Kesalah pahaman dua sahabat lama membuat putri salah satu di antara mereka harus menanggung derita. Ratia, putri dari keluarga Atmojo yang trus di kejar dan harus di habisi oleh keluarga Baskoro.
Ratia kecil terpaksa di sembunyikan di sebuah negara, di mana hanya kakeknya saja yang tau. Bertahun-tahun di cari, keberadaan Ratia tercium. Namun dengan cepat kakeknya menikahkan Ratia pada keluarga yang kaya dan berkuasa. Ternyata hal itu membuat Ratia semakin menderita, Aksara memiliki banyak wanita di hidupnya. Perlakuan tidak menyenangkan trus Ratia dapatkan dari suaminya itu. Dengan kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Ratia dia berhasil meluluhkan hati sang suami, namun Ratia terlanjur membenci suaminya Aksara. Rasa benci Ratia pada sang suami dan keluarganya membuat dia ingin mengakhiri hidup. Namun dengan segala cara Aksara mencegah hal itu, dan membuat Ratia luluh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rickaarsakha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Birawa Baskoro
Di sebuah rumah yang sama megahnya dengan rumah keluarga Atmojo, seorang laki-laki tengah duduk di ruang kerjanya. Ya dialah Birawa Baskoro, seorang yang trus membawa dendam pada mantan sahabatnya. Sakit hati dan kesedihan yang trus merasai diri membut kobaran api dendam itu tak kunjung mereda. Jarinya mengetuk-ngetuk meja. Mengedarkan pandangan pada setiap wajah yang ada di hadapannya. Amarah Birawa Baskoro semakin membesar, bagai mana tidak semua rencana mereka gagal.
"Beni, bagai mana?" Ia memulai bertanya dengan suara keras.
"Tuan, sampai saat ini tidak ada satupun anggota keluarga Atmojo yang melakukan panggilan ke luar negara." salah satu di antara mereka menjawab.
"Lalu???"
"Di kediaman keluarga Hadinata juga sudah tidak ada tuan, tapi menurut saya anak itu sudah pergi jauh dari rumah,"
"Bagaimana mungkin, anak itu masih lemah!" Birawa yang masih sangat yakin jika Ratia masih di sembunyikan di rumah keluarga Atmojo.
"Jika anak itu masih d rumah keluarga Atmojo sudah pasti kakek dan neneknya akan sering berkunjung kesana tuan, tapi ini sama sekali tidak ada. Dan yang pasti Hanggoro dan istrinya sangat jarang di rumah." Pemaparan yang cukup jelas dari Beni membuat Birawa semakin gelisah.
"Lalu ke mana Hanggoro akhir-akhir ini??"
"Dia hanya ke kantornya saja, dan akhir bulan ini akan diadakan pernikahan adiknya tuan. Jadi, rumah sering sekali di tinggalkan, bahkan penjagaan pun hanya seadanya saja," Beni menjelaskan, sembari tangannya masih menatap hp di tangannya.
"Ini tuan." ia menunjukkan sesuatu pada Tuannya, itu adalah undangan yang entah di mana ia dapatkan.
Birawa Baskoro sejenak terdiam, seolah sedang menimbang sesuatu.
"Baik awasi trus rumah itu!" Tekatnya untuk m*nghabisi Ratia semakin besar, saat ia tau bahwa Ratia memiliki kecerdasan yang luar biasa serta wajah cantik yang sudah terlihat jelas meski masih berusia tujuh tahun.
"Jangan sampai kita gagal Beni, anak itu akan sangat berbahaya untuk Baskoro Group." kali ini nada suaranya terdengar lemah. Karna selain dendam yang belum padam, Ratia bisa jadi ancaman besar bagi Baskoro Group. Kecerdasan Ratia bisa saja memporak porandakan mereka.
"Tuan, bagaimana jika Wira Atmojo juga memiliki anak perempuan?, apa kita akan melakukan hal yang sama?" Sebuah pertanyaan dari salah satu pengawal keluarga Baskoro.
"Jika anak itu nanti memiliki hal yang sama maka mau tidak mau kita harus m*lenyapkannya juga, tapi jika tidak biarkan saja. Wira dan Hanggoro memiliki Fisik yang berbeda, saya yakin anak-anak dari Wira tidak akan memiliki hal yang sama dengan anak Hanggoro. Kita hanya perlu Fokus pada anak itu." Birawa menjelaskan.
"Tidak mungkin anak itu bisa di sembunyikan selamanya."
"Baik tuan, akan segera kami cari."
"Tapi, pastikan anak itu kalian dapatkan sebelum ia dewasa!"
"Maksud tuan?" beni meminta penjelasan lebih,
"Bukankah kalian sudah melihat wajah anak itu, dan kecerdasannya yang luar biasa itu. Jika ia sempat dewasa, maka anak itu akan punya pengaruh yang tidak main-main. Kita tak bisa lagi melakukan apapun jika itu terjadi," tangan Birawa terkepal erat, sampi telapak tangannya memutih. Ketakutan dan dendam kian mendorong raga tua itu kedalam jurang keputusasaan.
