NovelToon NovelToon
Kontrak 365 Hari

Kontrak 365 Hari

Status: tamat
Genre:Tamat / Duniahiburan / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta
Popularitas:16.7M
Nilai: 4.7
Nama Author: Clarissa icha

Jihan yang polos dan baik hati perlu mengumpulkan uang dalam jumlah yang besar untuk membayar tagihan medis ibunya yang sakit parah. Terpaksa oleh situasi, dia menandatangani kontrak pernikahan dengan CEO perusahaan, Shaka. Mereka menjadi suami istri kontrak.
Menghadapi ibu mertua yang tulus dan ramah, Jihan merasa bersalah, sedangkan hubungannya dengan Shaka juga semakin asmara.
Disaat dia bingung harus bagaimana mempertahankan pernikahan palsu ini, mantan pacar yang membuat Shaka terluka tiba-tiba muncul...

Bagaimana kisah perjalanan Jihan selama menjalani pernikahan kontrak tersebut.?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Sinar mentari menyeruak, menembus ke dalam kamar melalui celah-celah tirai yang tak tertutup sempurna. Kamar menjadi sangat terang dan mengganggu tidur nyenyak Jihan. Mata dengan bulu lentik itu mengerjab beberapa kali sebelum terbuka lebar. Jihan sedikit bingung mengamati keadaan sekitar. Ruangan luas, dan segala furnitur yang lengkap dan mahal, sangat kontras dengan pemandangan sehari-hari Jihan setiap kali bangun tidur.

"Kenapa aku sampai lupa sedang menginap di hotel." Gumam Jihan setelah memory semalam bermunculan satu persatu. Pernikahan itu bukan mimpi, pesta meriah itu juga sungguhan. Jihan tidak sedang halu. Dia menjadi ratu semalam, di samping raja yang tampan.

"Pak Shaka.?!!" Jihan melompat turun dari ranjang. Dengan ekspresi panik, matanya menatap sekeliling, mencari keberadaan suaminya. Sambil tangannya meraba-raba tubuhnya sendiri, takut sudah di apa-apakan oleh Shaka. Karna tiba-tiba dia sudah ada di atas ranjang, padahal semalam tidur di sofa. Tentu saja ini ulah Shaka. Karna tidak mungkin Jihan pindah ke ranjang dalam keadaan sedang tidur.

Klek,,,!

Jihan menoleh saat mendengar suara pintu di buka. Dari dalam kamar mandi, Shaka muncul hanya memakai handuk yang melilit di pinggang. Otomatis Jihan berbalik badan, walaupun sempat melihat pahatan roti sobek di perut Shaka yang cukup menggoda.

Plak..!!

Jihan menepuk kepalanya sendiri, bisa-bisanya dia berfikir macam-macam. Disaat baru bangun tidur dan masih lumayan pagi, bukannya punya pikiran yang jernih, pikiran Jihan malah ternodai.

Kening Shaka mengkerut, memperhatikan Jihan yang bersikap aneh seperti salah tingkah. Dengan wajah datar, Shaka berjalan menuju koper miliknya untuk mengambil baju ganti.

"Pak Shaka, kenapa,,,"

Jihan belum selesai bicara, tapi sudah dipotong cepat oleh Shaka.

"Jangan berfikir macam-macam. Kamu sempat jatuh dari sofa, jadi aku pindahkan kamu di ranjang.!" Tegasnya menjelaskan. Dari nada bicaranya, jelas Shaka tidak mau ada kesalahpahaman.

Jihan terdiam sejenak, mencoba mengingat apa yang barusan dikatakan Shaka. Namun Jihan tidak merasa jatuh dari sofa. Entah Shaka yang bohong, atau Jihan terlalu pulas, jadi tidak sadar saat jatuh dari sofa.

Di tengah-tengah lamunan dan rasa penasaran, Shaka kembali bicara.

"Aku tidak tertarik menyentuhmu, jadi jangan berfikir aku mengambil keuntungan saat memindahkan mu ke ranjang." Ucapnya sedikit mencibir. Seolah-olah Jihan tidak menarik sama sekali. Dan hal itu membuat Jihan kesal, sampai punya pikiran untuk membalas perkataan Shaka.

