Baru satu minggu Khalisa kehilangan pria yang menjadi cinta pertamanya, 'AYAH'. Kini dia harus menyaksikan Devan, sang tunangan selingkuh dengan Viola, kakak kandung Khalisa.
Belum juga selesai masalahnya dengan Devan dan Viola. Khalisa dibuat pusing dengan permintaan Sonia, kakak sepupu yang selalu ada untuk Khalisa, setiap gadis itu membutuhkannya. Sonia meminta Khalisa menggantikannya menikah dengan Narendra, pria yang sudah selama tiga tahun ini menjadi kekasih kakak sepupunya itu.
Sedangkan hati Khalisa mulai jatuh pada sosok Abian, dosen pembimbingnya yang sering memberikan perhatian lebih.
Bagaimana Khalisa menghadapi kerumitan hidupnya setelah di tinggal pergi sang ayah?
Apakah Khalisa menyetujui permintaan Sonia?
Yuk simak ceritanya di 'Selepas Cinta Pertama Pergi'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Hilang
Siang ini kediaman paman Kamal di dihebohkan dengan hilangnya Khalisa. Darel adalah orang yang pertama kali mengetahui ketidak beradaan kakak sepupunya itu.
Berawal dari bibi Amanda yang meminta tolong pada Darel untuk memanggil Khalisa. Sudah hampir waktunya untuk makan siang, tapi Khalisa belum juga keluar dari kamarnya. Biasanya tanpa perlu dipanggil pun, Khalisa sudah ada di dapur atau di meja makan untuk membantu menyiapkan makanan.
Karena menurut bibi Amanda, Khalisa ada di kamarnya, Maka Darel menuju kamar kakak sepupunya itu. Namun saat pemuda itu sampai di kamar sang kakak, Darel tidak menemukan keberadaan Khalisa. Tidak ada di kamar mandi, tidak ada di taman, tidak ada dimana-mana.
"Mama..., kak Ica hilang!" seru Darel sambil berlari mendekati bibi Amanda yang pastinya terkejut dengan ucapan sang putra.
"Jangan bercanda Darel, coba kamu cari di belakang atau di kamar mandi." ucap bibi Amanda.
"Ma ini bukan bercandaan. Darel tuh sudah mencari kak Ica ke seluruh penjuru rumah. Sampai gudang belakang pun Darel samperin. Tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan kak Ica. Darel panggil-panggil juga tidak ada sahutan." jawab Darel mencoba menjelaskan usaha apa yang sudah dia lakukan.
"Coba kamu hubungi lewat telepon." ucap bibi Amanda memberi saran.
Darel menepuk keningnya sambil melakukan apa yang diperintahkan bibi Amanda. Karena panik, dia sampai lupa kalau punya alat komunikasi yang bisa menanyakan di mana keberadaan kakak sepupunya tersebut.
Sudah dua kali Darel menghubungi Khalisa, namun tidak juga ada jawaban dari seberang sana. Darel memutuskan untuk kembali ke kamar yang di tempati Khalisa. Sekali lagi Darel menghubungi nomor ponsel milik sang kakak. Hasilnya, suara dering hp milik Khalisa ada di kamar itu.
"Seperti yang aku duga." ucap Darel yang menduga Khalisa meningalkan ponselnya.
"Kak, masa iya kakak juga minggat seperti kak Nia?" gumam Darel sambil memijat keningnya. Kemana dia harus mencari Khalisa?
"Tapi kalau minggat kok enggak bawa hp. Apa kak Ica di culik ya?" tanya Darel menebak.
"Bagaimana? Kakak kamu ada dimana?" tanya bibi Amanda setelah Darel kembali duduk menemui bibi Amanda.
Bukan memjawab, Darel justru menunjukkan hp milik Khalisa yang tertinggal di kamar. Seketika bibi Amanda terduduk lemas. Dua hari lagi Khalisa dan Narendra akan menikah, persiapan pun sudah bisa dikatakan sembilan puluh persen hampir rampung. Tapi tiba-tiba saja Khalisa hilang.
"Bagaimana ini?" tanya bibi Amanda sambil berpikir apa yang terjadi pada keponakan suaminya itu.
