Terlihat jelas setiap tarikan bibirnya menampakkan kebahagiaan di raut wajah gadis itu. Hari di mana yang sangat di nantikan oleh Gema bisa bersanding dengan Dewa adalah suatu pilihan yang tepat menurutnya.
Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu timbullah pertanyaan di dalam hatinya. Apakah menikah dengan seseorang yang di cintai dan yang mencintainya, bisa membuat bahagia ?
1 Oktober 2024
by cherrypen
Terima kasih sebelumnya untuk semua pembaca setia sudah bersedia mampir pada karya terbaruku.
Bantu Follow Yuk 👇
IG = cherrypen_
Tiktok = cherrypen
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cherrypen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 7. AMP
Sementara di tempat lain.
“Pah, pah buka pintu,” panggil Dewa sembari menekan bel pintu rumah berkali-kali.
Sorang wanita memakai baju tidur berdiri dihadapannya saat pintu terbuka. Wanita itu tak lain adalah ibu sambungnya, Sonya namanya. Setelah orang tuanya bercerai Papanya memutuskan untuk menikah lagi. Sebagai seorang ibu tiri, Dewa tidak mudah menganggapnya sebagai seorang Ibu, terlebih dia menyimpan trauma karena ulah ibu kandungnya. Luka itu masih membekas di pikiran saat kedua orang tuanya bertengkar hebat. Dewa mengalami broken home yang hampir setiap hari melihat kedua orang tuanya berdebat.
Dewa langsung masuk menerobos masuk ke dalam rumah tanpa permisi dengan Sonya. “Pa,” panggil Dewa menghampiri Papanya yang tengah duduk sembari menonton layar televisi.
Baskara menoleh kebelakang, dia menatap anaknya Dewa yang tengah malam datang ke rumah. “Dewa, ada apa malam-malam begini ke rumah? Kamu sama siapa? Istrimu mana?”
Dewa menghela nafas kasar. Dia duduk menundukkan kepala untuk sejenak dia terdiam. “Pah, Gema selingkuh dengan mantan pacarnya padahal saat ini dia telah mengandung atau jangan – jangan anak yang ada di dalam kandungannya itu bukan anak Dewa atau dia diam – diam bertemu dengan mantan pacarnya di saat Dewa tidak ada di rumah,” Dewa berucap cepat. Dadanya bergejolak menggebu-gebu menahan letupan amarah yang menguasai pikirannya.
“Dewa kalau bicara itu pelan-pelan, biar Papa itu paham jangan nyerocos terus, ada apa sebenarnya?”
“Diminum dulu teh hangatnya Dewa, biar kamu lebih tenang,” ujar Sonya sembari menyodorkan secangkir teh kemudian duduk di sebelah Baskara.
“Terima kasih,” Dewa menjawab datar. “Sonya itu wanita baik buat Papa sebenarnya cuma aku belum bisa menerima kehadiran dia sebagai Ibu,” batinnya.
“Kalau sudah tenang cerita dengan pelan biar papa paham kamu ini kenapa? Ada apa?” tanya Baskara Papanya sembari menggelengkan kepala melihat anaknya mengepalkan ke dua tangannya di atas paha kuat-kuat.
“Ya … seperti yang Dewa katakan tadi, Pah kalau Gema ---,”
“Gema selingkuh.” Papanya memotong penjelasan Dewa. Sedari tadi dia memang paham semua yang di bicarakan anaknya meskipun cara biacaranya cepat.
“Atas dasar apa kamu menuduh istrimu berselingkuh? Dia gadis baik dari keluarga baik-baik. Keluarga Argantara bukanlah dari kalangan biasa. Mereka menjaga betul nama baik keluarganya, apa lagi sekarang dia sedang mengandung anak kamu. Kamu jangan membuat dia tertekan dengan sikap kamu ini.”
“Pah, dia bertemu mantan pacarnya waktu acara reuni dan Dewa lihat sendiri mereka saling menatap.”
Papanya menggelengkan kepala tak percaya, hanya karena masalah reuni saja membuat Dewa kebakar api cemburu sampai menuduh Gema berselingkuh.
“Sewaktu reuni itu wajar jika dia bertemu teman-temannya juga mantannya itu jaman SMA masih cinta monyet. Kamu jangan terlalu posesif sama istri kamu. Kasihan Gema lagipula kamu ini sudah dewasa. Kenapa kamu jadi seperti ini Dewa?!”
Dewa masih terdiam mendengarkan nasihat dari Papanya. Dia lebih akrab dengan Papanya dari pada Mamanya sejak dia melihat dengan mata kepalanya kelakuan Mamanya yang tidak mencermikan seorang Ibu. Tangannya meraba-raba sofa sembari bertanya pada Papanya.
“Begitu ya, Pa?”
“Ucapan Papa kamu benar Dewa. Kamu jangan asal menuduh istri kamu bukankah Gema itu gadis penurut, sejak kalian pacaran sepertinya dia selalu mengalah dan mengerti keadaanmu. Lebih baik kamu pulang, istri kamu pasti menunggu dalam keadaan gusar,” tutur Sonya lembut menasehati putra tirinya.
