NovelToon NovelToon
Battle Of The Genies"Adu Jin"

Battle Of The Genies"Adu Jin"

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Hantu
Popularitas:322
Nilai: 5
Nama Author: Ramos Mujitno Supratman

Genies mulai bermunculan dari dimensi lain, masing-masing mencari partner manusia mereka di seluruh dunia. Dalam pencarian mereka, genies yang beraneka ragam dengan kekuatan luar biasa mulai berpencar, setiap satu memiliki kekuatan unik. Di tengah kekacauan itu, sebuah genie dengan aura hitam pekat muncul tiba-tiba, jatuh di kamar seorang anak berkacamata yang dikenal aktif berolahraga. Pertemuan yang tak terduga ini akan mengubah hidup mereka berdua selamanya, membawa mereka ke dalam petualangan penuh misteri dan kekuatan yang tak terbayangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ramos Mujitno Supratman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

apakah itu om hilter

Raka Menemukan Genie Prajurit Tempur Nazi

Setelah berjalan jauh ke dalam hutan yang mengarah ke gunung, Raka merasa lelah namun bersemangat. Tiba-tiba, dia mendengar suara gemuruh dari kejauhan. Dengan rasa ingin tahu, dia mengikuti suara itu hingga tiba di sebuah area terbuka, di mana dia melihat sosok yang tidak biasa berdiri di tengah reruntuhan.

Raka (berbisik pada dirinya sendiri):

“Apa itu? Sepertinya ada sesuatu di sana…”

Saat Raka mendekat, dia melihat seorang genie berwujud prajurit dengan seragam yang tampak kuno dan menakutkan, lengkap dengan senjata dan perlengkapan tempur. Prajurit genie itu tampak garang, dengan mata yang tajam dan wajah yang serius.

Genie Prajurit (menyadari kehadiran Raka, dengan suara berat):

“Siapa yang berani mendekat ke tempat ini? Ini adalah wilayah yang terlarang!”

Raka (terkejut namun berani):

“Saya Raka! Saya tidak bermaksud mengganggu. Saya hanya sedang menjelajahi gunung ini.”

Genie Prajurit (masih waspada):

“Menjelajahi? Di sini? Hanya mereka yang kuat yang dapat bertahan hidup di tempat seperti ini.”

Raka:

“Saya tahu tempat ini penuh bahaya, tapi saya ingin menemukan kekuatan dalam diri saya. Dan... saya mendengar cerita tentang genie yang bisa membantu.”

Genie Prajurit (menatap Raka dengan skeptis):

“Banyak yang berusaha mencari kekuatan, tetapi hanya sedikit yang berhasil. Apa kau siap menghadapi tantangan yang akan datang?”

Raka (dengan tegas):

“Saya siap! Saya tidak takut, dan saya ingin belajar dari yang terbaik.”

Genie Prajurit (mendekat dengan tatapan serius):

“Baiklah, Raka. Jika kau ingin belajar, kau harus melalui ujian terlebih dahulu. Hanya dengan melewati ujian ini, kau bisa mendapatkan kekuatan dan pengetahuan yang kau cari.”

Raka (bersemangat):

“Apa ujian itu? Saya siap untuk melakukan apa pun!”

Genie Prajurit (menunjuk ke arah medan yang sulit):

“Ujiannya adalah bertahan dalam pertarungan. Kau akan berhadapan dengan salah satu ilusi tempur terkuat yang aku miliki. Jika kau bisa mengalahkannya, maka aku akan mengajarkanmu semua yang aku tahu.”

Raka (menegakkan kepala):

“Baiklah! Saya tidak akan mundur! Mari kita mulai!”

Genie Prajurit (mengangguk, sambil mengangkat tangannya):

“Siapkan dirimu. Ketahuilah, pertarungan ini bukan hanya tentang kekuatan fisik, tetapi juga tentang kecerdasan dan strategi.”

Dari tangan genie prajurit, muncul ilusi prajurit tempur Nazi yang menyeramkan, siap menyerang Raka. Raka merasa sedikit gentar, tetapi dia tetap berusaha untuk tetap tenang.

Raka (berbisik pada dirinya sendiri):

“Ini saatnya membuktikan diri. Aku tidak bisa kalah di sini!”