"Darel, coba hubungi Rendra, papa kamu dan siapa saja yang bisa membantu untuk mencari Ica." ucap bibi Amanda setelah diam sejenak karena cemas. Bahkan lebih cemas dari waktu Sonia yang pergi dari rumah.
***
Narendra tengah bersantai di kediaman orang tuanya, setelah sejak pagi memeriksa berkas yang dibawakan oleh Wildan. Karena sudah beberapa hari ini, calon suami Khalisa itu memilih bekerja dari rumah.
Tepatnya setelah jamuan makan malam dari rekan bisnisnya yang hampir saja membuatnya mabuk dan minum obat yang bisa menghancurkan masa depannya.
Untung saja saat itu Kevin mendengar percakapan seorang wanita dengan asisten rekan bisnis Narendra. Keduanya membicarakan rencana yang akan menjebak Narendra, bos yang juga sahabatnya.
Kevin tidak akan tinggal diam. Dia langsung mengirim pesan pada Narendra untuk berhati-hati. Dan hasilnya, Narendra selamat malam itu.
Seperti yang banyak orang-orang katakan. Saat akan menikah, akan ada banyak gangguan jika tidak berhati-hati. Baik dari pasangan sendiri ataupun orang lain. Demi menjaga itu semua, Narendra bersedia di pingit seperti permintaan mami Aulia dan bibi Amanda.
Baru saja Narendra akan membaringkan tubuhnya di sofa ruang keluarga, ponselnya berdering. Segera saja Narendra menerima panggilan itu, karena nama Darel yang tertera di layar.
"Iya Darel, ada apa?" tanya Narendra begitu menerima panggilan dari calon adik iparnya.
"Mas, kak Ica...."
"Ada apa dengan Ica? Apa kakak kamu sakit? Atau kakak kamu butuh sesuatu?" tanya Narendra beruntun, memotong ucapan Darel.
"Dengarkan dulu Mas!" ucap Darel menegur calon kakak iparnya itu.
"Ok! Maaf." balas Narendra.
"Kak Ica hilang."
"APA? " sahut Narendra berteriak karena terkejut. Sangat keras, sampai-sampai Darel menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Iya Mas. Sudah Darel cari keseluruh ruangan yang ada di rumah ini. Tapi kak Ica tidak ada." jawab Darel.
"Sudah kamu tanya orang-orang yang berjaga di depan rumah?" tanya Narendra.
"Emangnya ada?" tanya Darel tidak mengerti. Mana dia tahu kalau kediaman orang tuanya di jaga beberapa orang, kiriman dari Narendra.
"Tolong tanya mereka Darel. Ica tidak mungkin pergi tanpa sepengetahuan mereka. Kecuali jika ada yang berkhianat." balas Narendra berusaha untuk tenang. Dengan begitu dia bisa memikirkan cara yang terbaik untuk menemukan Khalisa.
"Apakah Ica mundur dari rencana pernikahan ini?" gumam Narendra mengutarakan sekelebat pikiran jeleknya.
"Nah, itu juga yang Darel pikirkan." sahut Darel yang bisa mendengar gumaman Narendra.
"Tapi kak Ica bukan tipe orang seperti itu Kak. Kalau kak Ica benaran kabur, tidak mungkin dia pergi tanpa hp. Apalagi kita tahu, kak Ica tidak akan meninggalkan barang pemberian ayah Arsyad begitu saja." ucap Darel mencoba menepis pikiran yang menuduh Khalisa kabur dari rumah.
"Sekarang coba kamu ke depan rumah. Tanya pada salah satu dari mereka yang mengenakan hitam-hitam." ucap Narendra.
Sesuai permintaan Narendra, Darel jalan ke depan rumah. Langsung saja dia mendekati salah satu dari mereka yang sedang berjaga. Yang mengenakan pakain hitam-hitam seperti yang Narendra sampaikan.
"Maaf, apa Om salah satu orang yang pak Wiranata tugaskan jaga kediaman ini?" tanya Darel. Pria yang dipanggil om oleh Darel itu mengangguk.
"Lihat kakak saya pergi keluar rumah?" tanya Darel.
"Tidak. Yang pergi hari ini, hanya tuan Kamal." jawab penjaga tersebut.
