Anindya Alyssa seorang wanita manis yang memiliki warna kulit putih bersih, bekerja sebagai waiters di salah satu hotel yang cukup terkenal di kotanya. Hidup sebatang kara membuat harapannya untuk menjadi sekretaris profesional pupus begitu saja karena keterbatasan biaya untuk pendidikan nya.
Namun takdir seakan mempermainkan nya, pekerjaan sebagai waitres lenyap begitu saja akibat kejadian satu malam yang bukan hanya menghancurkan pekerjaan, tetapi juga masa depannya.
Arsenio Lucifer seorang pria tampan yang merupakan ceo sekaligus pemilik dari perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Terkenal akan hasil produksi yang selalu berada di urutan teratas di pasaran, membuat sosok Lucifer disegani dalam dunia bisnis. Selain kehebatan perusahaan nya, ia juga terkenal akan ketampanan dan juga sifat gonta-ganti pasangan setiap hari bahkan setiap 6 jam sekali.
Namun kejadian satu malam membuat sifatnya yang biasa disebut 'cassanova' berubah seketika. Penolakan malam itu justru membuat hati seorang Lucifer takluk dalam pesona seorang waiters biasa.
Lalu bagaimana kisah Assa dan Lucifer?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
Keesokan harinya, Anin sudah kembali bekerja di restoran pagi-pagi sekali. Tentu ia dan rekan-rekannya memang harus begitu karena pengunjung hotel akan sarapan di restoran.
Anin yang saat itu baru selesai mengantar makanan ke salah meja lantas dikejutkan dengan suara bisik-bisik dari temannya, Desi.
"Bos kita ganteng banget, Nin!!!" teriak tertahan Desi dengan tangan yang meremat tangan Anin.
Anin yang mendengar itu lantas ikut menoleh, tatapan Anin yang awalnya biasa saja berubah menjadi tatapan penuh kekaguman. Ia terpesona pada sosok pria yang memakai celana Chino berwarna cream dan kemeja putih dengan dua kancing atas terbuka, memperlihatkan bagian dada pria yang berstatus sebagai bos nya itu. Jangan lupakan kacamata hitam yang bertengger manis serta jam tangan mahal yang terlihat dominan di pergelangan tangannya.
Tubuh Anin mendadak kaku saat pria itu berjalan mendekatinya, ia bahkan bukannya memberi sapaan hormat malah hanya melongo saja. Kesadaran Anin kembali saat bos nya itu berjalan melewatinya, memberi aroma parfum yang tercium bahwa parfum itu tidak murahan. Bos nya itu duduk di kursi yang berada tepat di depannya dan Desi.
"Anin, tundukan kepalamu." Tegur Desi menarik ujung baju Anindya.
Anindya yang tersadar lantas menunduk, ia memejamkan matanya dan tak henti mengumpat akibat kecerobohan nya yang bisa terpukau akan ketampanan bos nya itu. Jangan sampai Anin dimarahi karena ini.
"Kau, buatkan aku segelas jus dan juga sandwich." Suara tegas dan lantang itu terdengar mengarah kapada Desi.
"Baik, Tuan Arsen." Balas Desi dengan sopan kemudian segera pergi seraya melirik Anin sesaat dan meminta gadis itu mengikutinya.
Anindya yang tersadar segera menunduk sopan, ia lantas menyusul Desi yang sudah pergi duluan meninggalkannya yang masih sempat terpaku akan ketampanan Ceo Lcf'corporation itu. Sementara bos nya itu tampak diam dengan ponsel ditangannya, ia tak akan peduli pada gadis pelayan seperti Anin.
Anin pergi ke bagian dapur, ia melihat Desi saat ini tengah tertawa sambil geleng-geleng kepala padanya. Ia tahu bahwa temannya itu sedang meledeknya yang tadi terpana akan ketampanan pak Arsen.
"Terpana atau terpukau, Bu sampe bos nya sendiri tak diberi hormat?" tanya Desi tertawa sampai memegangi perutnya.
"Nggak gitu loh, tapi emang ada ya wanita yang nggak terpesona sama pak Arsen, kayanya mustahil." Jawab Anin dengan wajah ditekuk.