Pertarungan dimulai, dan Raka bersiap-siap menghadapi tantangan yang ada di depannya. Dia tahu bahwa ini adalah kesempatan untuk tumbuh dan belajar dari genie prajurit tempur Nazi yang misterius ini.

Dialog: Adu Genie dalam Pertarungan Sengit dan Mematikan

Setelah Raka mempersiapkan dirinya, pertarungan antara Raka dan ilusi prajurit tempur Nazi dimulai. Keduanya bersiap dalam posisi menyerang, suasana menjadi tegang di sekitar mereka.

Raka (dalam hati):

“Ini saatnya! Aku harus tetap fokus dan tidak panik.”

Genie Prajurit (mengamati):

“Jangan ragu, Raka! Ingat, ini adalah ujian untuk menguji kekuatanmu. Jangan hanya mengandalkan kekuatan fisik, gunakan juga otakmu!”

Ilusi prajurit Nazi meluncurkan serangan pertama dengan kecepatan tinggi, melompat ke arah Raka dan mengayunkan pedangnya.

Raka (cepat menghindar):

“Wah, cepat sekali!”

Genie Prajurit (dari samping, memberikan instruksi):

“Bertahanlah! Perhatikan pola serangannya!”

Raka mulai mengamati gerakan prajurit Nazi, mencoba mencari celah untuk menyerang. Setelah beberapa serangan bertubi-tubi, dia merasakan ritme dan mulai merespons.

Raka (dengan percaya diri):

“Sekarang! Waktunya menyerang!”

Raka meluncurkan serangan balik, mencoba menghantam ilusi dengan pukulan yang cepat. Namun, ilusi itu berhasil menghindar dan membalas dengan serangan yang lebih ganas.

Ilusi Prajurit Nazi (dengan suara berat):

“Kau masih lemah, bocah! Seranganmu tidak cukup kuat!”

Raka (terengah-engah):

“Aku tidak akan menyerah! Aku bisa melakukannya!”

Genie Prajurit (menyemangati):

“Berhati-hatilah! Jangan biarkan dirimu terjebak dalam kesulitan. Gunakan teknik yang telah kau pelajari!”

Raka mengingat pelajaran yang telah didapatnya dari Kira dan genie lainnya. Dia berusaha memanfaatkan kecepatan dan kelincahan.

Raka (dengan semangat baru):

“Aku akan mencoba taktik lain!”

Dia mulai berputar, berusaha mengecoh ilusi tersebut. Ketika ilusi itu mengira Raka akan menyerang dari depan, Raka meluncurkan serangan dari samping.

Raka:

“Serangan ini pasti berhasil!”

Serangannya mengenai sasaran, membuat ilusi itu terhuyung. Namun, ilusi itu segera bangkit dan dengan cepat menyerang balik.

Ilusi Prajurit Nazi:

“Bodoh! Kau masih belum memahami kekuatanku!”

Raka (merasa terdesak):

“Aku tidak bisa kalah! Ini bukan hanya tentangku!”

Dengan keteguhan hati, Raka mengingat Kira dan teman-temannya yang selalu mendukungnya. Dia memutuskan untuk menggabungkan semua kekuatan yang dia miliki.

Raka (berteriak):

“Sekarang saatnya, Kira! Aku butuh kekuatanmu!”

Kira muncul di sampingnya, memberikan dorongan energi yang kuat. Raka merasa tubuhnya dipenuhi semangat dan kekuatan baru.

Genie Prajurit:

“Baiklah, Raka! Sekarang gunakan energi itu untuk mengalahkannya!”

Raka mengumpulkan semua tenaga dan melancarkan serangan pamungkas. Dia melompat ke udara, menciptakan gelombang energi yang mengarah ke ilusi prajurit Nazi.

Raka:

“Serangan terakhir! Ayo!”

Serangan energi itu menghantam ilusi dengan keras, menyebabkan ledakan yang kuat. Namun, ilusi itu tidak menyerah begitu saja.

Ilusi Prajurit Nazi:

“Kau tidak akan menang! Aku adalah manifestasi dari kegelapan!”

Dengan suara menggelegar, ilusi itu meluncurkan serangan balik yang sangat kuat, menciptakan gelombang energi yang menakutkan. Raka terhuyung, tetapi dia tetap berdiri dengan tekad.