"Darel, biar Mas yang bicara dengan mereka." ucap Narendra yang tenyata masih terhubung via telepon.
Narendra menganti panggilannya menjadi panggilan video. Dilihatnya satu-satu orang pilihan Kevin yang berjaga di kediaman paman Kamal. Narendra memberi komando langsung pada orang-orang tersebut, untuk mencari Khalisa di kediaman paman Kamal.
Narendra punya keyakinan, Khalisa masih berada di kediaman itu. Khalisa tidak akan pergi dan membatalkan rencana pernikahan mereka. Mereka bahkan baru selesai bicara tiga jam yang lalu, dan semua baik-baik saja.
Selesai bicara dengan orang-orang kepercayaannya, Narendra menghubungi Kevin. Meminta asisten yang juga sahabatnya itu untuk mencari sesuatu yang mencurigakan lewat cctv yang ada dikediaman paman Kamal, jalanan sekitar. Dan cctv di beberapa tempat yang pemiliknya mereka curigai akan mengganggu jalannya pernikahan Narendra dan Khalisa.
"Laporkan apapun yang kamu temukan Kevin." ucap Narendra.
"Tenang, Ica tidak akan bertindak yang aneh-aneh. Dia tidak mungkin kabur seperti Sonia." ucap Kevin berusaha menenangkan Narendra.
"Bukan itu yang aku takutkan." balas Narendra, "Aku takut ada yang berani bermain-main dengan kita. Mereka menyelinap masuk dan membawa Ica pergi dari kediaman itu. Tapi firasatku mengatakan, Ica masih ada di kediaman om Kamal. Tidak mudah bagi mereka untuk membawa Khalisa pergi dari tempat itu. Mereka mungkin masih menyembunyikan Ica di rumah om Kamal." ucap Narendra lagi.
"Aku segera meluncur ke kediaman om Kamal." ucap Kevin.
"Aku akan menyusul." sahut Narendra.
"Jangan!" ucap Kevin menahan agar Narendra tidak pergi keluar rumah.
"Bisa jadi mereka menyembunyikan Khalisa sengaja untuk memancing kamu keluar dari rumah." ucap Kevin menjelaskan.
"Lalu aku hanya diam saja? Sementara calon istriku sedang dalam bahaya. Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada Ica, Vin." balas Narendra.
"Aku tahu. Tapi biarkan aku dan yang lain saja yang mencari Ica. Ok! Kamu tenang dan pantau saja cctv. Aku kirim datanya, agar kamu bisa mengaksesnya dari rumah."
Narendra ingin sekali membantah ucapan Kevin. Sayangnya yang Kevin katakan bisa saja benar. Ini hanya pancingan agar Narendra keluar dari rumah.
"Sayang kamu dimana?" gumam Narendra sambil melafalkan doa agar gadis yang dia cintai itu baik-baik saja. Narendra tidak akan memberi ampun pada orang yang berani menyakiti calon istrinya. Siapapun itu tanpa terkecuali.
***
Paman Kamal segera meluncur pulang ke rumah, setelah menerima berita hilangnya Khalisa. Sungguh ini berita yang cukup mengejutkan baginya. Untung saja dia tidak punya riwayat penyakit jantung, sehingga dia masih bisa baik-baik saja saat menerima kabar buruk ini.
"Siapa yang berani bermain-main dengan keluargaku?" ucap paman Kamal sambil memperhatikan layar yang memutar ulang cctv yang ada di kediamannya.
Sama seperti Narendra, paman Kamal pun memiliki firasat bahwa Khalisa masih berada di kediamannya. Hanya saja dimana?
Paman Kamal keluar dari ruang kerjanya, memanggil Darel, bibi Amanda, dan dua orang penjaga yang sejak tadi ikut mencari Khalisa di kediaman itu.
"Ikut saya." ucap paman Kamal.
Pria paruh baya itu berjalan ke pintu samping, pintu menuju lorong yang menghubungkan bangunan utama dengan gudang samping.
"Darel sudah periksa gudang itu, Pa." ucap Darel memberi tahu paman Kamal.
"Papa tahu, tapi ada tempat yang tidak kalian ketahui." ucap paman Kamal.
"Tempat apa maksud Papa?" tanya Darel penasaran pastinya.
...◇◇◇...