti masih sangat kacau sekarang.
"Mas merindukan mba Shakila, mas harus bertemu dan melihat keadaan mba Shakila sekarang."
Adam yang mendengar itu tidak bisa melakukan apa-apa selain membiarkan Abian pergi melihat Shakila di rumah sakit. Mungkin dengan begitu suasana hati kakaknya akan lebih baik.
"Yaudah, kalau begitu biar aku antar mas Abian ke rumah sakit," putus Adam.
Adam mengizinkan Abian pergi ke rumah sakit, tapi tidak membiarkan Abian menyetir karena takut terjadi sesuatu dengan Abian.
"Mamah juga ikut kalau kalian mau ke rumah sakit," ucap Annisa yang entah sejak kapan bangun.
-
-
Abian perlahan menghampiri Shakila yang terbaring tidak sadarkan diri diatas ranjang rumah sakit. Ada luka lebam di sudut bibir dan tulang pipi istrinya yang membuatnya bersumpah akan membuat Nyai Aisyah membayar perbuatannya.
Abian tidak bisa membayangkan bagaimana tubuh kecil istrinya ini terjatuh dari tangga rumah orang tuanya. Pasti seluruh tubuh Shakila merasakan sakit sekarang setelah terjatuh dari tangga setinggi itu.
"Sayang..." tangan Abian perlahan mendekati wajah Shakila, namun tidak sampai menyentuhnya.
Abian tidak ingin sembarangan menyentuh luka Shakila karena takut Shakila akan merasa sakit. Kondisi Shakila saat ini mungkin membuat Shakila tidak bisa merasakan apa-apa yang dialami tubuhnya, tapi Abian tetap tidak ingin menyakiti istrinya.
Sudah cukup istrinya merasakan sakit akibat ulah Nyai Aisyah. Setelah ini Abian akan memastikan istrinya tidak akan pernah merasakan sakit lagi. Abian tidak akan membiarkan siapapun menyakiti istrinya.
"Kamu boleh tidur dan beristirahat selama yang kamu mau, tapi jangan tinggalkan mas ya," bisik Abian pelan di telinga Shakila. Berharap Shakila bisa mendengar ucapannya itu.
"Mas sudah kehilangan Zahra, sayang. Tolong kamu jangan meninggalkan mas juga," Abian mengakhiri kalimatnya dengan kecupan di kening Shakila.
Air mata Abian tanpa sengaja menetes di wajah Shakila, tapi tidak membuat perempuan yang sedang dalam kondisi koma itu merasa terusik.
Abian tentu saja tidak akan tahan melihat kondisi istrinya yang seperti ini. Abian berusaha menahan air matanya, tapi air matanya lolos begitu saja.
Abian yang menyadari itu langsung menghapus air mata di wajah Shakila dan membisikan kata maaf di telinga istrinya itu, "maaf, sayang. Mas tidak akan menangis lagi setelah ini."
trus lanjutan sugar mommy knp gk lanjut kk