Di masa putih abu-abu, Juwita dan Calvin Cloud menikah karena kesalahpahaman. Calvin meminta Juwita untuk menyembunyikan status pernikahan mereka.
Setelah lulus sekolah, Calvin pergi ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sedangkan Juwita memilih berkuliah di Indonesia. Mereka pun saling menjauh, tak memberi kabar seperti kebanyakan pasangan lainnya.
Lima tahun kemudian, Juwita dan Calvin dipertemukan kembali. Calvin baru saja diangkat menjadi presdir baru di perusahaan Lara Crop. Juwita juga diterima menjadi karyawan di perusahaan tersebut.
Akan tetapi, setelah bertemu, sikap Calvin tetap sama. Juwita pun menahan diri untuk tidak memberitahu Calvin jika beberapa tahun silam mengandung anaknya.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Juwita dan Calvin? Apakah Juwita akan tetap merahasiakan buah hatinya, yang selama ini tidak pernah diketahui Calvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Tidak Menyerah
Pupil mata Calvin lantas melebar. Dalam keadaan sadar, buru-buru menurunkan tangan Putri dari pinggangnya kemudian membalikkan badan. Kinu, sinar mata Calvin kembali dipenuhi kobaran api.
"Apa yang kamu bicarakan Putri?" ucap Calvin kemudian dengan sorot mata tajam, setajam elang. Hari ini suasana hati Calvin begitu buruk. Terhitung sudah dua orang yang menganggu kegiatannya. Lina dan Putri. Membuat kepalanya semakin berdenyut hebat sekarang.
Putri terlihat mulai gugup. Namun, sebisa mungkin bersikap tenang, hari ini dia akan berusaha mendekati Calvin, dengan mengatakan isi hatinya.
"Aku bilang aku mencintaimu, bisakah kita benar-benar menjadi sepasang kekasih, aku tidak mau lagi menjadi kekasih bohonganmu, aku sudah lama mencintaimu Calvin, sejak SMA aku sudah jatuh cinta padamu, mari kita perkuat hubungan ini," terang Putri seraya menampilkan tatapan memelas. Berharap Calvin mau membalas cintanya itu.
Perlahan, ekspresi wajah Calvin terlihat menyeramkan. Kali ini sorot mata lelaki berwajah rupawan itu tidak tajam lagi, melainkan dingin, sangat dingin hingga mampu membuat Putri membeku di tempat.
"Bukannya kemarin aku menyuruhmu untuk jangan datang kemari lagi, Putri? Apa kamu mulai melawanku sekarang? Pergilah sekarang!"
Alih-alih menanggapi perkataan Putri tadi. Calvin justru melontarkan kalimat yang membuat Putri kesal, karena pernyataan cintanya tidak ditanggapi.
Putri mendengus pelan.
"Iya, kamu memang menyuruhku untuk jangan datang kemari, tapi aku tidak bisa Calvin. Setiap detik dan menit aku selalu merindukanmu Cal, bisakah kita bersama, aku sangat mencintaimu, terimalah cintaku, aku tidak mau menjadi kekasih bohonganmu lagi."
Putri sudah tak mampu lagi, menahan diri untuk tidak bersama Calvin. Kemarin, saat mengetahui Calvin dan Juwita adalah pasangan suami istri, dunia Putri seketika hancur. Tapi, Putri tidak menyerah dan akan mendapatkan hati Calvin. Apa lagi dia tahu bila Juwita dan Calvin, menikah bukan atas dasar cinta selama ini.
Calvin menyeringai tajam lalu memindai penampilan Putri dari atas ke bawah. Kali ini, tatapan Calvin menyiratkan penuh cela.
"Apa kamu tahu, statusku sekarang adalah suami Juwita, jadi sebaiknya kubur saja rasamu itu, mulai detik ini kamu bukan lagi kekasih bohonganku!" kata Calvin dengan tegas.
Putri membelalakan mata sebentar."Jadi, kamu tidak mencintaiku?" tanyanya.
"Bukankah sudah jelas aku katakan tadi, kubur lah perasaanmu itu, dan kamu harus tahu tidak ada lagi hubungan di antara kita selain hanya teman," balas Calvin dengan ekspresi datar.
Putri terpaku sejenak. Dunianya benar-benar runtuh, ternyata cintanya bertepuk sebelah tangan. Lelaki yang dia cintai secara diam-diam ini, tidak membalas perasaannya. Sekarang, dadanya terasa tercabik-cabik, seolah-olah ditusuk oleh benda yang tak kasat mata.
"Apa kamu mencintai Juwita?" tanya Putri, napasnya terdengar mulai memburu.
Putri menerka-nerka bila Juwita lah yang menjadi penghalang dia dan Calvin untuk bersatu.
Calvin malah melengoskan muka lalu berjalan cepat menuju meja kerja. Tatapan Putri masih tertuju pada Calvin, yang saat ini menjatuhkan diri di kursi kebesarannya.
"Calvin, cepat jawab aku, apa kamu mencintai Juwita?!" Putri bertanya sekali lagi dengan suara yang sangat nyaring.
Calvin melebarkan mata dengan teriakan Putri. Putri membuatnya kepalanya makin pusing.
"Apa urusanmu?! Pergi kamu dari sini sekarang! Atau kamu mau aku seret keluar hah?!" bentak Calvin seraya beranjak dari kursi.
Putri terlonjak, dengan cepat memutar badan, secara bersamaan air mata mulai mengalir perlahan dari bola mata cantiknya itu. Sesampainya di luar, Putri berusaha menghapus air matanya agar para karyawan tidak melihat keadaannya yang memilukan sekarang.
