Kehidupan Brian yang menjadi pemuda begajulan dan merupakan anggota geng motor, tiba-tiba berubah total saat sang ayah mengusirnya dari rumah. Dia terpaksa belajar mandiri dengan menjadi kurir pengantar makanan untuk menyambung hidup.
Sialnya, malam itu dia terjebak dengan seorang perempuan mandiri bernama Naomi yang mendapat fitnah dari tetangganya. Mau tak mau Brian dan Naomi harus menikah karena fitnah itu.
Namun, baik Brian maupun Naomi tak ada yang mau mengumumkan pernikahan mereka dan merahasikannya sampai waktu berpisah tiba. Akankah mereka sanggup merahasiakan pernikahan itu sampai akhir?
cek visual di ig @ittaharuka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bad Boy | Bab 4
Sah menjadi pasangan suami istri, Brian dan Naomi terpaksa harus menjalani hidup dalam satu atap. Walau di hati keduanya tidak ada cinta sama sekali, tapi tetap saja Naomi harus berbagi kamarnya yang kecil dengan Brian, suaminya.
Untuk memastikan bahwa Brian tidak kabur, juga untuk mendaftarkan pernikahan mereka, Pak RT sudah mengantongi identitas resmi milik Brian. Itu berarti, pernikahan mereka tidak bisa dibuat main-main karena akan memiliki kekuatan hukum yang sah tidak lama lagi.
“Sekarang aku harus bagaimana?” gumam Naomi yang kini terduduk di tepi kasur.
Brian melirik gadis cantik yang mendadak jadi istrinya itu. Ia sendiri juga bingung harus bersikap bagaimana, semua terjadi dengan sangat cepat membuatnya tak memiliki persiapan apa-apa.
Lelaki muda yang kini berstatus suami itu mengulurkan tangan dan coba berkenalan dengan istrinya untuk sedikit mencairkan suasana yang terlanjur tegang.
“Aku Brian, setidaknya kita harus saling mengenal, ‘kan?”
Naomi mengangkat wajah dan menatap laki-laki yang bersuara besar itu. Tangan besar itu masih tergantung di depannya menunggu Naomi untuk menjabatnya.
“Naomi!” Tangan mungil Naomi menggapai tangan Brian dan keduanya pun saling bertatapan.
“Kamu harus tahu tentang aku. Aku bukan orang kaya yang punya banyak uang, bahkan keluargaku pun sudah membuangku. Jadi, aku hanya punya kamu sekarang. Aku nggak punya kerjaan, yang mungkin nggak bisa kasih nafkah ke kamu. Tapi, aku janji, nggak akan numpang makan sama kamu. Setelah waktu yang tepat, kita bisa akhiri pernikahan konyol ini. Apa kamu keberatan?” tanya Brian setelah bicara panjang lebar.
Naomi memicingkan mata karena kebingungan. Dia menatap Brian yang tampak serius dengan pembahasan pertama mereka setelah resmi menikah.
“Kita akan bercerai?” tanya gadis itu yang sama sekali tidak pernah membayangkan dirinya menjadi janda karena menikah dengan laki-laki yang tidak pernah dia impikan.
Sungguh, menjadi janda adalah status yang sangat mengerikan bagi Naomi. Akan tetapi, sepertinya memang mereka tak punya pilihan selain berpisah, kecuali di tengah perjalanan nanti mereka bisa saling menerima pernikahan ini.
“Iya. Apa kamu keberatan? Atau kamu ingin menjadi istriku selamanya?” Tatapan mata Brian begitu menusuk hingga membuat Naomi membuang muka sembari mencebik.
Laki-laki berwajah imut itu sepertinya masih terlalu muda untuk menjadi seorang pemimpin rumah tangga. Wajar kalau sikapnya juga masih kekanak-kanakan.
“Ya, kita jalani dulu ajalah. Takdir kita ke depannya nggak akan ada yang tahu!” balas wanita itu yang kemudian mengambil bungkus nasi goreng yang sejak tadi terlupakan.
“Ya, terserahlah! Memang takdir tidak ada yang tahu.”
Brian kembali mengotak-atik ponselnya dan mendapat informasi bahwa malam ini teman-teman geng motornya akan mengadakan pertemuan untuk membahas kejadian perampokan yang melibatkan anggota mereka. Yang jelas, Brian akan pulang larut, atau bahkan pulang esok pagi.
Laki-laki berparas tampan itu melirik Naomi yang tengah melahap nasi gorengnya. Dia pikir, dia juga harus memberitahu Iyan tentang ponselnya yang rusak. Jadi, malam ini dia akan meninggalkan wanita yang baru dinikahinya itu sendirian.
“Aku harus pergi. Mungkin, besok siang aku baru ke sini lagi!” ucap Brian sembari merapikan jaketnya.
Naomi yang tengah menikmati makanan pun menoleh pada Brian yang secara resmi sudah menjadi suaminya. “Besok siang?” tanyanya dengan kening berkerut.
“Iya, aku ada urusan penting. Tapi, seperti yang aku bilang. Aku akan tinggal di sini selama kita menikah. Kamu tidak keberatan, ‘kan?”
Naomi mencebik tanpa Brian tahu. Wanita itu sebenarnya tidak terlalu peduli dengan Brian karena sejak awal memang mereka sama-sama orang asing. Jadi, mungkin lebih baik Naomi tak ikut campur dengan urusan Brian.
“Hem, lebih bagus lagi kalau kamu bantu bayar uang sewa kamar ini!”
Jawaban Naomi sungguh di luar dugaan Brian. Laki-laki yang bahkan belum lulus kuliah itu sepertinya akan dikejutkan dengan banyak hal, terutama mengenai tanggung jawab seorang suami yang sesungguhnya.
‘Siial! Padahal, aku berencana numpang saja di sini!’
“Kamu nggak keberatan, kan?”
***
Segini dulu gess, besok Insya Allah dilanjut lagi 💋💋