Sania ibu kandungnya tidak pernah menasehati ataupun mendidiknya dengan baik. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri dengan banyak berkumpul dengan teman-teman sosialitanya. Pulang malam dalam keadaan bau alkohol, pesta adalah kebiasaan Sania. Dewa tumbuh tanpa peran seorang Ibu sejati. Dia mempunyai Ibu, tetapi dia tidak merasakan kasih sayang seorang ibu. Yang orang-orang bilang kasih sayang Ibu sepanjang masa itu tidak berlaku bagi Dewa, sedari kecil dia sudah terbiasa menyaksikan kedua orang tuanya yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
Mamanya yang suka belanja barang-barang branded dan perselingkuhannya dengan supir Papanya. Sedangkan Papanya sibuk dengan pekerjaannya demi kehidupan yang layak untuk Dewa dan keluarga.
“Aku tidak ingin pulang, Dewa mau tidur di rumah Papa saja.”
“Kalau kamu mau tidur di sini, kamu kabarin Gema agar dia tidak khawatir,” jelas Papanya. “Percayalah pada istrimu , kalian sebelum menikah juga pasti sudah tahu karakter masing-masing, hanya karena Mama kamu dulu berbuat kesalahan bukan berarti kamu lampiaskan pada istri kamu,” tambah Papanya.
Papanya tahu betul perasaan Dewa dan perubahan sikapnya. Terkadang dulu di saat Dewa masih kecil, ia kerap membuat masalah agar Mamanya memperhatikan dia. Akan tetapi, bukannya Mamanya menasehati dengan kelemah lembutan justru Dewa mengalami kekesaran secara psikologis. Mamanya dengan tega membentaknya di depan teman-temannya, di saat sampai rumah masih juga di marahi dan terkadang di cubit bahunya.
Masih begitu melekat di benak dan hatinya Dewa sikap Mama kandungnya yang seperti tak mengharapkan kehadirannya. Sampai-sampai setelah dewasa Dewa tidak bisa mengontrol emosinya, dia kadang tidak tahu apa yang sudah dia lakukan dan sering melamun sendirian.
“Tidak, Dewa sudah capek.” Dewa berjalan meninggalkan Papanya dan Ibu tirinya. Langkah kakinya terburu-buru menuju dapur membuka kulkas dua pintu mengambil dua botol minuman beralkohol kemudian naik tangga menuju kamarnya.
Baskara hanya menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya.
“Sejak kapan dia mulai minum-minum lagi,” gumam Baskara. “Aku merasa sudah gagal menjadi seorang Ayah, aku gagal mendidiknya. Aku kira dengan mencurahkan semua waktu dan kasih sayang setelah bercerai dengan Sania. Dia bisa melupakan kejadian buruk di masalalu, ternyata itu belum cukup untuk membuatnya bisa melupakan semuanya,” ucap Baskara sembari menatap Sonya di sebelahnya.
Sonya tersenyum manis meskipun usia mereka terpaut sepuluh tahun, tetapi Sonya bisa mengimbangi pola pikir Baskara. “Sayang tenang saja, Dewa pasti akan baik-baik saja. Dia pasti tahu mana yang harus dia lakukan ataupun tidak,” jelas Sonya memberi pengertian dengan lemah lembut.
***
“Kak Dewa, kapan datang?” tanya Mahesa seraya turun dari anak tangga
“Semalam.”
“Cepat duduk sini, kita sarapan bareng,” ajak Sonya.
Mahesa pun duduk di sebelah kakaknya. “Sudah lama Kakak ngga maen ke rumah sejak menikah sama kak Gema.”
Dewa terdiam seraya menundukkan pandangannya.
“Hesa jangan banyak bertanya sama kakakmu. Kamu cepat sarapan dan langsung berangkat ke kampus,” sahut Mamanya.
“Aku antar kamu ke kampus sekalian aku ke kantor.”
Mama tirinya dan Papanya bersamaan menatap tak percaya ke arah Dewa.
“Dewa, Papa senang mendengarnya,” timpal Papanya.
Sejak menikah dengan Gema. Dewa memang hampir tidak pernah masuk kantor. Dia lebih memilih bekerja dari rumah lantaran ingin mengetahui gerak gerik istrinya. Luka itu masih membekas di hatinya, ingatannya akan Mama kandungnya masih terekam dengan jelas di kepalanya.
Dirinya juga merasa kasian melihat Papanya kala itu. Akan tetapi, Dewa tidak bisa berbuat apa-apa melihat ke dua orang tuanya selalu berselisih paham. Di saat mereka tengah bertengkar Dewa lebih memilih meringkuk memeluk dirinya sendiri di pinggir ranjang seraya menutup ke dua telinganya.
“Dewa, akan mengontrol Perusahaan Pa.”
Papanya tersenyum bahagia melihat anaknya mulai berubah pikiran. Pria paruh baya itu berharap Dewa mulai tidak mengekang istrinya dan rumah tangganya tidak kandas seperti dirinya.
😊 Lanjut chapter berikutnya yukkkkk .....
jangan lupa like, Vote, subscribe juga follow, komentar yakkkk ....
Terima kasih semuanya 😄