'Aku tidak akan menyerah! Awas kamu Juwita, aku akan mengambil Calvin darimu!' Sebelum melangkah pergi, Putri bersumpah di dalam hatinya.
Kembali ke ruangan, Calvin menghempas bokong di kursi kembali. Calvin tampak frustrasi. Belum mulai berkerja. Namun, kepalanya sudah pusing.
"Aku juga bingung dengan perasaanku sekarang, apa aku mencintai Juwita atau tidak," gumam Calvin pelan.
Setelahnya, Calvin mendesah berat seraya menyugar rambut depannya ke atas sesaat. Berharap rasa sakit di kepalanya dapat segera menghilang. Calvin lantas memutuskan memulai perkerjaannya yang tertunda tadi, dengan menyuruh Lina masuk ke ruangan kembali.
...
Tepat pukul empat sore, baik Calvin, Juwita dan karyawan Lara Crop sudah menyelesaikan tugasnya masing-masing.
Saat ini, Juwita masih merapikan meja kerja. Sesekali dia melirik ke kanan dan ke kiri, di mana ruangan sudah tampak kosong, hanya dirinya saja yang belum keluar dari ruangan.
Juwita lantas bergegas. Namun, baru saja beranjak dari kursi. Salma, Dewi dan Lina tiba-tiba menghampirinya. Juwita mengerutkan dahi dengan kehadiran ketiga wanita tersebut. Terlebih, mereka memandang dirinya dengan sinis sekarang.
"Ada apa?" tanya Juwita, kemudian menaruh tas kerjanya di pundak.
Salma tersenyum sinis sambil melipat tangan di dada.
"Kamu masih bertanya uh? Wanita sepertimu ini memang seperti ular, berlagak polos tapi nyatanya tidak polos!" seru Salma kemudian.
"Apa maksudmu?" Juwita makin bingung.
"Ckck, kamu pikir kami tidak tahu, kalau tadi saat kamu dipanggil ke kantor, kamu berusaha menggoda Pak Calvin kan? Lina tadi memberitahu kami jika kamu berciuman dengan Pak Calvin! Benar-benar jalang!"timpal Dewi. Melirik Lina sekilas.
Juwita melebarkan mata sedikit. Ketiga wanita di depannya ini, membuatnya semakin kesal.
"Kalian semua salah paham, apa yang terjadi di dalam kantor tadi tidak seperti yang kalian pikirkan! Lagi pula kalau pun aku berciuman dengan Pak Calvin, kenapa kalian yang marah? Bukankah seharusnya kekasihnya yang marah!" seru Juwita, melototkan mata dengan sangat tajam.
Tidak ada lagi sisi kelembutan Juwita sore ini. Seharian bekerja membuat suasana hati Juwita mulai memburuk. Dia ingin cepat-cepat pulang menemui Chester, tapi ketiga wanita di hadapan Juwita justru menghalanginya.
Melihat respons Juwita. Wajah Dewi, Lina dan Lina lantas memerah.
"Alasan, tentu saja kami marah karena kami menyukai Pak Calvin, dasar jalang! Ayo teman-teman kita beri pelajaran wanita culun ini!" seru Lina lalu mencengkram kuat pergelangan tangan Juwita. Dewi dan Salma pun mulai mencengkram tangan Juwita kemudian menyeretnya keluar.
Juwita lantas panik, berusaha memberontak, tapi tentu saja tenaganya kalah telak dengan ketiga wanita tersebut.
"Lepaskan aku, kalian mau apa!" pekik Juwita, saat sampai di luar ruangan.
"Diam kamu! Kamu harus diberi pelajaran!" seru Lina sambil mengeluarkan tawa keras bersamaan.
Juwita semakin panik ketika diseret ke suatu lorong yang tidak pernah dia lalui. Suasana gedung yang sudah sepi membuat Dewi, Lina dan Salma tidak takut dan bersikap semena-mena terhadap Juwita. Sesekali mereka mengeluarkan tawa saat Juwita meminta mohon untuk dilepaskan.
Bugh!
"Aw!" Juwita terperanjat kaget kala didorong ke toilet yang sudah lama tidak terpakai. Juwita berusaha bangkit, tapi belum juga kakinya bergerak.
Dewi menekan kaki kanan Juwita, lalu Salma menjambak rambutnya dengan sangat kuat sekarang. Sementara Lina mengikat kedua tangannya ke belakang.
"Tolong!" seru Juwita, merintih kesakitan kala rasa sakit di kepala dan kakinya mulai menyerang. Perlahan, air mata mulai mengalir dari sudut matanya. Dengan sekuat tenaga dia memberontak. Tapi, lagi dan lagi tenaganya tak mampu.
"Haha, minta tolonglah, tidak akan ada yang menolongmu! Ini balasanmu untuk karena sudah berani menggoda Pak Calvin!" seru Lina kemudian menampar pipi Juwita berulang kali.
"Tolong aku! Siapa pun tolong aku!" Juwita berusaha meminta tolong pada siapa pun orang yang mungkin saja masih di kantor. Tapi sudah sepuluh menit berlalu, tak ada tanda-tanda orang akan datang. Sekarang Juwita tampak lemas, sudut bibirnya terlihat mengeluarkan darah sedikit.
"Calvin ...." Hanya nama itu yang terucap dari Juwita kemudian, tubuhnya terasa semakin sakit sekarang.
HADEH ini Gustav maksud nya apa bikin panas Calvin???
tapi bagus Juwita udah berani berkata-kata utk melawan Calvin, ayoooo Menyala lah Juwita ku 🔥🔥🔥
harus berani balas kata-katanya Calvin sekarang