"Hei kalian, sudahlah lupakan yang tadi dan cepat antar makanan ini ke meja pak Arsen." Ucap Hardi seraya memberikan sandwich dan juga jus sesuai pesanan sang bos.
"Anin, sana antar. Aku harus membantu Kak Ratna," tutur Desi kemudian langsung pergi.
Anin meraih nampan berisi makanan itu dengan tangan yang berkeringat, sejujurnya ia tak sanggup jika harus berhadapan dengan bos nya, bukan apa-apa, tetapi ia takut tak dapat mengerjakan segalanya dengan benar.
"Nggak usah takut, Nin. Setegas-tegasnya pak Arsen, dia nggak makan orang kok." Ujar Bima yang seakan ikut menggodanya.
Anin menarik nafas lalu membuangnya, ia segera membawa nampan itu ke meja sang bos. Saat sampai tepat dimeja pak Arsen, dengan hati-hati Anin meletakkan pesanannya di meja.
"Sepertinya saya asing denganmu, kau pegawai baru?" tanya Arsen secara tiba-tiba.
Anin tersentak, ia buru-buru mengangukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Iya, Pak. Saya Anin, pegawai baru disini." Jawab Anindya dengan sesopan mungkin.
Arsen hanya diam tanpa berniat membalas penjelaskan dari pelayan restoran itu, ia mulai menyantap sarapannya dengan tangan yang tak henti menggulir sebuah laman yang sepertinya adalah laman Instagram.
"Mengapa kau masih disini?" tanya Arsen terdengar tak enak.
Anindya tersadar dari lamunannya,.kali ini ia bukan memikirkan pesona bos nya, melainkan paman dan bibirnya. Akan jadi apa saat sampai di rumah setelah sejak kemarin tidak pulang kesana.
"Maaf, Pak. Saya permisi," pamit Anin menunduk sopan kemudian barulah pergi.
***
Anin pulang ke rumah paman dan bibinya setelah bekerja sejak kemarin, sesampainya di rumah Anin langsung mendapat hadiah dari sang bibi berupa tamparan keras yang terasa begitu panas.
Anin jatuh tersungkur setelah mendapat perlakuan kasar dari sang bibi.
"Apa, sakit?" tanya Rida menjambak rambut Anindya tanpa belas kasihan.
"Inilah balasan untuk seorang gadis yang baru pulang setelah dua hari. Kamu kemana Anin?!!" cecar Rida semakin erat mencengkram rambut Anin.
"A-aku bekerja, Bi." sahut Anindya terbata.
Tak lama Dela keluar dari kamar, gadis itu melempar sebuah tas yang berisi pakaian milik Anindya.
"Makan tuh barang-barang lo dan segera pergi." Ucap Dela dengan angkuh.
Anindya menatap bibi dan sepupunya dengan tatapan tak menyangka. Ia merangkak mendekati sang bibi, bahkan memegang kaki Rida.
"Bibi, jangan, Bi. Aku mohon jangan mengusirku!!!" pinta Anindya memohon.
"Nggak, segera angkat kaki karena rumah saya tidak butuh orang yang ingin nya gratisan seperti kamu, disuruh kerja saja susah!" balas Rida mendorong Anindya menjauh.
Anindya menangis, ia harus mencari perlindungan panas dan hujan kemana, meskipun hotel tempatnya bekerja ada mes, namun saat ini ia sedang tidak bekerja dan rasanya tidak enak saja datang kesana. Setidaknya ia harus menunggu sampai malam ini.
"Pergi sana!!" Usir Dela dengan tangan yang terlipat di dadanya.
Anin meraih tas miliknya, ia bangun lalu menatap Bibi dan sepupunya dengan tatapan mata penuh permohonan, namun sepertinya kedua wanita itu tak peduli padanya.
"Aku pergi, Bi. Terima kasih untuk semuanya selama ini, Assalamualaikum." Pamit Anindya kemudian pergi dari rumah sang bibi.
Like, komen dan vote nya ditunggu Zheyenk 😘
To be continued
kau kecanduan akan tubuh anin tapi kenapa kau terlalu sebrengsek itu ke anin
belum cukup puaskah yg menyakiti anin sebegitunya
ahh apakah jalang teriak jalang 🤔🤔