Raka (berusaha bangkit):

“Tidak! Aku tidak akan menyerah!”

Dengan semua kekuatan dan keberanian yang dia miliki, Raka menggerakkan tangannya, memfokuskan energi ke dalam satu serangan terakhir.

Raka (dengan suara penuh percaya diri):

“Ini adalah akhir dari pertarungan ini! Dengan segala kekuatanku!”

Akhirnya, dua energi itu bertabrakan dalam ledakan yang sangat dahsyat. Asap dan cahaya memenuhi arena, dan semua orang menunggu dengan tegang untuk melihat siapa yang akan keluar sebagai pemenang.

Ketika asap mulai menghilang, Raka berdiri tegak meskipun terluka, sementara ilusi prajurit Nazi hancur menjadi serpihan energi.

Genie Prajurit (terkesan):

“Bagus, Raka! Kau telah membuktikan dirimu. Kekuatan sejati berasal dari keberanian dan tekadmu untuk tidak menyerah.”

Raka (masih terengah-engah):

“Terima kasih! Aku merasa lebih kuat sekarang. Aku akan terus berlatih dan belajar.”

Dengan rasa pencapaian, Raka tahu bahwa dia telah melangkah lebih jauh dalam perjalanan menjadi lebih kuat, siap untuk tantangan berikutnya.

Raka Menangkap Genie Prajurit Nazi

Setelah pertarungan yang sengit, Raka berdiri dengan napas terengah-engah. Di hadapannya, genie prajurit Nazi yang sebelumnya berupa ilusi kini terlihat lemah, terjebak dalam sebuah lingkaran cahaya yang Raka buat dengan serangan terakhirnya.

Raka (dengan suara tegas):

“Sekarang, aku tidak akan membiarkanmu melarikan diri! Kau telah kalah!”

Genie Prajurit Nazi (dengan nada menantang):

“Kau mungkin berhasil menangkapku, tetapi jangan berpikir kau bisa mengendalikanku. Aku adalah prajurit yang telah berjuang selama berabad-abad!”

Raka (dengan percaya diri):

“Aku tahu siapa kau dan apa yang kau lakukan. Tapi aku di sini untuk mengubah jalanku. Aku ingin menggunakan kekuatan ini untuk hal yang baik!”

Genie Prajurit Nazi (tertawa sinis):

“Bodoh! Kau tidak mengerti kekuatan yang kau hadapi. Kekuatan ini tidak akan pernah tunduk pada orang seperti dirimu.”

Raka (menatap tajam):

“Bisa jadi, tapi aku tidak akan membiarkanmu melakukan kehendakmu yang jahat. Setiap makhluk, termasuk genie, memiliki pilihan. Sekarang saatnya untuk mengubah arah!”

Genie Prajurit Nazi (dengan nada merendahkan):

“Kau pikir dengan menangkapku, kau sudah mengalahkan kegelapan? Kegelapan akan selalu ada, dan aku adalah manifestasinya.”

Raka (dengan semangat):

“Kalau begitu, biarkan aku menunjukkan padamu bahwa cahaya bisa mengalahkan kegelapan. Aku tidak takut pada apa pun!”

Genie Prajurit Nazi (menyeringai):

“Cahaya? Apa yang kau tahu tentang perjuangan? Kau masih muda dan tidak berpengalaman.”

Raka (bertekad):

“Tapi aku memiliki semangat dan tekad untuk memperjuangkan yang benar! Aku akan membuktikan bahwa ada harapan bahkan di tempat terkelam sekalipun!”

Genie Prajurit Nazi (dengan ragu):

“Menarik. Tapi, bagaimana kau bisa yakin bisa mengendalikanku? Banyak yang telah mencoba dan gagal.”

Raka (mengambil napas dalam-dalam):

“Aku tidak berusaha mengendalikanku. Aku hanya ingin mengubahmu. Jika kau mau, kau bisa memilih untuk membantu kami, bukan berlawanan!”

Genie Prajurit Nazi (terdiam sejenak):

“Bantuan? Mengapa aku harus membantu seorang bocah? Apa yang bisa kau tawarkan padaku?”

Raka (dengan percaya diri):

“Kau bisa mendapatkan kesempatan kedua. Kesempatan untuk memilih jalan yang lebih baik, untuk melawan kegelapan yang telah kau layani selama ini. Bukankah itu menarik?”

