Novel ini diilhami dari kisah hidup Nofiya Hayati dan dibalut dengan imajinasi penulis.
🍁🍁🍁
Semestinya seorang wanita adalah tulang rusuk, bukan tulang punggung.
Namun terkadang, ujian hidup memaksa seorang wanita menjadi tangguh dan harus terjun menjadi tulang punggung. Seperti yang dialami oleh Nofiya.
Kisah cinta yang berawal manis, ternyata menyeretnya ke palung duka karena coba dan uji yang datang silih berganti.
Nofiya terpaksa memilih jalan yang tak terbayangkan selama ini. Meninggalkan dua insan yang teramat berarti.
"Mama yang semangat ya. Adek wes mbeneh. Adek nggak bakal nakal. Tapi, Mama nggak oleh sui-sui lungone. Adek susah ngko." Kenzie--putra Nofiya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 29 Hukuman
Happy reading 😘
BRAKKK!!!!
Agung menggebrak meja seusai mendengar rekaman suara putrinya yang dikirim oleh seseorang.
Entah siapa orang itu, yang jelas ia telah berhasil membuat Agung murka. Bahkan teramat murka.
Kemurkaan Agung bertambah begitu ia membuka pesan yang dikirim melalui aplikasi wa dan ternyata berisi foto-foto syu* putrinya.
Rendah dan menjijikkan.
Ia tidak pernah menyangka jika putri yang teramat disayang ternyata berkelakuan rendah selayaknya seorang wanita penjaja.
"Panggil Cika!"
Titah yang terlontar tak kuasa dibantah oleh dua bodyguard. Mereka adalah Anton dan Andra, dua orang kepercayaan Agung.
Anton dan Andra bergegas meninggalkan ruangan untuk membawa Cika ke hadapan sang tuan.
Tanpa drama yang menghabiskan waktu lama, kedua bodyguard itu berhasil membawa Cika.
"Papa." Seperti biasa, Cika melabuhkan kecupan sayang di pipi papanya ketika mereka bertemu.
"Pa, Cika kangen," ucapnya manja sambil bergelayut di lengan terbuka papanya. Namun sang papa terdiam dan tak acuh.
Tidak seperti biasa, yang membalas dengan pelukan sayang dan senyum mengembang.
"Pa, kenapa Papa diem? Papa sakit atau --"
Ditatap lekat wajah pria yang selama ini telah mencurahi kasih sayang dan memanjakannya. Terlihat suram, tanpa seutas senyum yang membingkai wajah. Tanpa binar yang menyiratkan rasa bahagia.
"Pa, Papa kenapa?" Cika kembali bertanya. Bukan jawaban yang diberikan oleh papanya, melainkan tatapan menghunus.
"Lihat ini!" Agung menunjukkan foto yang memenuhi layar gawai pada Cika.
Cika terkesiap begitu melihat foto syu* dirinya bersama Rama.
"I-ini nggak seperti yang Papa lihat. I-ini cuma editan, Pa."
"Kamu masih mau bilang kalau foto ini editan?"
Agung lantas menyuruh Cika untuk mendengar rekaman suara yang diputarnya.
Cika kembali terkesiap. Kali ini ia tak bisa menyangkal.
"Pa, i-tu --" bibir Cika serasa kelu dan tubuhnya bergetar hebat kala mendapati sorot mata sang papa yang kian menatap tajam, seperti elang yang bersiap menangkap mangsanya.
"Pa --"
"Siapa yang berani menja-mah tubuhmu?" Suara Agung terdengar datar. Namun penuh penekanan.
"Dia, temen Cika, Pa. Tapi bukan dia yang mau --"
"Dasar mura-han!"
Satu tamparan mendarat keras di pipi Cika, hingga membuat wajahnya menoleh ke belakang dan meninggalkan jejak kemerahan.
"Papa tidak membesarkan mu untuk menjadi wanita mura-han."
"Maafin Cika, Pa. Cika terpaksa ngelakuin ini --" Cika mengusap pipinya yang terasa perih dan memeras kelopak mata yang telah dipenuhi titik-titik embun.
"Dia memaksamu?"
"Bukan dia, Pa."
"Lalu siapa?"
"Zen --"
"Zen mantanmu? Putra tunggal pemilik Pramudya Group?" Agung bertanya dengan meninggikan suara. Tangannya terkepal kuat, hingga urat-uratnya terlihat. Kentara sekali jika ia bertambah murka ketika Cika menyebut nama 'Zen'.
"Iya, Pa. Cika terpaksa ngelakuin itu karena ingin mendapatkan Zen kembali."
"Bo-doh! Masih banyak pemuda lain yang setara dengan Zen."
"Tapi, Pa. Di kota ini hanya orang tua Zen yang terkaya."
"Itu menurutmu. Masih ada Alex, rekan bisnis Papa. Dia sama kaya nya dengan Pramudya."
"Tapi, Om Alex nggak punya anak laki-laki, Pa. Dia masih perja-ka. Tepatnya, perja-ka tua."
"Dia akan mendapat anak laki-laki darimu."
"Maksud Papa?"
"Papa akan segera menikahkan kamu dengan Alex."
"Tapi Cika nggak mau, Pa."
"Anggap keputusan Papa ini sebagai hukuman karena perilaku mu yang telah mencoreng nama baik Papa."
