“Gun ... namamu memang berarti senjata, tapi kau adalah seni.”
Jonas Lee, anggota pasukan khusus di negara J. Dia adalah prajurit emas yang memiliki segudang prestasi dan apresiasi di kesatuan---dulunya.
Kariernya hancur setelah dijebak dan dituduh membunuh rekan satu profesi.
Melarikan diri ke negara K dan memulai kehidupan baru sebagai Lee Gun. Dia menjadi seorang pelukis karena bakat alami yang dimiliki, namun sisi lainnya, dia juga seorang kurir malam yang menerima pekerjaan gelap.
Dia memiliki kekasih, Hyena. Namun wanita itu terbunuh saat bekerja sebagai wartawan berita. Perjalanan balas dendam Lee Gun untuk kematian Hyena mempertemukannya dengan Kim Suzi, putri penguasa negara sekaligus pendiri Phantom Security.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fragmen 13
"Aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi," celetuk Suzi sembari menurunkan tubuh menduduki sebuah kursi.
"Takdir akan menjamu yang dikehendaki," balas Gun seraya melakukan hal serupa dengan Suzi. "Nona tidak keberatan 'kan saya duduk di sini?" tanyanya tanpa rasa canggung.
Suzi mengangguki. "Silakan." Dalam hati dia menyambung, "Kurasa hanya kau pengawal yang bisa melakukan sesuka hati." Lalu terkikik geli tanpa dia sadari.
Gun menaikkan pandang dengan curiga. "Boleh saya bertanya apa yang lucu, Nona?"
Suzi melengak lalu gelagapan. "Ah, tidak! Tidak ada. Aku hanya mengingat sesuatu yang tidak penting."
Jawaban yang sejujurnya Gun tahu itu adalah kilah, tapi dia memilih tidak peduli dan mulai menyesap kopi yang baru saja dihidangkan seorang pelayan.
Keduanya kini berada di dalam sebuah kafe tak jauh dari tempat yang ditinggali Suzi sementara waktu.
Presiden melarang putrinya pulang ke rumah utama sampai hari ulang tahunnya tiba. Akan ada kejutan untuknya, alasan Suho. Yang padahal sebenarnya Phantom tengah melakukan penyisiran keamanan terhubung kejadian pemberontakan tempo lalu, juga kejadian yang menimpa Hwayoung yang diikat di raling besi balkon kamarnya.
Suho cemas putrinya akan dalam bahaya sama halnya sang istri. Sampai semua dipastikan aman hingga hari ulang tahunnya, barulah Suzi akan diizinkan kembali ke rumah besar itu.
Gun sebenarnya bosan dengan pekerjaan ini, menjaga seorang wanita yang bukan bayi. Tapi dia harus. Selain pelaku utama pembunuhan Hyena, ada banyak hal pula yang ingin dia tahu di dunia naratetama terkait pekerjaannya sebagai Goblin.
Banyak klien yang mengirimi permintaan dengan bayaran besar hanya demi segenggam informasi dalam, atau hanya menyelidiki kepribadian seseorang di kancah yang kejam itu.
Gun tidak peduli dengan urusan mereka selama itu aman dan tak masalah menurutnya, yang penting baginya adalah uang untuk membeli sebuah pulau yang kelak akan ia tinggali dengan tenang tanpa hiruk pikuk dan aroma kota.
"Ayo pulang," ajak Suzi tiba-tiba. Laptop yang mulanya dia mainkan dengan sangat serius, ditutup lalu dirapikannya ke dalam tas.
"Pulang?" Gun bertanya dengan kening berkerut tipis. "Bukankah kita baru saja sampai?"
"Pekerjaanku sudah selesai," jawab Suzi.” Dan lagi, aku pulang hanya untuk menaruh laptop dan berganti baju, setelah itu kita pergi bermain ke suatu tempat."
Semangat sekali penuturan gadis itu sampai deretan gigi depannya nampak semua. Menghasilkan dengusan rendah dari mulut Gun. "Padahal aku baru saja ingin memesan steak." Dia membuang wajah seraya berdiri dengan gerak malas.
Gerutuan halus yang tentu saja didengar Suzi. "Kau ingin makan steak?!" Senyumnya mengembang lagi. "Aku tahu tempat steak yang lebih enak dari ini. Ayo kita ke sana!"
Tak lama ....
Setelah menaruh laptop dan berganti baju, Suzi benar-benar mengajak Gun bermain-main. Banyak tempat yang didatangi sepanjang perjalanan, sampai kini berakhir di sebuah restoran.
"Ayo masuk!" ajak gadis itu.
Namun Gun justru malah diam di tempat tanpa beranjak. Berdiri di halaman resto seraya menatap ke dalam sana dengan ekspresi berubah aneh.
"GUN!" Suzi memanggil dari dekat pintu masuk dengan suara lantang.
Tapi yang dipanggil belum beranjak juga, membuat langkah kaki Suzi berbalik lagi ke arahnya.
“Gun, ayo!"
"Tidak! Saya tidak sudah tidak mau makan steak lagi. Kalau Nona mau, Nona bisa makan sendiri. Saya tunggu di mobil." Gun berbalik langkah lalu masuk ke dalam mobil. “Masuk ke dalam sana hanya akan membuatku bodoh karena mengingat Hyena.”
Restoran itu menyimpan banyak kenangan dirinya bersama mendiang sang kekasih.