"Banyak yang bilang, pria normal sulit menahan diri kalau hanya berduaan di dalam kamar dengan wanita.!" Tugas Jihan. Dia tersenyum puas dalam hati, walaupun tidak bisa melihat reaksi Shaka karna posisinya berdiri membelakangi pria itu.

"Jadi patut di pertanyakan kalau tidak terjadi sesuatu." Kalimatnya penuh penekanan, Jihan sengaja bicara lagi karna tidak ada respon dari Shaka.

"Memangnya apa yang kamu harapkan.?" Jihan melonjak kaget, dia terkejut karna suara Shaka begitu dekat di telinganya.

Saat menoleh, rupanya Shaka sudah ada di belakangnya. Hanya berjarak beberapa senti. Jihan menelan ludah susah payah, netranya tak bisa dikondisikan saat melihat Shaka masih bertelanjang dada. Hanya saja sudah tidak memakai handuk lagi, melainkan celana pendek selutut. Jihan reflek menjauh, terlalu dekat dengan Shaka membuatnya sulit bernafas. Apalagi aroma sampo dan sabun yang menguar dari tubuh suaminya itu, seolah mengobrak-abrik pertahanan indera penciumannya.

"Ti,,tidak ada.!" Jawab Jihan sambil berlari ke kamar mandi.

Shaka tersenyum miring melihat Jihan lari ketakutan. Kalau pria lain, mungkin akan tertawa terbahak-bahak melihat wajah pucat Jihan saat ketakutan. Tapi hal itu tidak berlaku untuk Shaka yang super dingin dan cuek.

...******...

Jihan duduk di depan meja rias sambil menikmati potongan buah di atas piring. Seharian dia dan Shaka di dalam kamar hotel tanpa adanya interaksi. Shaka menyibukkan diri dengan laptopnya. Tadi pagi usai sarapan, asisten pribadi Shaka datang ke hotel untuk sekedar membawakan laptop. Shaka mungkin bosan berdiam diri di kamar hotel tanpa ada kegiatan, jadi dia menyuruh asistennya membawakan laptop agar dia punya kesibukan. Karna masih ada 1 malam lagi untuk menginap di hotel.

Jihan melirik jam di ponselnya. Sudah jam 11, dia ingin mengajak Shaka makan siang di luar agar tidak bosan, tapi ragu-ragu.

5 menit, 10 menit, belum ada tanda-tanda Shaka akan menutup laptopnya. Wajahnya malah semakin serius, menatap layar laptop di depan meja. Pria itu benar-benar sibuk.

"Pak,, Pak Shaka.?!" Seru Jihan setelah bergulat dengan pikirannya sendiri.

Shaka mengangkat wajah ke arah Jihan, sebelah alis terangkat.

"Sudah waktunya makan siang. Bagaimana kalau makan di luar.? Aku bosan hanya di dalam kamar."

Tidak ada jawaban, tapi tangannya melipat laptop dan beranjak dari sofa.

Jihan mengulum senyum melihat Shaka berdiri. Wanita itu lantas meraih sling bag, memasukkan ponselnya dan membuntuti Shaka.

Sesekali Jihan menatap punggung Shaka, pria tinggi itu sangat cool dan keren meski di lihat dari belakang. Mungkin karna postur tubuhnya cukup mendukung, lalu outfitnya yang casual namun bermerk. Apalagi jam tangan mahalnya selalu menempel di pergelangan tangan. Hanya melihat sekilas saja, semua orang pasti bisa menebak kalau Shaka seorang Sultan.

Masuk ke salah satu restoran di hotel tersebut, Jihan dan Shaka duduk berhadapan. Pasangan suami istri itu seperti orang asing, diam membisu sejak keluar dari kamar hotel.

Keduanya lantas memesan makanan.

Suara dering ponsel milik Shaka memecah keheningan. Pria itu merogoh ponsel dalam saku celana dan mengangkat panggilan telfon.

"Ya, ada apa Mah.?"

"Hemm."

