entah kenapa, author selalu tertarik dengan cerita transmigrasi. jadi, pembacanya author jangan bosan ya hehehe....😁😁
kali ini. kisah ini menceritakan seorang Narita yang tiba-tiba saja menjadi seorang ibu dari dua anak lelaki.
hidup tubuh yang di tempati oleh Narita ini, sama sekali tidak mendapatkan perhatian dari suaminya. ia juga melakukan segala macam cara untuk mendapatkan perhatian suaminya, sampai akhirnya Narita mengambil alih tubuh itu.
lalu bagaimana kah kisah selanjutnya ?. ikuti terus ya guys 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisa saumatgerat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. kedatangan sahabat lama
"Iyan, alzio. kalian sama bunda dan jagain bunda baik-baik ya. Ayah berangkat kerja dulu, setelah bekerja ayah akan ke sini lagi." ucap Alexander kepada kedua anaknya.
ariano pun menganggukkan kepalanya. sementara alzio yang belum mengerti tentang perkataan ayahnya itu, hanya menampakan deretan gusinya itu. setelah berpamitan kepada kedua anaknya, kini Alexander berpamitan kepada Ibu mereka.
"sayang, aku berangkat kerja dulu. baik-baiklah di rumah." ucap Alexander selembut mungkin. lagi-lagi Anastasia menjadi salah tingkah. Iya tidak menjawab ia hanya menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti dengan ucapan Alexander.
Alexander pun tersenyum melihat tingkah malu-malu dari Anastasia. namun ia tidak lagi menggodanya, karena Alexander sudah merasa telat, akhirnya ia langsung berangkat ke kantornya tanpa harus pergi ke rumah kedua orang tuanya terlebih dahulu.
***
sesampainya di kantor, dan masuk ke dalam ruangannya. ternyata di dalam ruangannya sudah ada seorang laki-laki yang menjadi tamunya. Alexander menjadi terkejut melihat laki-laki itu. namun akhirnya mereka saling berpelukan.
"hai bro apa kabar? Kenapa tidak mengabari kalau kamu mau ke sini." ucap Alexander kepada sahabatnya yang tak lain adalah Marvin Maxwell.
Marvin Maxwell adalah salah satu sahabat Alexander yang memiliki hati yang lembut namun juga tegas. Iya berasal dari keluarga tidak mampu dulunya.
Namun karena Marvin Maxwell adalah seorang yang memiliki pemikiran luas dan cerdas, ditambah lagi ia bersahabat dengan Alexander yang memang sudah memiliki dukungan dari segi ilmu maupun kekayaan.
dari situlah Marvin Maxwell belajar, belajar bagaimana caranya berbisnis dan mulai menyebarkan dan menerapkan ilmu-ilmu bisnis yang ia peroleh.
awalnya Ia membuka bisnis kecil-kecilan, dengan modal yang diberikan oleh Alexander akhirnya Marvin bisa membuka usahanya dan bahkan sudah menjadi pembisnis nomor satu yang disegani di seluruh dunia.
Marvin memiliki seorang adik perempuan yang bernama alea Maxwell. keluarga Marvin semuanya memiliki hati yang baik dan tulus mereka tidak akan segan-segan membantu orang lain tanpa memikirkan rugi atau tidaknya.
sebut saja, mereka adalah keluarga dermawan, walaupun mereka kaya mereka tidak pernah menunjukkan kekayaannya kepada orang lain dan bahkan kerap kali mereka berpenampilan sederhana. walaupun Marvin unggul dalam setiap apapun, namun sampai sekarang ia belum menikah. padahal umurnya sudah hampir mau ke palatiga. sampai-sampai orang tuanya mengira bahwa ia penyuka sesama jenis. namun Marvin selalu menyanggah hal itu.
"hai Lex, aku baik. sengaja aku tidak mengabarimu kalau aku mau ke Indonesia. agar ini menjadi sebuah kejutan hahaha."ucap Marvin kepada Alexander.
"Ya sudah kalau begitu, ayo kita duduk dulu." ucap Alexander mempersilahkan Marvin untuk duduk. Mereka pun mulai bercerita mengenai bisnis demi bisnis yang mereka bangun. mereka berdua selalu sharing mengenai ide-ide untuk memajukan perusahaan mereka.