Setelah beny dan yang lainnya keluar dari ruangan Birawa, anak laki-lakinya Raksa Baskoro kali ini bersiap untuk turut memasuki ruangan itu. Sesampainya di sana ia melihat sang ayah yang nampak begitu gusar, ia berjalan bolak balik di ruangan itu.
"Ayah..." Ia memanggil ayahnya dengan cepat. Ketakutan akan ayahnya yang tak mampu menguasai dirinya sendiri.
"Raksa, dari mana saja kamu??"
"Apa ayah lupa?, ayah yang menyuruku ke kantor hari ini untuk menggantikan ayah!" Raksa yang semakin bingung karna tingkah ayahnya.
"Kenapa lama sekali?"
"Lama?, apa yang ada dipikiran ayah?" Laki-laki berumur tiga puluh tiga tahun itu, seketika mengkerutkan keningnya, tatapannya penuh pertanyaan.
"apa ayah masih mengejar putri keluarga Atmojo itu?"
"Tentu saja Raksa, anak itu harus kita dapatkan." Birawa menjawab cepat.
"Bukankah beny sudah meluk*inya berkali-kali?"
"Iya, tapi anak itu masih hidup Raksa!!!", Guratan ketakutan kian membesar di wajah tua Birawa.
"Ayahhh...sampai kapan dendam ayah akan mereda?" Pertanyaan yang Raksa lontarkan sukses membuat mata sang ayah membulat sempurna. Keheningan terjadi beberapa saat.
"Apa ayah akan trus mengganggu keluarga itu?"
"Maksudmu Raksa, ayah tidak pernah mengganggu mereka, Kusuma Atmojo lah yang memulai semua ini!" nada tinggi semakin menggelegar, memenuhi segala penjuru rumah. Namun Raksa hanya diam, ingin ia ikut berteriak namun rasanya itu akan sia-sia saja.
"Apa kamu hanya akan diam saja, sementara anak itu hidup bebas?, kenapa tak membantu ayah Raksa?" kalo ini suara Birawa melemah.
"Aku harus bagai mana, bukankah ayah pernah mengatakan pada ku, agar aku fokus pada prusahaan saja???" Raksa membela diri, karna ia memang kurang peduli pada urusan dendam ayahnya.
"Lagipula anak itu sudah terluka yah, aku tak percaya jika ia mampu bertahan. Ayah tau sendirikan tidak ada satupun rumah sakit yang menanganinya. Dan sudah dapat di pastikan, bahwa anak itu sudah tak berada di kediaman keluarga Atmojo ataupun keluarga Hadinata. Jika anak itu di bawa keluar negeri sudah pasti kondisinya akan melemah, anak sekecil itu tak akan mampu. Dan satu lagi yah, jika anak itu masih di negeri ini kita pasti akan segera mencium keberadaannya. Lain cerita jika ia tidak bersekolah, itu akan lebih baik." Raksa menjelaskan alasan ia sedikit kurang peduli.
"Maksudmu lebih baik?"
"Jika ia tidak bersekolah, maka kecerdasannya akan sia-sia. Dia tidak akan menjadi ancaman untuk kita. Lalu apa gunanya lagi dia hidup, yang pasti keluarga Atmojo sudah merasakan sakit atas apa yang ayah lakukan terhadap putrinya." Tandas Raksa dengan yakin. Mendengar hal itu Birawa sedikit tersenyum.
"Lalu bagai mana menurutmu, apa langkah kita kedepan?"
"Kita harus lebih fokus pada Baskoro Group, kita singkirkan prusahaan-prusahaan yang ada di bawah naungan keluarga Atmojo,yah."
"Tapi Raksa ayah belum yakin kita bisa melakukan itu,?"
"Kenapa ayah ragu, mereka akan sulit membangun fokus jika dalam kondisi kebingungan seperti ini. Ini kesempatan bagus untuk kita!!"
"Ia benar, namun kita tidak bisa melakukan itu dengan mudah Raksa!" Birawa seketika bangun, matanya memandang kosong keluar jendela. Bibir yang tadi ia tarik melengkung membuat sebuah senyum, kini seketika hilang begitu saja. Ia mencengkram kuat ujung meja di dekatnya.
"Maksud ayah?" Benak Raksa kembali di penuhi kebingungan, padahal dia yakin sang ayah akan bersemangat atas rencana yang ia biacarakan tadi. Lama Birawa diam matanya masih memandang keluar, nafasnya kembali tak beraturan.
"Ayah, apa yang ayah pikirkan lagi?
"Menurut mu apa keluarga Jagad Suseno sudah mengetahui keberadaan anak itu?" Tiba-tiba saja ayahnya kembali membahas masalah tadi.
"Apaaa?"
"Jagad Suseno dari dulu tak pernah memihak pada ayah raksa!" Birawa baskoro memegang dadanya, bola matanya tertarik ke atas.
Brukkkk,
"Ayahhhhh"
double up