'Xannia Clowin'
Gadis cantik berusia 22 tahun yang selama menjalani hidup baru kali ini dia mengetahui pengkhianatan sang ayah kepada ibunya .
Sejak Xannia berusia 2 tahun ternyata sang ayah sudah menikah lagi bahkan wanita itu sedang mengandung anaknya.
Awal mula terbongkar pengkhianatan ayahnya itu ketika sorang gadis yang tak jauh beda dari usia xannia datang,gadis itu langsung menemui ibu Xannia dan mengaku sebagai anak dari istri kedua suaminya,
semenjak kejadia itu ibu xannia sering sakit-sakitan dan 5 bulan kemudian sang ibu meninggal dunia.
Dari kejadian itu menimbulkan rasa dendam dan sakit hati Xannia kepada ayah dan kelurga istri keduanya,sehingga Xannia bertekat membalaskan dendam atas rasa sakit dan pengkhiantan ayahnya yang sampai membuat ibunya tiada,bahkan dia rela menjadi istri kontrak miliader yang ingin memiliki keturunan , dan dari situlah Xannia ingin memanfaatkan pria itu untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VHY__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
. . .
"Sejak kapan kau menyukaiku?" tanya Davendra di sela-sela makan malamnya bersama sang istri.
Kedua pasangan itu masih berada di rooftop restoran dengan latar belakang menara Eiffel di malam hari.
"Sejak aku melihatmu di pemakaman kedua orang tuamu," jawab Xannia.
"Saat itu mommy membawaku bersamanya, lanjutnya.
"Itu sudah lama, dan mungkin usiamu masih sembilan tahun," kata Davendra.
"Hmm, aku melihatmu. Anak remaja yang tidak mengeluarkan air matanya saat kedua orang tuanya meninggal, tapi aku tahu kau pasti menyimpan kesedihan itu dalam hatimu dan kau hanya tidak ingin menunjukkannya pada semua orang," sahut Xannia.
"Dan setelah itu, saat aku berusia dua puluh tahun.
Pria tua itu dan mommy selalu mengajakku ke pesta-pesta para pengusaha dan aku jadi lebih sering melihatmu," ujarnya sambil memperlihatkan senyum cantiknya.
"Apa alasanmu bekerja di perusahaan ku juga karna aku?" tanya Davendra yang mengalihkan pembicaraan mengenai kedua orang tuanya.
Xannia yang mengerti itu pun langsung tidak membahasnya lagi.
"Bisa di katakan iya, bisa juga tidak. Perusahaanmu adalah perusahaan besar, siapa yang tidak ingin masuk dan di terima di sana, jelas aku akan lebih memilih perusahaan yang menjanjikan apalagi saat itu aku baru lulus kuliah," sahut Xannia.
"Tapi siapa sangka aku akan di terima dengan mudahnya disana," lanjutnya disertai dengan kekehan kecil.
"Lalu, jika kau menyukaiku kenapa tidak mengatakannya padaku," kata Xannia menatap tajam suaminya.
"Aku menunggu waktu yang pas. Tapi, siapa sangka kau malah datang dengan sendirinya padaku," sahut Davendra.
"Kau menyebalkan, kau tahu?" ujar Xannja.
"Yeahh... I know," sahut Davendra mengedikkan bahunya.
"Tapi siapa sangka kau akan melamar ku dan mengajakku menikah lebih dulu," kata Davendra.
"Aku tidak melamar mu," sangkal xannia.
"Ya ... Tapi kau mengajakku menikah, honey," sahut Davendra yang tak mau kalah.
Xannia mencebikan bibirnya dan memakan makanannya.
Sedangkan Davendra hanya bisa menahan senyumnya saat melihat wajah kesal sang istri.
"Aku masih memiliki satu hadiah lagi untukmu,"kata Davendra.
Xannja langsung mendongakkan kepalanya dan melihat suami tampannya.
"Apa?" tanya Xannia.
"Hadiahnya ada di New York. Kau akan tahu jika kita sudah pulang nanti," jawab Davendra sedikit menaikan ujung bibirnya.
"Apa kau tidak bisa langsung mengatakannya saja hadiahnya apa," ujar Xannia
"Tidak bisa!! Karna ini rahasia," sahut Davendra sambil menaruh telunjuknya di depan bibir.