Genie Prajurit Nazi (berpikir):

“Kesempatan kedua... Kau berbicara seolah-olah kau tahu tentang dunia ini, tapi kau masih terlalu muda.”

Raka:

“Aku mungkin muda, tetapi aku memiliki impian dan harapan. Jika kau mau, kita bisa melawan kegelapan bersama. Kau bisa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar!”

Genie prajurit Nazi terlihat tergugah oleh kata-kata Raka, meski masih ada keraguan di matanya.

Genie Prajurit Nazi (menatap Raka):

“Mungkin kau ada benarnya. Selama ini aku hanya mengikuti jalan yang telah ditentukan. Namun, mengubah arah... bukanlah hal yang mudah.”

Raka (dengan semangat):

“Jika kita bersatu, kita bisa mengubah dunia ini! Kekuatan yang kau miliki bisa digunakan untuk melindungi, bukan menghancurkan!”

Genie Prajurit Nazi (akhirnya angguk):

“Baiklah, Raka. Aku akan memberikanmu satu kesempatan. Tapi ingat, perjalanan ini tidak akan mudah. Jika kau mengkhianatiku, aku tidak akan segan untuk melawanmu.”

Raka (tersenyum lebar):

“Tidak akan! Mari kita lakukan ini bersama. Aku akan membuktikan bahwa kau bisa menjadi prajurit untuk kebaikan!”

Dengan kesepakatan ini, Raka merasa langkahnya menuju masa depan yang lebih cerah semakin dekat. Dia tahu bahwa perjalanannya bersama genie prajurit Nazi baru saja dimulai, dan tantangan besar menantinya di depan.

Raka Dihadang Pria Berjubah Hitam dengan Genie Super Kuat Krosnoss, Dewa Tanah

Raka berjalan sendirian di sebuah lembah berbatu, setelah menangkap genie prajurit Nazi. Namun tiba-tiba, langkahnya terhenti saat seorang pria berjubah hitam muncul di hadapannya. Aura gelap menyelimuti pria itu, dan di sampingnya berdiri sosok raksasa yang tampak mengerikan—genie super kuat bernama Krosnoss, Dewa Tanah. Tanah di sekeliling mereka bergetar seolah tunduk pada kekuatan makhluk tersebut.

Pria Berjubah Hitam (dengan suara serak):

“Jadi ini bocah yang berani mengganggu keseimbangan dunia genie? Kau sudah berjalan terlalu jauh, Raka.”

Raka (memandang tajam, tak gentar):

“Siapa kau? Dan kenapa kau menghalangiku?”

Pria Berjubah Hitam (tertawa dingin):

“Aku adalah pembawa kehancuran bagi mereka yang berani menentang kekuatan kami. Ini Krosnoss, Dewa Tanah. Kekuatannya tak tertandingi, bahkan oleh genie yang paling kuat sekalipun.”

Krosnoss (dengan suara gemuruh):

“Manusia lemah. Beraninya kau berpikir bisa bertarung melawan aku? Tanah ini adalah kekuasaanku, dan kau tak akan bisa mengalahkan elemen ini.”

Raka (mengepalkan tangan, penuh tekad):

“Kekuatan itu memang besar, tapi aku tak takut. Aku tidak sendiri dalam perjalanan ini!”

Pria Berjubah Hitam (tersenyum sinis):

“Kau benar-benar tidak tahu kapan harus menyerah, bocah. Krosnoss, tunjukkan pada anak ini betapa kuatnya kekuatan tanah!”

Krosnoss mengangkat tangannya, dan tanah di bawah kaki Raka mulai retak. Pilar-pilar tanah raksasa muncul dari tanah, mengarah langsung ke Raka.

Raka (berusaha menghindar):

“Tidak semudah itu!”

Raka melompat dengan cekatan, menghindari serangan tersebut, tetapi Krosnoss terus memanipulasi tanah, mencoba menjebaknya.

Krosnoss (tertawa mengejek):

“Berlari-lari seperti serangga takkan menyelamatkanmu, manusia.”

Raka (menarik napas dalam, memanggil genienya):

“Ini saatnya, Zahir! Kita harus bekerja sama!”