"Oh ya Vin, kapan kamu akan menikah? kenapa sampai sekarang Kamu sama sekali belum menunjukkan atau memperkenalkan seorang perempuan kepada kami. ingat loh !! kamu sudah tidak mudah lagi."ucap Alexander mempercayai candai temannya itu.
"hai jangan mulai ya lek, jangan bertingkah seperti mama yang selalu bertanya kapan nikah kapan nikah. aku benar-benar bosan mendengarnya."ucap Marvin menimpali candaan temannya itu.
"kamu serius. atau jangan-jangan kamu ini...."ucapan Alexander ya gantung namun tatapannya memicing kepada Marvin. Marvin yang paham arti tatapan sang sahabat itu segera ia melempari Alexander dengan bantal sofa.
"kamu jangan mikir yang aneh-aneh ya. Aku ini masih normal hanya saja aku masih belum menemukan perempuan yang benar-benar tulus mencintaiku.
apalagi kamu tahu, aku suka sekali berpenampilan sederhana jadi tidak ada perempuan kelas atas maupun kelas bawah yang melirikku karena mereka pikir aku ini adalah pengangguran."ucap Marvin lucu.
"hahaha... Kalau begitu kamu harus tunjukkan kalau kamu ini adalah seorang laki-laki pengusaha nomor satu yang disegani di seluruh dunia. pasti akan banyak perempuan yang berlari terbirit bahkan yang saling jatuh menjatuhkan untuk bisa mendapatkan kamu."ucap Alexander memberi saran.
tentu saja Marvin tidak menerima saran itu karena baginya Ia hanya menginginkan perempuan yang tulus mencintainya tanpa memandang materi. karena jika suatu saat nanti ia jatuh ke bawah, perempuan yang ia cintai itu tidak meninggalkannya. begitulah pikir Marvin.
"hah !! aku tidak tertarik melakukan hal itu bro. lebih baik aku mendapatkan seorang perempuan yang tidak menginginkan harta sama sekali, namun tetap saja bukan berarti aku tidak akan menafkahinya. hanya saja pikiranku terlalu jauh ke depan. belum apa-apa Aku sudah memikirkan hal yang tidak-tidak. jadi aku hanya ingin perempuan yang akan mendampingiku nanti itu mampu mendampingiku baik senang maupun susah. bukan perempuan yang mau mendampingiku di saat senangnya saja ketika susah dia malah meninggalkanku."terang marsin lagi cukup masuk akal memang. Alexander pun mengganggu anggukan kepalanya tentu saja ia mengerti mengenai hal ini.
"aku setuju denganmu bro. kalau begitu ada urusan apa kamu tiba-tiba datang ke Indonesia.?"tanya Alexander kepada Marvin.
"hah tidak ada urusan apa-apa... hanya saja aku ke Indonesia ingin menghindari omelan Mama saja yang selalu memintaku untuk menikah. jadi untuk sementara aku kabur dari rumah hahaha."ucap Marvin dengan gelap tawanya. Alexander pun menggeleng-gelengkan kepalanya.
"hah !! dasar kamu anak durhaka... yah sudah kalau begitu Aku bekerja dulu. kamu mau menungguku di sini atau bagaimana..?"tanya Alexander lagi. Marvin melihat jam di pergelangan tangannya.
"sebaiknya Aku mencari tempat tinggal dulu. tidak mungkin kan aku kembali ke kampung.."ucap Marvin lagi.
"memangnya kamu ingin berapa hari di sini bro.?"tanya Alexander lagi.
"yah kalau bisa aku ingin membeli sebuah apartemen agar kalau aku ke Indonesia Aku tidak harus menyewa rumah atau hotel."jawab Marvin. Alexander pun mengganggu anggukan kepalanya.
"Kalau begitu kamu pergilah ke showroom ini. kamu pasti akan menemukan apartemen sesuai dengan keinginan kamu."ucap Alexander sambil memberikan sebuah alamat kepadanya. Marvin pun langsung menerimanya dengan senang hati kemudian membaca sejenak.
"okelah kalau begitu aku akan ke sana. kalau begitu selamat bekerja ya bro Aku tinggal dulu," Marvin pun langsung beranjak dan melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan Alexander.
namun ketika pintu ruangan itu ia mau tutup kembali. tiba-tiba Marvin kembali menongolkan kepalanya di balik pintu itu.