"Ckk... Lalu kenapa kau mengatakannya tadi," decak Xannia.
"Hanya ingin membuatmu penasaran saja," goda Davendra.
"Kau benar-benar menyebalkan," ujarnya dan kembali melanjutkan makannya dengan anggun.
Sedari tadi Davendra hanya memperhatikan cara makan Xannia yang terkesan seksi di matanya.
"Makanlah, hanya dengan melihatku saja tidak akan membuatmu kenyang," ujar Xannia.
"Aku sudah kenyang, dan sedang menunggu makanan penutupnya," ucap Davendra dengan pandangan yang fokus pada sang istri.
"Kau sangat cantik. Tapi gaun itu terlalu terbuka untukmu," kata Davendra yang melihat bahu putih sang istri.
"Bukankah kau yang memilihkannya?" tanya Xannia.
"Tidak!! Aku menyuruh pegawaiku, mungkin dia meminta bantuan istrinya," jawab Davendra.
Davendra melepas jas hitamnya, dan beranjak dari kursinya.
Pria tampan itu berjalan menghampiri sang istri dan menyampirkan jas itu di bahu Xannia untuk menutupinya.
"Aku tidak mau orang lain melihatnya," kata Davendra dan mengecup pucuk kepala Xannia sebelum kembali ke tempatnya.
"Kalau begitu kenapa kau menyuruh orang untuk memilihnya," sahut Xannia
.
.
.
Setelah menghabiskan makan malamnya, mereka tidak langsung pergi dan masih berada di sana.
Terlihat seorang pelayan datang, dan Xannia pikir pelayan itu akan mengantarkan bill mereka.
Tapi, ternyata pelayan tersebut merogoh saku celananya dan memberikan kotak beludru berwarna merah pada Davendra
Setelah memberikannya pelayan tersebut pun pamit undur dari hadapan mereka berdua.
Davendra membuka kotak yang ternyata isinya adalah sebuah kalung permata berwarna biru, mirip dengan warna mata sang istri.
Davendra beranjak dari kursinya dan berjalan menghampiri Xannia.
Pria itu memakaikan kalung tersebut di leher Xannia.
Xannia menyentuh bandul kalung itu dengan senyum yang tidak pernah luntur dari bibirnya.
"I love you," bisik Davendra dan mengecup pundak Xannia yang terbuka.
Tangan Xannia terulur kebelakang guna menyentuh dan mengusap pipi Davendra yang masih ada di belakangnya.
"Aku juga mencintaimu," kata Xannia.
"Aku sangat menyukainya. Ini sangat indah," ucapnya lagi.
"Ayo kita pulang, hari sudah semakin larut dan semakin dingin," kata Davendra dan mendapat anggukan dari Xannia.
Davendra menggandeng tangan Xannia sampai mereka masuk kedalam lift dan pintu lift tertutup.
Setelah pintu lift tertutup,Davendra menyudutkan Xannia hingga punggung wanita itu menempel dengan dinginnya dinding lift.
Tanpa menyia-nyiakan banyak waktu, Davendra langsung mencium dan menyesap bibir seksi sang istri.
Tangan pria itu bergerilya kemana-manå dan meremas bokong sang istri.
Xannia menghentikan ciuman itu dan menahan dada Suaminya.
"Ini di lift," kata Xannia.
"Lalu?" tanya Davendra yang seolah tak perduli dimana mereka berada.
"Nanti ada orang yang akan melihat kita," jawab Xannia karna melihat cctv dari pojok kiri lift.
"Biarkan saja," sahut Davendra.
Davendra hendak mencium bibir Xannia lagi, tapi ternyata pintu lift sudah lebih dulu terbuka.
TING....
Mereka berdua berjalan beriringan dengan Davendra yang masih menggenggam tangan sang istri.
Saat Davendra akan membuka pintu restoran, tiba-tiba ada pelanggan lain yang membukanya lebih dulu.
"Rully?" panggil Davendra saat melihat pria yang di kenalnya.
Sementara Xannia hanya melihatnya saja.
"Dave?" sahut rully yang tak kalah terkejutnya.
"Sedang apa kau di Paris? Apa urusan pekerjaan?" tanya Rully sambil menjabat tangan Davendra.
Walau pun bertemu orang yang di kenalnya Davendra tetaplah pria dingin yang jarang memperlihatkan senyumannya.
