📣Mungkin kalian akan mengalami keram perut, bengek, diabetes, dan gangguan Bucin akun lainnya....
---Niat lari dari perjodohan, justru terjebak dalam Penthouse milik calon tunangan.
Queen masuk menjadi PRT tunangannya setelah lari dari rumah orangtuanya dengan alasan tak mau dijodohkan.
Sama-sama tak mengenal, Queen dan Dhyrga Miller tinggal di atap yang sama... Yok intip keseruan mereka yang bakal bikin kamu senyum-senyum sendiri.(Musim pertama)
---Raja tumbuh menjadi makhluk yang tampan, ia pandai meretas, lompat kelas, bahkan menduduki kursi Presdir di usia muda. Terlebih, ia memiliki tunangan super cantik bernama Kimmy Zoya.
Namun, hidup tak semulus wajah cantik kekasihnya, ia harus menghadapi bagaimana lika-likunya hubungan mereka.(Musim ke dua)
Yok, baca selengkapnya di sini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengadu
"Mobil ku mogok, jadi boleh kan aku ikut mobil kamu Ga?"
Tepatnya di parkiran basemen. Perempuan dewasa nan cantik berpakaian seragam guru berdiri berhadapan dengan Dhyrga. Namanya Leta, ia guru yang mengajar di sekolah Murni.
Leta tinggal di apartemen yang sama dengan Penthouse milik Dhyrga. Mereka seumuran bahkan pernah bersekolah di sekolah yang sama.
"Boleh." Dhyrga yang dingin hanya menjawabnya dengan sedikit kata. Ia berjalan memutar menuju pintu lainnya, membiarkan Leta masuk melewati pintu tersebut.
Queen sudah duduk pada kursi penumpang bagian depan bersisian dengan sang sopir milik Tuan mudanya. Gaga duduk di belakang memainkan ponsel miliknya.
Sebelum ke kantor, Dhyrga sengaja memberikan tumpangan pada Queen agar tidak perlu repot-repot naik angkutan umum.
Arah jalan mereka sama maka tak masalah Queen nebeng sampai sekolah. Dan ini hari pertama Queen masuk ke sekolah Murni yang tidak seberapa elit.
Di sisi Dhyrga Leta tersenyum, akhirnya dia bisa nebeng mobil mewah pria idamannya.
Mobil pun bergerak, membawa empat penumpang termasuk sopir. Sepertinya Rachel masih perlu waktu untuk izin.
"Tuan, ..." Di tengah perjalanan yang sunyi Queen memecah keheningan, ia melirik kaca spionnya menatap wajah tampan Dhyrga dari sana.
"Hmm?" Dhyrga membalas tatapan Queen dengan kaca spion yang sama. "Kenapa?"
"Apa Tuan muda yakin memberi ku kartu kredit? Tuan membolehkan Murni berbelanja sesuai keinginan dan kebutuhan Murni?"
Leta mengernyit, hanya asisten rumah tangga saja di fasilitasi dengan kartu kredit, dan pasti no limit, bagaimana jika Murni menghambur hambur kan uangnya. Leta merasa tidak rela.
"Tentu saja." Dhyrga tidak masalah dengan itu, Murni mungkin membutuhkan perlengkapan sekolah seperti sepatu, tas, buku dan lainnya.
"Benar yah? Tuan tidak akan marah kalo Murni belanja." Ulang Queen lagi memastikan.
"Hmm." Sedikit respon yang membuat Queen menyengir. "Terima kasih Tuan, karena kebaikan Tuan muda, nanti sore Murni masakin yang enak deh buat Tuan muda."
"Bagus." Jawab Dhyrga. Mengatasi wanita hanya cukup dengan uang, mungkin benar kata orang.
Leta memutar bola matanya. Sepertinya Gaga menyukai perempuan yang masih seumuran Murni. Ini berbahaya baginya yang sudah tidak lagi muda.
Benar saja. Satu dua patah kata Leta tak mendapat respon dari Gaga, sementara pertanyaan Murni selalu Gaga jawab dengan cepat.
Perjalanan berlanjut sampai ke sekolah, Queen turun setelah berpamitan dengan sang Tuan tampan nan baik hatinya. Di susul oleh Leta yang juga turun.
...❇️❇️❇️❇️❇️...
Queen berlari memasuki gerbang sekolah Murni. Satu kali di ceritakan, dia hapal rute-rute nya. Queen berjalan menuju ruang kelasnya.
"Heh cupu!" Suara yang Queen dengar benar-benar mengarah padanya. Seumur hidup, Queen tak pernah di katakan cupu, dia pemberani dan stylish.
Mata kecilnya mengerling pada segerombolan gadis berdandan nakal, urakan, konyol bagi Queen, lihatlah ikat pinggang juga sepatu yang mereka gunakan warnanya norak dan bukan aturan sekolah.
"Apa ini anak-anak yang berani mengeroyok Murni?"
"Sini Lo!" Satu gadis berpawakan gemuk memaju-mundur kan jemarinya. Mungkin permen karet berlebel Yosan yang gadis itu kunyah sampai tak berasa manisnya.
Sepah seperti kelakuan mereka.
Queen berjalan mendekat dengan menyertakan raut datarnya. Tak ada ketakutan di matanya karena dia Queen bukan Murni si cupu.
Queen mengamati setiap pergerakan dan kondisi sekitarnya. Ini lokasi sepi yang mungkin pas untuk membully seseorang tanpa di ketahui guru.
Dua gadis berseragam yang sama mengapit tubuh Queen dengan membelenggu kedua tangan Queen tiba-tiba.
