Pindah sekolah dua kali akibat dikeluarkan karena mengungkap kasus yang tersembunyi. Lima remaja dari kota terpaksa pindah dan tinggal di desa untuk mencari seseorang yang telah hilang belasan tahun.
Berawal dari rasa penasaran tentang adanya kabar duka, tetapi tak ada yang mengucapkan belasungkawa. Membuat lima remaja kota itu merasa ada yang tidak terungkap.
Akhir dari setiap pencarian yang mereka selesaikan selalu berujung dikeluarkan dari sekolah, hingga di sekolah lain pun mengalami hal serupa.
Lantas, siapakah para remaja tersebut? Apa saja yang akan mereka telusuri dalam sebuah jurnal Pencari Jejak Misteri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Menyesal
Di kemudian harinya Panca, Ratu dan temannya sudah berada di sebuah ladang kosong tengah desa yang dijadikan tempat tontonan grup kuda lumping itu.
Namanya Turonggo Djiwo, Ratu bersama Ninda dan Intan sudah siap menonton di pendopo. Sementara Bisma, Reyza serta Panca sudah berdiri di tepi ladang tersebut sambil menunggu siapa yang akan ditarik untuk diajak sama-sama kesurupan.
Hingga pada waktu janturan dimulai, semua pemain kuda lumping akhirnya tumbang sampai ada yang mengamuk menerka sesajen di tempat.
"Ternyata kemasukan semua ya, Mas." ucap Reyza.
"Tinggal kita tunggu, apa ada yang mengajak penontonnya. Biasanya yang diajak adalah orang dekat atau sering menjadi teman dekat si penari." jawab Panca.
Bisma menoleh, "Berarti yang penari itu sering mengajak penonton yang jadi teman dekatnya ya?"
Panca hanya mengangguk.
Selang beberapa menit kemudian tiba-tiba ada salah satu pemain yang mendekati Panca. Awalnya hanya menatap Panca dengan datar, namun pada akhirnya ia merangkulkan tangannya sampai melilit leher Panca.
Laki-laki yang dibawa paksa oleh sang pemain, berusaha melepaskan diri. Sementara Ratu, Ninda dan Intan justru mendengar ucapan para penonton.
"Ohh ... Jadi itu ya, yang biasanya ikut nari aja kok sekarang gak ikut ya?" ucap seorang ibu-ibu tak jauh dari posisi Ratu.
"Iya ya, wajarlah ditarik paksa sama yang kerasukan. Orang dia nya aja gak ikut nari, kan biasanya ikut cuma gak mau kemasukan." sahut sang ibu-ibu lain.
Sedangkan keadaan Reyza dan Bisma kini tengah memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh Panca.
"Kira-kira Mas Panca bisa kendalikan diri gak ya?" tanya Bisma.
"Kalo gue liat sekarang sih, dia lagi berusaha menjaga dirinya, tapi ... Gue gak bisa menjamin dia gak kemasukan." Jawaban Reyza membuat Bisma menoleh tak menyangka.
Ketika Panca berhasil menyelamatkan diri dari cengkraman temannya, laki-laki itu kembali ke bagian penonton.
Pada saat Ratu sudah sedikit tenang, tanpa diduga Panca seketika mengagetkan para penonton di sekitarnya.
"Aduh, Mas, bisa gawat ini." Reyza sudah wanti-wanti agar Panca mampu menjaga diri, tetapi ternyata laki-laki itu kerasukan.
Ratu dengan cepat menuju posisi adiknya. Diikuti juga oleh Ninda serta Intan.
"Jadi, ini gimana, Rey?" tanya Ratu sedikit khawatir.
Reyza berdecak bingung. "Ya gak menutup kemungkinan susah disembuhkan, Kak. Soalnya tadi sebelum kayak gitu udah ngomong, kalau misalkan kemasukan itu berarti udah diatur sama dukun yang mau dia lawan. Dan pasti ujungnya gak akan ada yang bisa sembuhkan, cara satu-satunya buat sembuhkan dia itu cuma dengan meminta ke dukun itu. Terus katanya gak ada yang gratis juga, satu nyawa harus ditumbalkan." jelas Reyza membuat Ratu mengusap kedua matanya.
Ratu dengan air matanya yang sudah menetes menatap Panca penuh kekhawatiran. Apalagi ketika melihat laki-laki tersebut memakan sesajen meski cukup terlihat kalem.
"Mas Panca gimana, Rey ... Kalau dia gak bisa diselamatkan gimana? Aku gak bisa bayangin reaksi tante Mia kalau tahu dia kayak gitu." Sambil menutup sebagian wajahnya, Ratu menangis di balik hijabnya untuk menutupi pipinya yang basah.
Ada salah satu penonton seorang bapak-bapak melihat Ratu khawatir. "Mas itu hanya kerasukan yang gak jahat, Mas. Kalau Mbaknya pengen cepat disembuhkan, ya ... Caranya si Mas yang itu harus dipertemukan dengan Mbak ini. Biasanya sana nya sadar, terus bisa sembuh." ujar bapak itu.
Reyza bersama Ratu saling menatap. "Tapi, 'kan saya bukan pawangnya, Pak." jawab Ratu sedikit serak.
"Mau pawangnya atau bukan, kalau Mas nya masih sedikit sadar pasti bisa disembuhkan. Tapi, harus hati-hati juga. Karena ada mbah dukun di samping pendopo itu. Takutnya pas udah disembuhkan, Mas nya malah ditumbalkan."
"Desa ini benar-benar kental sama ritual-ritual sesat dan memakan tumbal ya, Pak?" tanya Bisma.
"Iya."