kita memang tak tau siapa yang tuhan takdir kan untuk kita,namun kita bisa melabuhkan hati kita pada siapa. namun bagaimana jadinya jika ternyata hati dan takdir tak sejalan. Begitulah yang di rasakan oleh Aidan Arsyad Rafardhan,dia mencintai seorang wanita dan berniat akan melamar nya,namun bagaimana jadinya malah dia menikah dengan adik dari sang pujaan hati?
"menikahi orang yang di cintai memang impian,tapi mencintai orang yang di nikahi adalah kewajiban."
Aidan Arsyad Rafardhan
yukkk simak cerita lengkapnya di sini 👇
tinggalkan like,komen dan follow setelah membaca yah ☺️😆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon h.alwiah putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 29.
"Adek,sayang jangan marah dong,mas bisa jelasin semuanya kok."Aidan meraih tangan Maureen.
"Diem gak,gak usah ngejar ngejar gue. Gue mau pulang."sentak Maureen.
Aidan pun menghela nafasnya. "Ya udah kalau mau pulang,ayo sama mas."ucap Aidan lembut.
"Enggak gue bisa naik grab sendiri,udah sana Lo pergi lanjutin tuh mesra mesra sama sekertaris kesayangan Lo itu."tampaknya memang Maureen sudah sangat kesal pada Aidan hingga panggilan nya saja sudah berubah kembali ke setelan pabrik.
Maureen pun kembali melanjutkan langkahnya,namun baru beberapa langkah dia merasakan tubuhnya melayang ke udara.
Dan ternyata Aidan lah yang menggendong Maureen ala bridal style.
"Turunin ihh."kesal Maureen memberontak sembari memukul mukul dada Aidan.
Namun Aidan sama sekali tak menjawab bahkan menurunkan Maureen. Malah semakin erat menggendong Maureen.
"Diem atau nanti kita berdua bakal jatuh."ucap Aidan saat Maureen terus saja memberontak.
"Ihh turunin malu sama sekertaris kamu."ucap Maureen saat mereka berdua sudah sampai di lantai satu yang dimana banyak orang berkeliaran disana.
Aidan tak menghiraukan ucapan Maureen itu bahkan bersikap acuh pada orang yang melihatnya.
Maureen yang merasa malu pun menyembunyikan wajahnya di dada bidang Aidan.
Para karyawan Aidan yang melihat nya pun histeris tertahan, bagaimana tidak. Atasan mereka yang terkenal dingin itu,kini tampak bersikap romantis pada istrinya.
Padahal pada kenyataannya Aidan bukan sedang romantisan,dia malah sedang marahan dengan sang istri.
Aidan masuk ke dalam mobilnya,dia bahkan tak menurunkan Maureen dari gendongan nya malah membuat Maureen duduk di atas pangkuan nya.
"Ihhh ngapain pake saya duduk di sini sih pak,awas ihh saya bisa duduk di sebelah."ucap Maureen memberontak.
"Diam sayang,atau nanti kita bakal kecelakaan. Udah Dian aja kayak gitu,kamu taro kepala kamu di pundak saya biar saya liat jalan dengan jelas."ucap Aidan.
Ya kini posisi Maureen duduk menghadap ke arah Aidan.
"Gue bisa duduk di samping atau di belakang gak gini juga."
"Hustt jangan banyak protes okey."
Aidan mulai menjalankan mobilnya, walaupun sedikit susah karena Maureen tak mau diam. Apalagi Aidan kesusahan saat melihat jalan.
Salah satu tangan Aidan menarik kepala Maureen untuk bersandar di dada bidangnya,agar Aidan bisa melihat jalan dengan jelas.
Mau tak mau Akhirnya Maureen pun pasrah. Satu jam mereka berada pada posisi seperti itu. Sampai akhirnya mereka pun tiba di rumah.
Setelah sampai pun Aidan tak membiarkan Maureen untuk turun dari pangkuan nya,malah kembali menggendong Maureen kemudian masuk ke dalam rumah.
"Bi anterin obat p3k ke kamar saya."titah Aidan pada art nya.
Aidan membawa Maureen ke kamar mereka, tampaknya memang Maureen sudah kehabisan tenaga untuk memberontak,sampai sampai dia hanya pasrah saja.
Aidan menurunkan Maureen di atas kasur,lalu Aidan terlebih dahulu melepaskan jas nya dan ikut duduk di atas kasur di hadapan Maureen.
"Pak ini kotak obatnya."
"Terima kasih bi,ouh iya tolong ambilin air es sama tolong bikinin jus alpukat buat Maureen."Aidan menerima kotak p3k itu.
"Baik pak."
"Sini tangannya mas obatin dulu."ucap Aidan sembari menarik dengan pelan tangan Maureen.
Maureen pun hanya pasrah saja dengan muka yang memberengut. Aidan juga dengan telaten mengobati luka Maureen,tak ingin menyia-nyiakan kesempatan.
Saat mengobati luka Maureen,mulut Aidan pun tak berhenti berbicara. Menjelaskan kejadian yang sebenarnya terjadi tadi.
"Nanti kalau kamu mau masakin lagi makan siang buat mas,kabarin dulu mas nya. Biar nanti mas gak usah pesen makan siang yah."ucap Aidan dengan lembut.
"Udah dong mukanya jangan di tekuk lagi,kan mas udah menceritakan semuanya sama adek. Ini gak seperti yang adek kira kan,jadi mana senyumnya gak baik loh di depan suami mukanya memberengut gitu."Aidan mengusap lembut pipi Maureen.
"Ya tetep aja kesel aku udah capek capek buat masakin mas tapi mas udah makan siang sama cewek lain,berasa gak di hargain tau."
"Iya iya ini mas yang salah,maafin yah adek ku cintaku,sayangku."
"Heem."
"Maafin juga gara gara mas kamu harus luka gini,semoga lukanya cepat sembuh yah."
Cup
Aidan mengecup luka Maureen, membuat Maureen tak bisa menyembunyikan semburat merah di pipinya. Dia merasa ada ribuan kupu kupu yang berterbangan di perutnya.
"Ya udah sekarang adek mau bersih bersih dulu,apa mau istirahat dulu?"tanya Aidan.
"Pengen bobo siang boleh?"
Aidan pun mengangguk. "Boleh, kebetulan mas juga capek pengen bobo siang. Yuk kita bobo siang bareng."
Aidan pun naik ke atas ranjang dan merebahkan tubuhnya di samping Maureen. Lalu menarik selimut untuk membungkus tubuh dirinya dan sang istri.
"Sini."Aidan melebarkan kedua tangannya,menyuruh Maureen untuk lebih mendekat dan masuk ke dalam pelukannya.
Maureen pun mendekat lalu di pelukannya dia oleh Aidan, seperti biasa Aidan akan selalu mengelus Surai panjang nya agar Maureen bisa cepat tertidur.
Dan setelah drama kesalahpahaman tadi, akhirnya kedua orang itu tu pun tertidur dengan saling memeluk satu sama lain.
mewek, emosi, gregetan pokoknya jd satu.