"Urusan kita belum selesai cupu, kemarin Lu ngadu ke kepala sekolah kan? Sekarang, Lu bakal Gue tamatin di sini!" Gadis itu mengancam.
Queen menyeringai tiada ketakutan atau pun kebingungan. "Kalian mau ngeroyok Gue?" Tanyanya.
"Ya jelas lah!" Ada tawa cekikikan dari sebagian anak-anak nakal itu. Tatapan songong saling terlempar di antara mereka.
"Jangan keroyokan. Kalo berani satu persatu sini, Gue ladenin!" Tantang Queen. Bocah kecil cupu yang suka gemetar kenapa tiba-tiba menantang? Wah, cari perkara.
"Banyak bacot Lu!" Satu perempuan maju untuk memberikan tamparan.
Bugh....
Belum sampai mendarat dua kaki Queen telah melayang menyentak dada gadis itu. Tehnik ini biasa Queen lakukan saat belajar bela diri dengan ibunya yang super tangguh.
"Brengsek!" Gadis itu bangkit secara cepat.
Bersamaan dengan itu Queen menarik ke dua gadis yang mengapitnya hingga berbenturan satu sama lain.
Bugh!
Luar biasa tenaga bocah itu memang, Queen sengaja sarapan lebih banyak dari hari-hari biasanya.
"Aaaa Murni!"
"Woy, Murni woy."
Teriakan para gadis dan pemuda yang tak sengaja melihat pemandangan ini. Mereka berlari menonton adegan perkelahian antara gadis berkacamata tebal dengan satu Genk badgirl recehan.
Berani sekali bocah kecil itu, sendiri melawan satu gerombolan gadis nakal dengan tangan kosong. Nyawanya mungkin ada sembilan.
"Satu persatu kalian, kalo keroyokan terus kalah, Lo semua malu sendiri nanti." Caci Queen mendongak, ada tatapan remeh yang Raka wariskan pada gadis itu.
"Dasar cupu nggak tahu diri Lu!" Satu gadis berusaha menyerang rambut panjangnya, sayangnya Queen menangkis dengan sigap.
Satu gadis lainnya menyerang, Queen melemparkan gadis A pada gadis B hingga terjatuh bertumbangan. Entah siapa namanya, Queen tidak perlu tahu.
"Ah!" Meringis dua perempuan kecil yang tidak seberapa kuat untuk melawan Queen.
Queen mengusap hidung dengan jempolnya, lihatlah wajah songong Raka masih terus mengiringi setiap embusan napasnya.
"Kalian semua bukan lawan Gue!"
"Banyak bacot Lu!"
"Aahh!" Gadis itu terjatuh saat Queen menghalangi langkah kakinya dengan sepatu usang Murni.
Satu injakan pada punggung sang ketua Genk ia berikan penuh geram. Sementara sebelahnya lagi menginjak telapak tangan untuk mengunci pergerakan nya.
"Sakit Murni!" Teriak gadis nakal itu. Pipinya menempel pada tanah yang kasar.
Queen membaca nama Hera di punggung gadis itu. Murni bilang, Hera adalah gadis paling di takuti di sekolah ini. Sekarang, Hera justru berada di bawah kakinya.
Queen menyeringai. "Suruh semua teman Lo minta maaf ke Gue! Setelah itu, baru Gue lepasin Lo!" Dia tekan injakan kakinya dan membuat gadis itu semakin meringis.
Semua orang menggeleng kagum, baru pernah ada yang berani melawan Hera sampai meringis dibuatnya.
"Ok, ok, ___ min-minta maaf kalian semua!" Teriak Hera kesakitan.
"Good girl!" Kata Queen dengan seringai bibirnya. Ini kata-kata Raka saat dirinya menurut.
Sempat para gadis tidak mau mengucapkan maaf, mereka saling melempar tatapan satu sama lain. Tapi akhirnya teriakan ke dua Hera kembali melambung. "Minta maaf bodoh!"
"Ok, kami semua minta maaf!"
Satu persatu gadis itu setuju meskipun masih tidak terima dengan kekalahannya. Mungkin ini demi keselamatan punggung Hera yang hampir remuk di injak oleh Murni palsu.
"Hari ini Gue maafin Lo, tapi besok, kalo sampai ini terjadi lagi, Gue nggak akan pernah kasih ampun kalian semua! Bukan cuma Gue, tapi semua orang pun, nggak akan Gue biarin kalian menindas nya, paham!" Bentak Queen.
Kaki Queen terlepas dari punggung Hera, sedikit Hera bernapas lega.
Queen pergi dengan langkah acuh setelah meraih tas punggung miliknya yang terjatuh tidak sengaja.
Di sudut tempat, Leta tak sengaja mengamati perkelahian mereka. "Murni, ada apa dengan anak itu? Kenapa sekarang dia nakal begitu?"
Leta meraih ponsel dari dalam saku rok span miliknya. Dia perlu melayangkan panggilan telepon pada kontak bertuliskan Gaga.
📞 "Yah, ada apa lagi?" Tak berapa lama lekas di jawab.
"Gaga, lebih baik kamu pikirin lagi deh buat kasih Murni kartu kredit, dia tidak sepolos yang kamu kira, masa barusan dia memukuli semua teman sekolah nya, kamu yakin mau terus tinggal satu atap dengan gadis nakal seperti Murni?"
📞 "Aku rasa itu bukan urusan mu Leta." Sambungan terputus setelah suara dingin dari sebrang sana.