"Nggak adakah hukuman lain, Pa? Selain menikah dengan Om Alex --" Cika memasang wajah sendu, berharap papanya akan luluh dan merubah keputusan. Namun sia-sia.
Agung tetap bersikukuh pada keputusannya, menikahkan Cika dengan Alex, seorang perjaka tua yang memiliki kekayaan setara dengan Pramudya.
"Tidak," ucapnya tegas. Kemudian berlalu meninggalkan Cika.
Tubuh Cika seketika luruh ke lantai seiring air mata yang mengalir deras dari kelopak mata.
Ia sungguh tidak menyangka jika sang papa tega memberi hukuman yang teramat berat baginya.
Bagaimana ia bisa menikah dengan seorang pria yang hampir seumuran dengan papanya. Terlebih fisik pria itu sangat jauh berbeda dengan fisik sang mantan yang bertubuh atletis dan berparas rupawan.
Kenapa Papa setega ini? batin Cika berbisik seiring denyutan nyeri yang terasa di ulu hati.
Rupanya bukan hanya Cika yang mendapat hukuman dari Agung, tetapi kedua temannya pun mendapat hukuman yang cukup berat.
Agung memerintahkan Anton untuk mencari keberadaan Bagas dan Rama.
Bagi Anton, teramat mudah untuk menemukan keberadaan mereka.
Setelah berhasil menemukan kedua pemuda itu, Anton membawa mereka ke hadapan sang tuan.
"Hajar mereka, lalu telanja-ngi dan buang ke kampusnya!" Agung memberi titah tanpa sudi melihat kedua pemuda yang saat ini berlutut di kakinya.
"Baik, Tuan." Anton mengangguk, lalu segera menjalankan perintah tuannya. Menghajar Bagas dan Rama. Kemudian menelanja-ngi dan membuang mereka di kampus.
Namun Anton masih berbaik hati pada Bagas dan Rama, dengan menyisakan selembar kain yang menutupi pusat malu mereka.
Pagi harinya, semua penghuni kampus geger. Mereka terkejut ketika mendapati dua orang pemuda terbaring di bawah pohon beringin dengan tubuh yang dipenuhi luka memar dan dalam keadaan setengah telan-jang.
Berbeda dengan Zaenal dan Dino. Mereka tampak biasa. Tidak ada raut terkejut yang tersirat di wajah.
Mereka teramat puas mendapati Bagas dan Rama yang telah menerima hukuman setimpal. Bahkan sangat layak bagi dua manusia bobrok yang berniat meno-dai kesuci-an Nofiya.
"Keren juga caramu." Zaenal menepuk pundak Dino sebagai ungkapan rasa bangga.
"Ya iyalah. Makanya, jangan suka grusa-grusu. Selesaiin semua masalah dengan pikiran jernih dan otak yang cerdas."
"Aku heran, dari mana kamu ngedapetin foto-foto syu* Cika dan Rama yang belum diedit."
"Ck, kata siapa belum diedit? Foto-foto yang aku kirim ke Om Agung semua hasil editan. Aku ganti wajah Fiya dengan wajah Cika. Kebetulan 'kan aku ahlinya." Dino membusungkan dada.
"Jadi, kamu mengedit foto-foto yang kemarin dikasih Bagas ke kita?"
"Iyups."
"Nggak takut ketahuan sama papanya Cika?"
"Nggak lah. Editanku lebih rapi dan lebih halus ketimbang editan si cecu-nguk."
"Terus, dari mana kamu bisa dapetin nomor wa papanya Cika?"
"Ya dari bokap lah. Bokap kan rekan bisnis papanya Cika."
"Kamu tanya nomer papa Cika ke bokap mu?"
"Enggak. Aku nyuri dari kontaknya."
"Gila, nekat banget."
"Demi sohib."
"Hah, makasih banget, Din. Bersyukur banget nemu sohib jahanam seperti mu."
"Aku juga, Zen. Aku juga bersyukur banget nemu sohib jahanam seperti mu."
Zaenal dan Dino tertawa. Mereka saling merangkul dan menatap hamparan langit dengan wajah yang terhias senyuman.
Di dalam hati terlafaz pinta, semoga persahabatan mereka selalu terjaga hingga maut memisahkan.
...🌹🌹🌹...
Sahabat terbaik adalah harta yang teramat berharga. Sangat sulit untuk menemukannya dan beruntung ketika memiliki.
Seperti 'Sahabat Cerita' dan 'Sahabat Virtual' yang dimiliki oleh penulis kisah ini.
Mereka yang selalu hadir memberi motivasi, meski sama-sama sibuk menulis kisah di Ntun dan berkarya di kehidupan nyata.
Terkhusus untuk Kak Najwa Aini, Kak Ririn, Mala, Nofiya, Riri, Penulis Jelata, dan para pembaca setia.
Terima kasih .....
🍁🍁🍁
Bersambung ....
ada2 gajah deh
dasar Conal
Dia otaknya encer...hehehege
Ampuunnn Dahhh
sini di belakang rumahku..sambil ngingu pitik
Dari tadi, aku baca di Zaenal manggilnya YANG..YANG..terus..
itu nama pacarnya Zaenal, Fiya apa Mayang sih..
Aku juga ketawa nihh
Aku pikir Kirana putri cantiknya Author
yang gantengnya sejagad jiwa..yang kumisnya bikin Author gak bisa lupa