Zahir muncul dengan aura berapi-api di sekelilingnya, langsung meluncur ke arah Krosnoss untuk menghadapi serangan tanahnya.

Zahir:

“Kau mungkin menguasai tanah, tapi api bisa membakar segalanya!”

Pertarungan besar pun terjadi. Zahir meluncurkan serangan bola api, tetapi tanah yang dihasilkan oleh Krosnoss tampaknya tak tergoyahkan. Tanah itu menyerap api, membuat Zahir harus berpikir lebih keras.

Raka (berbisik pada Zahir):

“Kita harus mengalahkan kekuatan tanah ini dengan taktik. Jangan hanya menggunakan kekuatan mentah.”

Zahir (mengangguk):

“Kau benar. Mari kita bermain cerdas!”

Raka dan Zahir mulai menggunakan kombinasi serangan cepat dan menghindar, mencoba menemukan titik lemah dalam kekuatan Krosnoss. Pria berjubah hitam hanya menyeringai, merasa yakin bahwa Krosnoss tidak bisa dikalahkan.

Pria Berjubah Hitam:

“Kau hanya membuang-buang waktu, Raka. Tak ada yang bisa menandingi kekuatan tanah yang abadi.”

Raka (tersenyum penuh keyakinan):

“Kekuatan tanah mungkin abadi, tapi keberanian dan tekad juga tak bisa dipadamkan!”

Dengan satu gerakan cerdas, Zahir mengalihkan perhatian Krosnoss, sementara Raka dengan cepat melancarkan serangan ke arah pria berjubah hitam, memaksa dia mundur dan kehilangan kontrol sejenak atas genie-nya.

Krosnoss (merasa lemah sesaat):

“Apa ini…?”

Raka (dengan penuh semangat):

“Kami mungkin kecil, tapi jangan pernah meremehkan kekuatan hati yang berani!”

Pria Berjubah Hitam (terkejut):

“Tidak mungkin! Krosnoss! Bangkit kembali!”

Namun, dengan kekuatan dan kecerdikan yang bersatu, Raka dan Zahir berhasil membuat Krosnoss mundur sementara. Tanah yang tadinya bergelombang kembali tenang, dan pria berjubah hitam mulai menyadari bahwa dia telah meremehkan Raka.

Pria Berjubah Hitam (dengan marah):

“Ini belum selesai, bocah! Kita akan bertemu lagi. Kau belum tahu kekuatan sebenarnya yang kupegang!”

Dengan kata-kata itu, pria berjubah hitam menghilang bersama Krosnoss, meninggalkan Raka dan Zahir yang masih berdiri di tengah lembah.

Zahir (bernapas lega):

“Dia kuat, tapi kita berhasil bertahan kali ini.”

Raka (tersenyum penuh tekad):

“Kita akan siap jika dia kembali. Petualangan ini belum berakhir.”

"Kekuatan terbesar bukanlah yang berasal dari tubuh, melainkan dari jiwa yang tak pernah gentar menghadapi apa pun."

Raka Berhasil Dikalahkan

Setelah pertarungan dengan Krosnoss, Raka merasa percaya diri. Namun, pria berjubah hitam muncul kembali, kali ini dengan energi yang lebih kuat. Raka dan Zahir bersiap-siap, tetapi aura gelap di sekitar pria itu menandakan bahwa ini akan menjadi pertarungan yang lebih sulit.

Pria Berjubah Hitam (dengan nada menakutkan):

“Kau pikir kau bisa mengalahkan kami? Krosnoss mungkin mundur, tetapi aku tidak akan membiarkanmu pergi hidup-hidup!”

Raka (berusaha tegar):

“Aku tidak takut! Kami sudah siap menghadapi semua tantangan!”

Krosnoss (muncul kembali, lebih kuat dari sebelumnya):

“Kali ini, aku tidak akan mundur. Kita akan membuatmu merasakan kekuatan tanah yang sesungguhnya!”

Tanah bergetar di bawah kaki Raka saat Krosnoss mengumpulkan energinya. Raka dan Zahir tahu bahwa mereka harus bekerja sama dengan baik.

Zahir (berbisik kepada Raka):

“Kita harus menghindari serangan ini dan mencari cara untuk melawannya dengan cerdas.”

Raka (mengangguk):

“Baiklah, mari kita coba memisahkan mereka. Kita harus membuat pria berjubah hitam kehilangan fokus!”

