NovelToon NovelToon
Di Antara Dua Dunia

Di Antara Dua Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Romansa / Kekasih miserius
Popularitas:575
Nilai: 5
Nama Author: Papa Koala

Ethan, cowok pendiam yang lebih suka ngabisin waktu sendirian dan menikmati ketenangan, gak pernah nyangka hidupnya bakal berubah total saat dia ketemu sama Zoe, cewek super extrovert yang ceria dan gemar banget nongkrong. Perbedaan mereka jelas banget Ethan lebih suka baca buku sambil ngopi di kafe, sementara Zoe selalu jadi pusat perhatian di tiap pesta dan acara sosial.

Awalnya, Ethan merasa risih sama Zoe yang selalu rame dan gak pernah kehabisan bahan obrolan. Tapi, lama-lama dia mulai ngeh kalau di balik keceriaan Zoe, ada sesuatu yang dia sembunyikan. Begitu juga Zoe, yang makin penasaran sama sifat tertutup Ethan, ngerasa ada sesuatu yang bikin dia ingin deketin Ethan lebih lagi dan ngenal siapa dia sebenarnya.

Mereka akhirnya sadar kalau, meskipun beda banget, mereka bisa saling ngelengkapin. Pertanyaannya, bisa gak Ethan keluar dari "tempurung"-nya buat Zoe? Dan, siap gak Zoe untuk ngelambat dikit dan ngertiin Ethan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Papa Koala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelajaran dari Sebuah Kursi Bioskop

Seminggu setelah makan malam di restoran pizza, Ethan dan Zoe memutuskan untuk nonton film bareng di bioskop. Zoe yang memilih film, tentu saja. Pilihannya kali ini jatuh pada film action terbaru yang sedang hype. Ethan sebenarnya lebih suka film drama atau sci-fi yang tenang, tapi seperti biasa, dia mengikuti keinginan Zoe. Baginya, yang penting adalah kebersamaan.

“Nah, siap gak nih? Katanya film ini banyak adegan ledakannya, jadi jangan kaget kalau tiba-tiba kursinya ikut getar,” Zoe bercanda sambil mereka masuk ke dalam bioskop.

“Semoga gak terlalu bising,” Ethan tertawa kecil, meskipun dalam hatinya dia agak cemas soal volume suara. Tapi, Zoe tampak begitu bersemangat, jadi dia tidak ingin merusak suasana dengan kekhawatirannya.

Mereka duduk di baris tengah, tempat yang menurut Zoe adalah spot terbaik. “Di sini nih, Eth. Tengah banget, layarnya gede pas. Dan gak terlalu jauh dari pintu keluar, kalau misalnya kita butuh kabur gara-gara filmnya jelek,” Zoe menambahkan dengan cengiran khasnya.

Ethan mengangguk sambil tersenyum, meski dia tahu kalau Zoe gak akan pernah benar-benar kabur. Dia adalah tipe yang tahan duduk di bioskop walaupun filmnya nggak sesuai harapan, hanya demi mendapatkan pengalaman penuh.

Saat lampu mulai meredup, Zoe membuka bungkus popcorn yang tadi mereka beli. “Mau?” tanyanya sambil menyodorkan popcorn ke Ethan.

Ethan mengambil segenggam. “Thanks. Kamu selalu tau cara bikin nonton jadi lebih seru.”

“Ya iyalah! Gak ada nonton yang sempurna tanpa popcorn, Eth. Itu kayak... pergi ke pantai tanpa nyentuh pasir. Kamu ngerti kan maksudku?”

Ethan tertawa pelan. “Ya, ya, aku ngerti. Dan kalau Zoe bilang, berarti bener.”

Film dimulai. Dari awal, Zoe sudah terlihat sangat asyik. Dia sesekali berkomentar kecil, seperti “Wah, efek ledakannya keren!” atau “Gila, stunt-nya asli ini mah!” sementara Ethan lebih fokus menikmati cerita tanpa terlalu banyak komentar. Tapi, setiap kali Zoe berbisik, Ethan akan tersenyum. Ada sesuatu yang menenangkan dari energi Zoe yang tidak pernah habis.

Namun, di pertengahan film, sebuah adegan dramatis yang serius tiba-tiba muncul. Seorang tokoh utama terluka parah, dan ada momen hening di bioskop. Semua orang tampak fokus pada layar, termasuk Zoe, yang biasanya selalu heboh. Ethan memperhatikan Zoe dari sudut matanya dan berpikir, mungkin ada lebih banyak hal yang bisa dia pelajari dari Zoe. Tidak semua momen harus diisi dengan suara dan tawa, terkadang, keheningan itu juga bisa berbicara banyak.

Tapi, momen hening itu tidak bertahan lama. Adegan ledakan lainnya langsung muncul, dan Zoe kembali ke mode semangatnya. “Woooo! Ini yang gue tunggu-tunggu!” katanya sambil mengangkat tangan penuh popcorn, membuat beberapa penonton di sebelah mereka melirik dengan bingung.

Ethan menahan tawa, tapi dalam hati dia merasa bersyukur bisa punya teman yang sespontan dan sebahagia Zoe. Dia benar-benar tipe orang yang bisa mengubah hari biasa menjadi petualangan, bahkan di bioskop.

Ketika film selesai dan lampu bioskop kembali menyala, Zoe segera berdiri sambil menghela napas panjang. “Gila, itu seru banget! Gimana menurut kamu, Eth?”