Jihan yang sedang sibuk dengan ponsel di tangannya, sedikit terkejut saat di sodorkan ponsel milik Shaka.

"Mama mau ngomong." Katanya dengan gaya cuek.

Jihan mengambil ponsel mahal dari tangan Shaka dan mendekatkan ke telinganya.

"Siang Mah,," Sapa Jihan ramah. Bibirnya mengulas senyum lebar karna terharu. Mama mertuanya terlalu baik, sampai menelfon Shaka untuk sekedar bicara padanya.

Di depan Jihan, pria tampan itu menatap tanpa kedip ketika Jihan mengembangkan senyum manisnya. Meski wajah Shaka datar, namun tatapan matanya sedikit beda. Bibir Shaka mungkin bisa menyangkal, tapi tatapan matanya tak bisa membohongi seperti apa pesona Jihan ketika tersenyum.

"Kamu sedang apa.? Apa semalam sukses.?"

Seloroh Mama Sonia. Jihan melirik ke arah Shaka dengan pipi bersemu merah. Pertanyaan Mama mertuanya membuat Jihan salah tingkah. Untung saja Shaka tidak dengar.

Walaupun Jihan tidak berpengalaman, namun usia 25 tahun cukup matang untuk mengetahui kehidupan setelah pernikahan. Jadi otaknya langsung terkoneksi saat di beri pertanyaan seperti itu.

"Kami mau makan siang di Mah. Mama sudah makan.?" Jihan mengalihkan pembicaraan agar tidak menjurus ke arah sana, jadi tidak menanggapi pertanyaan Mama mertuanya.

"Ya sudah kamu makan dulu saja. Makan yang banyak supaya punya tenaga. Jangan lupa buatkan cucu yang lucu-lucu untuk kami."

Kata Mama Sonia yang terdengar menahan tawa di seberang sana. Wajah Jihan semakin merona saja. Shaka sampai penasaran, apa yang membuat Jihan tampak malu dan salah tingkah.

"Ini." Jihan menyodorkan ponsel Shaka setelah mengakhiri telfon.

Jihan langsung menundukkan kepala dan tidak berani menatap Shaka. Hal itu semakin memancing rasa penasaran Shaka. Pria itu kepo berat.

"Mama ngomong apa.?" Tanya Shaka sedikit memaksa.

"Pak Shaka kenapa tidak bilang kalau Mama sudah ingin punya cucu. Tau begitu, saya tidak mau menikah dengan Pak Shaka. Bagaimana kalau setiap hari di tagih cucu." Cerocos Jihan dengan bibir mencebik. Dia kesal pada Shaka, sekaligus kasihan pada mertuanya. Tanpa di sengaja, dia telah memberikan harapan palsu pada mertua sebaik Mama dan Papa Shaka.

1
Asus Zen5
Luar biasa
Rahma Junia11
seru lanjut
Rahma Junia11
lni cerita nya seru banget
@bimaraZ
hati2 shaka kamu akan kecanduan bibir si jihan😍
Reni Setia
makasih untuk ceritanya ya thor
Ananda Muthaharoh
jihan umur aja 25, tp kelakuan kaya anak bayi, belajarlah dewasa jihan agar km memahami situasi jngan kekanak2an yg membuat rugi km nanti, pikirkan baik2 sebelum bertindak.
Siti Khotijah
gllnjjmm
Siti Nurbaidah
Luar biasa
Dian Min Young
serang terus 🤣🤣🤣
Indahokt
Kecewa
Indahokt
Buruk
Titin Taslim
/Facepalm/
Ida Sahil
ahhh bakal ada bunga² cinta nih ....🥰
Tarry Lestarry
bahasanya masih kaku, harusnya aku kamu bukan saya, kayak masih orang lain gitu
Ida Sahil
masi mending nikah kontrak dr pada jual diri,
Ida Miswanti
tampaknya hilal adik Flora akan segera Launching 🤭
Eka Sari Agustina
👍👍👍
Nur Andi Baharuddin
Kecewa
Nur Andi Baharuddin
Buruk
Nur Andi Baharuddin
Kecewa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!