Raka dan Zahir meluncurkan serangan dengan cepat, tetapi Krosnoss memblokirnya dengan dinding tanah yang kokoh. Tanah itu tampak hidup, bergerak untuk melindungi pemiliknya.

Krosnoss (tertawa):

“Serangan bodoh kalian hanya membuang-buang tenaga. Kekuatanku tak tertandingi!”

Raka (berusaha meyakinkan diri):

“Kita tidak boleh menyerah! Ayo, Zahir!”

Raka meluncurkan serangan api ke arah Krosnoss, tetapi pria berjubah hitam mengangkat tangannya, menghalau api dengan kekuatan tanahnya.

Pria Berjubah Hitam:

“Kau hanya anak kecil yang berani bermain dengan api. Sekarang, rasakan kemarahan tanah!”

Dengan satu gerakan, Krosnoss melepaskan gelombang energi yang menghancurkan, mengarah langsung ke Raka dan Zahir. Raka mencoba menghindar, tetapi gelombang itu terlalu cepat.

Raka (dengan suara terputus):

“Tidak!”

Gelombang itu menghantam Raka dan Zahir dengan kekuatan luar biasa, membuat mereka terjatuh ke tanah. Raka merasakan sakit yang sangat hebat, seolah-olah seluruh tubuhnya tertekan oleh beban yang tak terduga.

Zahir (mendekat, terengah-engah):

“Raka! Kau baik-baik saja?”

Raka (mencoba bangkit, tetapi terjatuh lagi):

“Saya... saya tidak bisa bergerak. Ini terlalu kuat.”

Krosnoss (dengan nada menantang):

“Ini adalah akhir dari perjalananmu, bocah. Kekuatan yang kau cari tidak ada di sini. Kegelapan akan selalu menang!”

Raka (berusaha menahan sakit, namun matanya menunjukkan semangat):

“Tidak! Aku tidak akan menyerah! Mungkin aku kalah, tapi aku akan terus berjuang!”

Pria Berjubah Hitam (tersenyum sinis):

“Cobalah untuk bangkit, tapi kau tidak akan pernah bisa mengalahkan kami. Kegelapan sudah mendekat.”

Raka berusaha untuk berdiri, tetapi tubuhnya terasa sangat lemah. Dia merasakan kekuatan yang mengalir dari dalam dirinya mulai pudar.

Zahir (dengan khawatir):

“Raka, jangan lakukan ini! Kita bisa mundur, kita bisa kembali dan berlatih lebih keras!”

Raka (dengan suara pelan):

“Tidak, Zahir. Jika aku mundur sekarang, aku tidak akan pernah bisa menghadapi mereka lagi. Aku harus berdiri dan melawan meski dengan semua kekuatanku.”

Namun, saat Raka mengumpulkan semua tenaganya, Krosnoss mengeluarkan serangan terakhir. Sebuah pilar tanah raksasa muncul dan menghancurkan segala sesuatu di jalurnya, menghantam Raka dengan keras.

Raka (berteriak):

“Zahir!”

Semua terasa gelap sejenak saat Raka terjatuh ke tanah, kehilangan kesadaran. Ketika dia terbangun, dia mendapati dirinya terbaring di tanah, sementara pria berjubah hitam dan Krosnoss mengawasinya dari kejauhan.

Pria Berjubah Hitam:

“Kau lihat? Kekuatan kegelapan lebih besar dari yang kau bayangkan. Ini adalah pelajaran bagi semua yang berani menentang kami.”

Raka berusaha untuk bangkit, tetapi semua yang dia rasakan adalah rasa sakit.

Raka (dengan suara lemah):

“Ini belum berakhir. Aku akan bangkit kembali.”

Krosnoss (dengan nada menghina):

“Cobalah. Tapi ingat, kegelapan tidak pernah tidur. Kami akan selalu menantimu.”

Dengan kata-kata itu, pria berjubah hitam dan Krosnoss menghilang ke dalam bayang-bayang, meninggalkan Raka tergeletak di tanah, tetapi masih dengan semangat yang menyala-nyala dalam dirinya. Dia tahu bahwa meski kali ini dia kalah, dia akan bangkit kembali lebih kuat dari sebelumnya.

