"Pokoknya bulan depan harus cerai!”
Ben Derrick menghela nafas berat mendengar permintaan istrinya yang selalu labil dalam membuat keputusan, permintaan yang ujungnya selalu dibatalkan oleh wanita itu sendiri.
"Saya tidak pernah memaksa kamu dari dulu, asal jangan buat saya kena marah kakakmu itu"
"Ya ya ya... Ingetin aja, aku suka lupa soalnya"
Tapi meski kekeuh ingin berpisah, Keymira tak pernah bisa menolak sentuhan suaminya.
"Malem ini aku ada gaya baru, mas mau aku pakai baju dinas apa?" tanya Key usai membahas perceraian beberapa detik yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Eyang Putri
Tak ada yang menyangka kata-kata itu akan keluar dari mulut Keymira, berhasil membuat Ben Derrick membisu seketika akibat pertanyaan dengan makna yang begitu dalam.
"Apa perlu saya carikan asisten rumah tangga agar kamu..."
"Mas pikir aku kurang kerjaan sampe harus ngerekrut ART cuma buat diajak ngobrol doang?" ucap Key pedas, memotong ucapan Ben Derrick yang belum sepenuhnya selesai.
"Mungkin aja dengan adanya pembantu rumah ini gak akan terlalu terasa sepi"
"Kata siapa? Emang mas pikir aku bakalan ngobrol secara terbuka sama mereka? Tetap aja kan Mas, aku gak bakal bisa leluasa layaknya sama temen dan keluarga, mereka juga pasti bakalan canggung sama aku karena menganggap aku ini diatas mereka" Keymira membeberkan fakta yang sering terjadi di lapangan.
"Itu yang jadi alesan aku untuk gak menunda kehamilan, mungkin dengan adanya anak diantara kita aku bisa lebih disibukan ngurus anak, walaupun ya sekarang kita belum dikasih kepercayaan sama yang di atas. Tapi seenggaknya pernikahan ini masih bisa dikategorikan layak" sambung Keymira.
Ben Derrick sepertinya tak bisa mengelak, pernikahan mereka memang terbilang datar dari awal, tidak terasa bahagia ataupun terasa buruk, berjalan lurus sebagaimana mestinya, tapi disitulah justru titik permasalahannya.
"Apa kita harus konsultasi lagi dengan dokter kandungan? Kita bisa ikut program kehamilan seperti yang dilakukan Kak Nessie" Ujar Ben melempar pendapat pada Keymira.
"Kan waktu itu kita udah coba, mas. Emang belum waktunya aja aku hamil"
"Atau mungkin.... Aku emang gak akan merasakan rasanya jadi seorang ibu"
Ben Derrick langsung membantah, dia tak suka Keymira berkata begitu, hanya karena program kehamilan yang sempat mereka jalankan tidak membuahkan hasil bukan berarti Key bisa menyimpulkan seperti itu.
"Jangan bicara kayak gitu, Key. Kamu meragukan Tuhan namanya"
"A-aku coba menduga aja. Lagian mas juga harus punya keturunan, keluarga Januartha harus punya anak untuk nerusin nama baik keluarga. Tapi kalau emang aku gak bisa kasih mas keturunan, kamu boleh cari wanita lain buat menggantikan aku" cakap Keymira dengan entengnya.
Pembicaraan ini membuat nafsu makan Ben Derrick hilang, suasana hatinya berpengaruh pada indera perasa, padahal ini masih pagi untuk sekedar memulai drama.
"Saya sudah katakan cuma kamu satu-satunya yang akan jadi istri seorang Ben Derrick Januartha, jadi jangan lagi bawa-bawa wanita lain dalam pembahasan kita" pinta Ben dengan sangat.
"Tapi aku beneran mas! Aku gak akan halangi kamu kalau semisal ada yang kurang dari aku buat memenuhi impian mas"
"Kamu sudah paling pas buat saya, kembali ke pembahasan awal nanti akan saya atur jadwal biar bisa meluangkan waktu sama kamu"
Ben Derrick menghabiskan suapan terakhirnya tak lupa meminum air putih sebagai penutup, selanjutnya bangkit dari kursi dan menghampiri Keymira untuk memberikan kecupan di kening wanita itu.
"Saya berangkat dulu, nanti saya kabari saat mau menjemput kamu"
Key tak membalas pamitan Ben Derrick, dia cuma diam menatap piringnya dengan nanar, Ben selalu memutuskan obrolan saat Keymira tengah bicara serius padanya, apa yang dirasakan pria itu sebenarnya? Apa Ben merasa bahagia dengan pernikahan mereka? Namun jika iya, seharusnya Keymira menjadi prioritasnya bukan?