"Aku sedang honeymoon," jawab Davendra.
"Ini istriku, xannia," kata Davendra memperkenalkan istrinya.
Xannia tersenyum dan menjabat tangan Rully.
Sementara Rully tidak ada niatan sama sekali untuk memperkenalkan wanita yang ada di sampingnya pada Davendra dan Xannia.
Dan Xannia dapat melihat dengan jelas wajah tak senang dari wanita tersebut.
"Apa dia istri anda?" tanya Xannia.
"Hanya teman,"
"Aku calon tunangannya,"
Ujar mereka berdua secara bersamaan, bedanya Rully dengan wajah datar dan jenuh, sementara wanita di sampingnya dengan senyum lebar dan wajah sombong.
"Oohh," Xannia hanya bisa ber'o ria tanpa tahu harus membalas apa.
"Kau disini sedang apa?" tanya Davendra basa-basi.
"Menemui ayahku, dia ada di Paris," sahut Rully.
"Kalian akan pulang?" tanya Rully.
"Hmm," jawab Davendra sebagai gumaman.
"Kalau begitu kami permisi," kata Davendra dan membawa sang istri keluar dari restoran.
Karna sejak tadi mereka berbicara di ambang pintu masuk restoran dan menghalangi orang yang akan masuk atau keluar.
"Dia temanmu?" tanya Xannia setelah mereka masuk kedalam mobil.
"Ya... Kami satu universitas dan cukup dekat, dan masih berhubungan baik sampai sekarang," jawab Maverick sambil menyalakan mesin mobilnya.
"Apa pekerjaannya? Apa dia seorang pengusaha juga?" tanya Xannia.
"Tidak!! Dia seorang dosen dan mengajar di Universitas New York," jawab Davendra.
Davendra melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang dan menikmati waktu bersama sang istri.
"Dia pasti sangat pintar hingga menjadi seorang dosen," kata Xannia yang secara tak langsung memuji Rully.
"Aku juga pintar, Honey. Bahkan aku selalu berada di atasnya saat kuliah," Ujar Davendra mengeluarkan kesombongannya.
Sedangkan Xannia hanya terkekeh melihat suaminya.
"Oh ya... Dia juga kakak dari temanmu," kata Davendra.
"Temanku? Siapa?" tanya Xannia bertanya-tanya melihat kearah suaminya.
"Airin, orang yang mengajakmu ke club," sahut Davendra.
"Benar-benar?" tanya Xannia dan diangguk oleh Davendra.
"Ahh ya ... Aku ingat, aku pernah melihat fotonya saat aku ke rumah Airin Pantas saja wajahnya tak asing,"
seru Xannia yang baru mengingat sesuatu.
"Tapi, Airin bilang kakaknya pergi ke Itali. Tapi kenapa ada di Paris?" gumam Xannia
"Berhenti memikirkan orang lain. Dan mungkin setelah dari Itali Rully langsung ke Paris," ujar Davendra.
"Hmm, kau benar juga," sahut xannia menganggukkan kepalanya setuju dengan perkataan suaminya.
Karna Xannia tak berbicara lagi, akhirnya tangan Davendra yang bebas beralih pada paha Xannia yang terlihat dan mengusap-usapnya dengan gerakan pelan.
Davendra melihat kearah Xannia sebentar yang sedang memejamkan matanya dan menggigit bawah bibirnya.
Xannia menghentikan gerakan tangan suaminya yang menyentuh pahanya, karna itu membuat tubuhnya meremang.
"Fuck!!" runtuk Davendra yang terbakar api gairahnya sendirinya hanya karna melihat wajah seksi istrinya.
Davendra langsung menancapkan gasnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.
Setelah memarkirkan mobil miliknya di basement apartement, Davendra langsung keluar dari mobil dan membuka pintu mobil tempat dimana Xannia duduk.
Pria itu langsung menggendong sang istri ala bridal style dan menutup pintu mobil itu menggunakan kakinya.
Davendra berjalan masuk kedalam lift dengan Xannia yang masih ada di dalam gendongannya.
Setelah pintu lift tertutup dengan sendirinya, Davendra langsung memagut bibir itu dengan lembut.
Seolah terombang-ambing oleh permainan bibir suaminya, Xannia membalas ciumannya.
TING...
Setelah pintu lift terbuka davendra menghentikan ciumannya dan membawa Xannia menuju apartement mereka.