Raka Pulang ke Rumah

Setelah pertempuran sengit melawan Arkan dan Krosnoss, Raka merasa lelah namun puas. Dia melangkah pulang dengan langkah mantap, merasakan kehangatan matahari sore menyambutnya. Saat dia tiba di depan rumahnya, pintu terbuka, dan ibunya keluar menyambutnya dengan senyum khawatir.

Ibu Raka:

“Raka! Syukurlah kau kembali dengan selamat! Kami semua khawatir padamu. Apa yang terjadi? Kau terlihat lelah.”

Raka (tersenyum lelah):

“Ma, aku baik-baik saja. Aku baru saja mengalami sedikit petualangan yang seru.”

Ibu Raka (dengan ekspresi khawatir):

“Petualangan? Apa yang kau maksud? Kau tahu betapa berbahayanya dunia di luar sana.”

Raka (menenangkan):

“Tenang, Ma. Aku tidak sendirian. Aku ditemani genie-ku, Zahir. Dia membantuku melalui semua tantangan.”

Ibu Raka (masih cemas):

“Genie? Raka, kau harus hati-hati. Genie tidak selalu dapat dipercaya. Apa kau yakin dia aman?”

Raka (dengan percaya diri):

“Aku tahu, Ma. Tapi Zahir berbeda. Dia tidak hanya kuat, dia juga setia. Kami sudah melalui banyak hal bersama. Dia menjadi temanku.”

Ibu Raka (menatap Raka dengan bangga):

“Jika itu yang kau yakini, aku percaya padamu. Tapi, tolong jaga dirimu, ya? Kau adalah satu-satunya yang kumiliki.”

Raka (mengangguk):

“Aku akan, Ma. Aku janji. Dan aku berencana untuk melatih kemampuanku agar bisa melindungi diri sendiri dan orang-orang yang kucintai.”

Saat Raka masuk ke dalam rumah, adiknya, Mira, yang sebelumnya bermain di ruang tamu, berlari menghampirinya dengan senyuman lebar.

Mira:

“Kak! Kak Raka! Ceritakan petualanganmu! Apa benar kau bertemu genie?”

Raka (tersenyum lebar):

“Iya, Mira! Aku bahkan menghadapi prajurit Nazi dan Dewa Tanah! Dan aku menang!”

Mira (terkejut dan bersemangat):

“Wow! Itu keren sekali! Apa kau benar-benar bisa mengendalikan genie sekarang?”

Raka (dengan bangga):

“Betul! Aku belajar banyak dari mereka. Setiap genie punya kekuatan dan cerita yang berbeda.”

Mira (menggenggam tangan Raka):

“Aku ingin sekali melihat genie! Boleh nggak kau bawa aku suatu saat nanti?”

Raka (tersenyum lembut):

“Tentu saja, Mira. Tapi kau harus berjanji untuk tidak takut dan mengikuti semua petunjukku.”

Mira (bersemangat):

“Janji! Aku tidak akan takut!”

Ketika mereka berbicara, Zahir muncul di samping Raka, tampak lelah namun tetap bersemangat.

Zahir (dengan nada santai):

“Raka, aku senang kau kembali dengan selamat. Ada baiknya beristirahat sejenak.”

Ibu Raka (melihat Zahir):

“Jadi ini dia genie yang kau ceritakan? Dia tampak berbeda dari yang lain.”

Zahir (sambil tersenyum):

“Terima kasih, Nyonya. Saya hanya berusaha melindungi Raka dan membantu dia mengatasi tantangan.”

Raka:

“Zahir telah menjadi temanku dan pelindungku. Dia tidak hanya genie, dia seperti saudara bagiku.”

Ibu Raka (senang):

“Kalau begitu, aku senang kau memiliki teman seperti dia. Tapi ingat, kalian harus hati-hati.”

Raka (mengangguk):

“Ya, Ma. Aku akan selalu hati-hati.”

Setelah itu, mereka semua berkumpul di meja makan, menikmati makanan yang telah disiapkan oleh ibu Raka. Suasana hangat dan penuh tawa mengisi rumah mereka, membuat Raka merasa aman dan bahagia. Dia tahu petualangan di luar sana masih menantinya, tetapi saat ini, dia menikmati momen kebersamaan dengan keluarga dan genie yang telah menjadi bagian dari hidupnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!