Kehidupan Brian yang menjadi pemuda begajulan dan merupakan anggota geng motor, tiba-tiba berubah total saat sang ayah mengusirnya dari rumah. Dia terpaksa belajar mandiri dengan menjadi kurir pengantar makanan untuk menyambung hidup.
Sialnya, malam itu dia terjebak dengan seorang perempuan mandiri bernama Naomi yang mendapat fitnah dari tetangganya. Mau tak mau Brian dan Naomi harus menikah karena fitnah itu.
Namun, baik Brian maupun Naomi tak ada yang mau mengumumkan pernikahan mereka dan merahasikannya sampai waktu berpisah tiba. Akankah mereka sanggup merahasiakan pernikahan itu sampai akhir?
cek visual di ig @ittaharuka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bad Boy | Bab 15
Naomi terbangun karena suara alarm yang dia nyalakan semalam. Wanita itu menggeliat dan mematikan suara ponselnya yang berbunyi tiga puluh menit lebih awal dari biasanya. Setelahnya, dia mulai merenggangkan otot agar tubuhnya lebih segar.
Satu, dua, tiga, wanita itu memutar tubuh dan langsung terkaget melihat laki-laki yang tidak memakai baju di sampingnya. Mulutnya seketika ternganga. Pikiran buruk mulai menjalar di kepala gadis yang masih peerawan itu.
Naomi meraaba bagian dadanya dan baru menyadari kalau semalam dia tidak memakai brra. Makin syok saja gadis itu. “Aku nggak diapa-apain ‘kan semalam?”
Naomi ingin sekali menanyakannya pada Brian yang saat ini tengah tertidur lelap. Akan tetapi, rasanya akan sangat memalukan kalau menanyakan hal itu apa pun jawabannya. Untuk itulah, Naomi ingin memastikannya dengan memeriksa bercak darah di seprei seperti dalam buku-buku fiksi yang pernah dia bacanya.
“Aman, berarti Brian semalam nggak macam-macam!”
Setelah memastikan semua aman, Naomi segera bersiap untuk ke kantor. Wanita itu harus datang lebih pagi untuk persiapan ke kantor pusat seperti yang diperintahkan untuknya tadi malam.
Naomi masih memakai riasan dan bersiap untuk pergi kerja. Tiba-tiba Brian bangun dan memperhatikan istrinya yang sedang memakai lipstik.
“Nggak usah dimonyong-monyongin begitu, Mbak! Nanti cerminnya retak loh!” cibir Brian yang dengan santai masih berteelanjang dada di belakang Naomi.
Naomi yang sedikit kaget, menoleh ke belakang dan melihat Brian yang tidak memakai baju. Kulit tubuhnya yang putih dan atletis terlihat jelas di depan Naomi.
“Astaga, Brian!” teriak wanita itu sembari menutup mata dengan telapak tangan.
Brian yang juga belum sadar dengan penampilannya, malah bangun dan meminjam cermin Naomi. Dia pikir, wajahnya terlihat aneh dan membuat Naomi berteriak, tapi rupanya bukan.
“Kenapa sih, Mbak teriak, teriak? Nggak pernah lihat orang ganteng bangun tidur ya?” goda Brian yang justru mendekatkan wajahnya pada Naomi.
Aroma sabun mandi yang tadi mampu membangunkan Brian, kini menguar semakin jelas dari tubuh Naomi. Aroma wangi yang mampu membuat tubuh Brian terasa nyaman.
Naomi yang tadinya tutup mata, kini malah mengintip lewat celan jari-jarinya. Tubuh Brian terlalu keren untuk dilewatkan. Apalagi batu bersusun di bagian perut yang keliatannya sangat keras, sungguh membuat Naomi ingin menyentuhnya, sampai-sampai tanpa sadar dia pun menggigit bibir bawahnya sendiri.
Namun, Naomi segera menggelengkan kepala dan mengusir suaminya itu agar menjauh. “Kamu itu yang sopan ya, Brian! Kalau tidur itu pakai baju. Kamu udah menodai mataku yang suci tahu nggak!” omel Naomi sembari menrapikan peralatan make-up miliknya untuk mengalihkan pikiran dari tubuh Brian.
Brian melihat tubuhnya sendiri dan langsung mencari pakaian untuk menutupinya. Dia juga baru sadar kalau sejak semalam tidur tanpa baju, tapi Brian beralasan kamar Naomi terlalu panas karena tidak memakai kipas. Padahal, sebelumnya Brian selalu tidur di kamar ber-AC, bahkan kamar Iyan pun memiliki kipas angin yang cukup dingin. Kenapa Naomi tidak punya?
Naomi mengabaikan Brian karena waktunya bersantai sudah habis. Wanita itu mengambil tas, lalu memakai sepatunya.
“Mbak kamu nggak pamitan sama aku? Nggak salim dulu?” tanya Brian saat Naomi membuka pintu kamar mereka.
Naomi melirik Brian dan ternyata laki-laki itu berjalan menghampirinya. “Harus ya?” tanya Naomi dengan alis bertaut.
“Harus! Wajib banget! Aku ini suami kamu loh!” goda Brian sembari memainkan alisnya naik turun.
Naomi yang tidak memiliki banyak waktu untuk meladeni Brian, akhirnya meraih tangan suaminya itu dan menciumnya. Brian terkekeh geli karena Naomi menurut pada perintahnya. Bocah tengil itu seakan punya mainan baru berkedok istri.
“Suami tapi nggak ngasih duit. Itu namanya suami yang nggak berguna!” balas Naomi sebelum akhirnya berbalik badan meninggalkan Brian.
“Hah? Suami nggak berguna?!”
**
**
Naomi bersama rekannya sudah sampai di kantor pusat. Tentu saja kantor itu lebih luas, lebih besar dan lebih megah dari kantor cabang tempat Naomi bekerja selama ini.
Naomi diperbantukan untuk bekerja di tim sekretariat bos besar. Tentu ini tugas yang cukup berat baginya yang sebelumnya sempat memiliki masalah dengan bos bernama Pak Jefri itu.
“Kamu gugup ya? Apa AC-nya terlalu dingin di sini?” tanya teman Naomi yang lebih senior di kantor itu.
“Em, tidak. Hanya saja ....”
Naomi belum selesai menjawab, Pak Jefri memasuki ruangan sekretariat yang berseberangan dengan ruangannya. Ekor mata Pak Jefri yang sebenarnya adalah mertua Naomi itu menatap Naomi yang tengah mengobrol dengan teman barunya.
“Kamu lagi! Sepertinya kamu banyak bicara ya saat kerja!”
***
Pak Jef, awas ya! Itu mantumu loh 🙃🙃🙃