"eh.. bro jangan lupa sekali-sekali Mari me Time barang ya kalau tidak sibuk." ucap Marvin sebelum akhirnya pergi dari tempat itu. tentu saja setelah Alexander menjawab ucapannya. selepas kepergian nya.
alexader menggeleng-gelengkan kepalanya.
setelah itu, Alexander melanjutkan pekerjaan nya kembali. saat ia sedang fokus. tak lama, Ferry pun datang dengan membawa paper bag di tangannya.
"permisi tuan..."ucapnya sambil berjalan menghampiri Alexander. mendengar ada orang yang datang. Alexander pun menegakkan kepalanya dan melihat Ferry di depannya.
"eh.. kamu sudah datang. mana baju yang aku minta..??"tanya Alexander. Ferry pun langsung mengeluarkan dan meletakkan paper bag itu di atas meja Alexander.
"ini bajunya tuan..!!" ucapnya.
"oh ya tuan. memangnya tuan tidur dimana sampai menyuruh ku untuk membawakan pakaian untuk tuan.?" tanya Ferry memicingkan matanya menghadap sang atasan. Alexander melihat tatapan kepo itu, ia pun mendelik.
"ngak usah kepo sama urusan orang. nanti susah dapat jodoh." ucapnya. Alexander pun langsung menyambar paper bag itu dan segera masuk ke dalam ruang istirahat nya.
"yee... tuan. kan aku cuma nanya. kenapa jadi kesulitan dapat jodoh sih..!!"gerutunya.
***
di lobby kantor Alexander. terlihat seorang wanita paruh baya sedang berjalan tergesa-gesa sambil mangap-mangut dan terlihat ia sedang menahan emosi Siapa lagi kalau bukan nyonya Tamara.
nyonya Tamara sedang marah kepada Alexander diakibatkandiakibatkan waktu itu ia tidak mengangkat telepon darinya dan bahkan tidak membalas pesan. karena itu Ia memutuskan hari ini untuk bertemu dengan Alexander dan memarahinya.
"kurang ajar anak itu lihat saja apa yang akan saya lakukan kepadanya. dia benar-benar sudah berani."gerutu nyonya Tamara berjalan sambil mencetak-hentakkan kakinya seperti anak kecil.
Tak butuh waktu lama akhirnya ia sampai di ruangan Alexander, nyonya Tamara pun langsung menerobos masuk ke dalam. di dalam ia melihat Alexander dan Ferry sedang berada dalam posisi intim. di mana Ferry yang berada di bawah kungkungan Alexander itu.
"apa yang kalian lakukan!!!" teriak nyonya Tamara terkejut melihat posisi mereka seperti itu. pikirannya jadi melayang-layang, pantas saja anaknya berubah selama ini. mungkin karena merasa patah hati ia jadi berbelok.
"Mama/ nyonya."ucap mereka secara bersamaan.
mereka terkejut karena keberadaan nyonya Tamara secara tiba-tiba di ruangan itu. Mereka pun segera buru-buru bangkit dari posisi itu. Alexander dan feri memperbaiki tampilan mereka.
"Mama apa yang kamu lakukan di sini.?"tanya Alexander kepadanya.
"kenapa? kamu tidak senang karena keberadaan Mama itu mengganggu aktivitas kamu begitu? "ucap nyonya Tamara dengan marah.
"bukan begitu mah, itu tidak seperti yang Mama pikirkan." ucap Alexander.
***bersambung***
𝐞𝐡 𝐭𝐩 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐧𝐭𝐚𝐫 𝐠𝐤 𝐚𝐝𝐚 😁😁
𝐭𝐡𝐨𝐫 𝐭𝐲𝐩𝐨 𝐦𝐮 𝐭𝐡𝐨𝐫
𝐤𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐭𝐢𝐚𝐝𝐚 𝐛𝐚𝐫𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚 𝐛𝐚𝐡𝐰𝐚 𝐤𝐞𝐡𝐚𝐝𝐢𝐫𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐡 𝐛𝐞𝐫𝐡𝐚𝐫𝐠𝐚.... 💃💃💃💃💃
𝐂𝐄𝐎 𝐤𝐨𝐤 𝐩𝐞'𝐚