***
Rumah Utama Januartha, tempat kediaman dengan luas 10.900 meter persegi itu bagaikan istana yang dipenuhi oleh berbagai puluhan kamar dan deretan mobil mewah yang berjejeran, lengkap dengan lapangan golf dibelakangnya.
Mansion yang menjadi rumah terbesar nomor satu di negara ini menjadikannya kiblat para arsitek untuk mengikuti desain serta modernisasi sebuah bangunan.
Tak sembarangan orang bisa melihat seperti apa isi dari tempat tersebut, keamanan disana begitu ketat dan terjaga, bahkan tamu pun harus di kawal sampai pertemuan selesai.
Jika ada yang ingin terbebas dari hal seperti itu maka mereka diharuskan memiliki nama belakang Januartha terlebih dahulu, namun bukan berarti mereka juga tak punya peraturan bagi para Januartha.
Mobil Rolls-Royce Droptail berwarna hitam milik Ben Derrick tampak memasuki kawasan mansion keluarganya, para pengawal di depan menyambut mereka dengan membukakan pintu mobil untuk Ben Derrick dan Keymira.
Ben Derrick mendekati istrinya lalu mengandeng lengan itu memasuki rumah yang menurut orang lain adalah istana di dunia nyata.
"Emang sepi, mas?"
"Kemungkinan yang lain masih kerja, nanti sore juga pasti bakal ramai"
saat masuk keduanya disambut oleh tangan kanan Eyang Putri, Mba Den panggilannya, wanita dengan usia 50 tahun itu terkejut melihat kedatangan Ben Derrick terutama seseorang yang digandeng oleh pria tersebut.
"Selamat datang Tuan Ben, Nona Mira"
"Terimakasih, mba. Eyang Putri ada?"
"Kanjeng Mami ada di kamar, Tuan. Perlu saya panggilkan?"
"Tolong panggilkan, bilang kami sudah datang. Tapi kalau sedang tidur tidak usah diganggu"
"Baik, tuan"
Mba Den melengos pergi untuk memanggil majikannya, membiarkan Ben Derrick dan Keymira untuk duduk dulu di rumah tamu.
Keymira masih saja terpesona setiap kali memasuki bangunan ini, tak ada henti-hentinya dia menatap setiap sudut yang bisa tertangkap oleh indera penglihatannya.
"Ada apa, Key?"
"Hah?" Key terperanjat saat Ben menepuk pahanya.
"Apa cuma perasaan aku doang ya mas, mansion nya kok tambah gede aja"
Ben terkekeh mendengar itu, bisa-bisanya Keymira merasa demikian, dari Ben kecil sampai sekarang pun tak ada yang berubah dari bangunan ini.
"Tidak ada, semua masih sama persis seperti awal kamu datang kesini"
"Apa iya?" gumam Key meragu.
Ditengah kebingungan yang masih menguasai Keymira, tiba-tiba suara teriakan yang amat nyaring kian memenuhi seisi mansion yang luas itu.
"Cucu kuuuuu........"
Bukan seperti nenek yang berjalan tergopoh-gopoh menggunakan tongkat, nenek dari Ben Derrick itu justru masih berlari menggunakan kakinya yang sudah tak berotot.
Melihatnya saja Keymira tercengang setengah mati, apa yang dipikirkan oleh wanita tua itu? Apa dia tidak takut terjatuh? Dan bagaimana bisa diusia senjanya yang sudah memasuki 80 tahun dia masih bisa berlari seperti itu!
Lihatlah lihatlah! Key bahkan bisa mematahkan tulang itu sangking terlihat dengan jelas.
"Eyang hati-hati Eyang! Aduh, jangan lari!!" Key tak tahan lagi, dia bangkit dari kursi untuk menghampiri Eyang Putri.
"Cucu kuuuu.... Kangennya akuuu" langsung dipeluknya Key ke dalam dekapan, tak lupa menciumi seluruh wajah cucu perempuannya sampai puas, melampiaskan kerinduan pada istri Ben Derrick tersebut.
"Mira juga kangen sama Eyang" balasnya.
"Kenapa baru kemari, huh?"
"Hehe, maaf Eyang" kikik Key tak mampu menjawab, tapi meski begitu Eyang Putri kembali memeluknya.
"Tuan Ben Derrick juga datang, kanjeng" pecah mba Den memberitahu.
"Kenapa pula dia datang? Aku cuma menyuruh istrinya kemari" balasnya cukup tajam, lagi-lagi berhasil membuat Keymira terbelalak.
Alamakkk.... Seram juga rupanya!
Salahmu sendiri 'melepas' Ben saat itu. Jangan nyesal dong, too late
Ben sudah punya istri ingat itu