Ethan tersenyum, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Itu... lebih heboh dari yang kupikir. Tapi, jujur, lumayan menghibur.”

Zoe menatapnya dengan ekspresi puas. “Akhirnya! Kamu suka juga kan? Gak cuma soal drama mellow atau sci-fi penuh obrolan berat doang.”

Ethan tertawa. “Oke, aku akui. Film action kadang bisa bikin refreshing juga. Tapi tetep sih, kalau nonton bareng kamu, semua film jadi terasa lebih seru.”

Zoe memukul lengan Ethan pelan. “Ah, dasar! Bikin malu aja.”

Mereka berjalan keluar bioskop, dan udara malam yang sejuk langsung menyambut mereka. Zoe, seperti biasa, langsung mengeluarkan ponselnya, mencoba mengambil selfie dengan latar belakang poster film yang baru mereka tonton.

“Buat kenangan dong! Eth, sini, deketin mukamu,” kata Zoe sambil berusaha menangkap sudut yang tepat.

Ethan, yang biasanya enggan berfoto, kali ini menurut saja. Dia merasa Zoe sudah melakukan begitu banyak hal untuk membuat hari-hari mereka lebih seru, jadi tidak ada salahnya mengikuti selera Zoe.

“Perfect!” Zoe berkata setelah akhirnya berhasil mengambil beberapa foto. “Oke, sekarang mari kita bahas tentang pizza,” lanjutnya sambil menatap Ethan dengan senyum nakal.

Ethan mengernyitkan alis. “Pizza lagi? Kita baru aja makan pizza minggu lalu.”

Zoe mengangkat bahu. “Pizza itu gak ada kata bosan, Eth. Pizza itu cinta dalam bentuk bulat yang bisa dipotong segitiga.”

Ethan tertawa keras kali ini. “Kamu bener-bener nggak kehabisan ide buat alasan makan pizza, ya?”

“Yup! Makanya, yuk kita ke tempat biasa. Sekalian ngobrol-ngobrol. Aku belum puas soal bahasan ‘takut dekat sama seseorang’ minggu lalu.”

Ethan terdiam sejenak. Memang, topik itu masih ada di kepalanya, tapi dia merasa lebih rileks sekarang. “Baiklah, tapi kali ini aku yang traktir,” jawabnya.

Zoe tampak terkejut. “Serius? Wow, Ethan! Kamu mulai berubah nih. Dari yang 'ngikut aja' jadi pengambil keputusan.”

Ethan tertawa kecil, meski dalam hati dia tahu Zoe benar. “Ya, anggap aja kemajuan kecil. Pelan-pelan tapi pasti.”

Mereka akhirnya tiba di restoran pizza favorit mereka. Restoran itu tidak terlalu ramai malam ini, dan Zoe langsung mengambil tempat duduk di sudut yang sama seperti sebelumnya.

“Kamu tau, Eth,” Zoe mulai berbicara setelah mereka memesan pizza, “aku beneran mikir soal apa yang kamu bilang minggu lalu. Tentang takut deket sama orang.”

Ethan menatapnya, sedikit terkejut. “Kamu serius?”

Zoe mengangguk. “Yup. Soalnya, aku sendiri juga pernah merasa takut, meskipun aku nggak sering ngomongin itu. Kadang, aku takut kalau aku terlalu banyak bercanda atau terlalu berisik, orang-orang bakal ninggalin aku. Jadi, aku terus aja berusaha buat jadi lebih seru, biar orang-orang tetap di sekitarku.”

Ethan tertegun mendengar pengakuan itu. Zoe yang selalu ceria dan penuh energi, ternyata punya ketakutan yang mirip dengannya. “Aku nggak pernah mikir kalau kamu punya kekhawatiran kayak gitu, Zo.”

Zoe tersenyum kecil. “Well, semua orang punya ketakutan masing-masing, Eth. Tapi kamu tahu apa yang paling penting? Jangan biarin ketakutan itu ngehancurin momen-momen bagus yang ada sekarang. Kita gak akan pernah tau apa yang bakal terjadi nanti, jadi ya... kenapa gak nikmatin aja hari ini?”

Ethan menatap Zoe dengan pandangan kagum. Sekali lagi, Zoe membuat segalanya terdengar begitu sederhana. Mungkin memang itulah yang dia butuhkan, seseorang yang bisa membantunya melihat sisi positif dari semua hal.

“Iya, kamu benar, Zo. Aku janji bakal lebih banyak mencoba menikmati momen, bukan cuma mikirin hal-hal yang mungkin gak bakal terjadi.”

Zoe tersenyum lebar. “Nah, itu dia! Aku suka Ethan versi yang ini.”

Pesanan pizza mereka akhirnya tiba, dan seperti biasa, mereka segera tenggelam dalam obrolan yang penuh tawa dan gurauan. Ethan merasa lebih rileks, lebih tenang, dan mungkin, untuk pertama kalinya, dia merasa bahwa bersama Zoe adalah hal yang dia butuhkan untuk bisa menikmati hidup tanpa terlalu banyak kekhawatiran.

Dan kali ini, ketika Zoe mengangkat potongan pizza dan memulai percakapan baru, Ethan tak ragu untuk ikut terlibat, sepenuhnya.

1
Hunter Cupu
urhyrhyr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!