"Tekan sandinya," kata Davendra dengan suara seraknya.
Xannia menekan nomer sandi yang memang sudah di hapalnya.
Davendra membawa Xannia masuk kedalam setelah pintu berhasil di buka.
Dave menendang pintu itu menggunakan kakinya agar tertutup kembali.
Pria itu membawa sang istri ke kamar mereka dan menaruh Xannia di ranjang empuk itu.
Davendra melepaskan kancing kemejanya satu persatu dan melemparnya dengan asal.Sedangkan xannia membuka sendiri gaunnya untuk mempermudah pekerjaan suaminya.
Davendra menarik gaun itu melewati kaki Xannia dan melemparnya ke sembarang arah.
"I love you," kata Davendra sebelum merangkak naik ke atas tubuh seksi sang istri yang hanya berbalut pakaian dalam berwarna hitam.
"I love you more," balas Xannia sambil mengusap rahang kokoh suaminya dan mengecup bibir itu beberapa kali.
Saat Xannia akan mengecupnya lagi,Davendra langsung menahannya dan mencium bibirnya, beberapa kali Davendra menyesap bibir seksi yang sangat candu untuk dirinya.
Tangan Davendra yang semula berada di paha sang istri kini berpindah menyusuri perut rata Xannia dan berakhir di gundukan milik sang istri yang masih berbalut bra hitam.
Tangan Davendra terulur ke belakang untuk membuka pengait bra milik sang istri.
"Pengaitnya ada di depan," kata Xannia dengan suara pelan.
"Aku mempermudah dirimu, honey," ujarnya lagi menatap mata tajam sang suami.
Tanpa menunggu banyak waktu, Davendra langsung membukanya dan membuangnya.
Pria itu dengan cepat dan lihai bermain di area dada milik sang istri, bahkan menyesapnya seperti bayi yang haus.
Sementara tangannya yang bebas meremas dan memilin dada Xannia yang lain.
"Ahhh..." desahan dan erangan Xannia keluar saat suaminya begitu lihai memainkan tubuhnya.
Tidak ingin terlalu lama bermain, Davendra pun membuka celananya dan terpampang lah miliknya yang gagah perkasa di hadapan Xannia.
Pria itu langsung memulai ke adegan intinya dan membenamkan miliknya pada milik sang istri.
"It's so tight, honey," rancau Davendra di tengah-tengah guncangannya pada sang istri.
"Daveee," lirih Xannia dengan napas yang tak beraturan.
"Ahhhh--" sentak Xannia saat Davendra menghentakkan miliknya begitu kuat.
Beberapa kali Davendra mengganti gaya bercintanya dan sang istri mengikutinya saja.
Hingga desahan mereka keluar secara bersamaan setelah mencapai puncaknya.
Dan percintaan panas itu baru selesai jam tiga dini hari setelah Davendra beberapa kali menambah rondenya.
Dan kini kedua pasangan itu tengah menikmati waktu mereka setelah pergulatan yang menguras banyak tenaga dan keringat.
Terlihat Davendra tengah memeluk tubuh polos Xannia dari balik selimut.
Dia mengecup punggung terbuka Xannia beberapa kali.
"Bagaimana dengan surat kontraknya?" tanya Xannia tiba-tiba.
"Aku akan memperpanjangnya menjadi seumur hidup," jawab Davendra.
"Jadi surat itu masih berlaku?" tanya Xannia sambil mengusap lengan suaminya yang ada di perutnya.
"Hmm, agar kau tidak bisa meninggalkanku dan itu akan mengikatmu seumur hidup," sahut Davendra.
"Kau licik," ucap Xannia dengan diiringi tawa kecilnya.
"Kuharap dia cepat ada disini," kata Davendra mengusap lembut perut rata sang istri.
"Hmm," gumam Xannia dan menguap.
"Tidurlah," ucap Dave.
Davendra mengusap kepala Xannia dengan lembut hingga membuat wanita itu terbuai dan terlelap menuju alam mimpi.
"Good night, honey. I love you more," kata Davendra mengecup bahu terbuka sang istri.
Dan tak lama kemudian Ia pun menyusul Sang istri ke alam mimpinya.
Bersambung....
Selamat... bahagia sllu utk mu daddy dave & mommy xannia 😍😍❤️❤️❤️