Suzi yang tidak paham hanya menatap pengawalnya dengan segala ketidakpahaman. "Dia kenapa? Bukankah dia ingin makan steak?"
Akhirnya gadis itu mengalah juga, tidak jadi masuk ke dalam resto. Dari wajahnya, Suzi tahu Gun sedang tidak sebaik tadi. Memedulikan perasaan orang lain bukan hal yang buruk, tidak terkecuali itu untuk seorang pengawal.
******
Roda berputar menggilas waktu.
Hari ulang tahun Suzi Kim pun tiba.
Bersama Gun dan beberapa pengawal yang menjemput, gadis itu datang ke rumah utama dengan gaun putih dan tatanan rambut yang sangat cantik. Sangat berbeda jauh dari Suzi yang kesehariannya dilihat Gun.
Suho Kim benar-benar menyembunyikan putrinya dengan sangat baik melalui tampilan yang berbanding terbalik dari aslinya. Selama terpisah, siapa pun tak ada yang menyadari jika dia adalah Suzi adalah milik keluarga Kim yang luar biasa.
Gun bahkan sempat terpelongo saat gadis itu keluar dari ruang rias kediaman kecil yang berhari ini mereka tempati. Seorang dari makeup artist kiriman Hwayoung membuatnya secantik itu.
“Ayah!”
"Sayang." Suho menyambut putrinya dengan pelukan. "Seperti biasa, kau selalu cantik, Nak," pujinya seranya mengecup sekilas pipi gadisnya.
"Ayah juga. Seperti biasa selalu tampan," balas Suzi syarat senyuman.
"Sepertinya Gun menjagamu dengan sangat baik," kata Suho.
Sebelum menjawab, Suzi menoleh Gun yang yang saat ini tengah berdiri tanpa ekspresi beberapa jarak darinya. "Ayah benar. Dia menjagaku dengan sangat baik," ujarnya diiring senyum.
Walau masih dikatakan baru sebentar, tapi waktu benar-benar memberi Suzi sebuah penilaian penuh pada sosok Gun, pria dingin yang juga konyol, entah kenapa justru membuatnya sangat tertarik.
Gun adalah mahakarya yang melampaui batas.
Sampai saat ini rasa takjubnya belum juga memudar. Bagaimana seorang pengawal bisa sesempurna itu?
---__---
Lupakan.
Acara akan dimulai satu jam lagi, tempat pesta masih terlihat sepi selain para pekerja yang sibuk mempersiapkan kesempurnaan.
"Ayah, mana kado luar biasa yang Ayah janjikan untukku?!"
Suho tersenyum. "Ada di lantai empat, lantai yang Ayah bangun khusus untukmu.”
"Benarkah?!" Itu yang dinantikan Suzi, matanya sampai berbinar terang.
"Hmm."
"Boleh aku lihat sekarang?!"
Suho melirik jam di pergelangan tangan, masih ada waktu. "Tentu, Sayang.”
Memanfaatkan waktu sebelum acara dimulai, ayah dan anak itu naik ke lantai empat menggunakan lift. Gun menemani sesuai permintaan Suho.
Sampai di tempat, Suzi langsung menunjukkan kesenangan luar biasa. Menghujani ayahnya dengan ucapan terima kasih juga pelukan dan kecup pipi.
Lantai yang dulu kosong telah disihir menjadi hunian yang diidamkan Suzi. Suho mengatur sesuai keinginan putrinya tanpa cela.
“Ayah taruh di mana hadiahku?" Suzi tak sabar.
“Di kamarmu.”
Dengan senang hati Suzi menerima gandengan ayahnya. Mereka masuk bersama ke sebuah kamar.
"Ayah, bukankah ini dinding? Kenapa ditutup tirai?" Suzi terheran dengan satu pandangan yang dia dapat setelah sampai.
"Itu hadiah yang Ayah maksud, untukmu, Sayang,” Suho menjawab seraya membelai rambut Suzi yang berkilauan di balik punggung.
Suzi menatap ayahnya sekali lagi dengan mata berbinar terang. "Boleh aku menarik tirainya?"
"Tentu saja. Itu milikmu."
Dan ....
Mulut Suzi langsung menganga lebar.
"Ayah ... apakah itu aku?" Dia bertanya. Pasang matanya menyapu takjub lukisan dinding yang tirainya baru saja dia campakkan di bawah kaki.
"Iya, Nak. Itu dirimu. Apa kau menyukainya?"
Anggukan cepat Suzi menandakan dia sangat merasa luar biasa. Matanya bahkan sampai berair saking terharu. Jari-jari lentik tangannya perlahan menyapu lukisan itu. "Sangat, Ayah. Aku sangat menyukainya."
"Syukurlah," kata Suho puas hati.
"Seniman mana yang Ayah minta untuk melukis ini?" Suzi tiba-tiba penasaran ingin mengetahui.
Suho tersenyum, menoleh Gun yang masih diam di posisi sama di belakangnya, lalu mendekat dan merangkulkan tangan di pundak Suzi.
"Pengawal pribadimu. Lee Gun, dia yang melukisnya."
ditunggu karya barunya yang tak kalah keren dan pasti mengguncang dunia perhaluan lagi. semangat n'sukses selalu Thor kesayangan.😘😘 lope sekebon orang beserta isinya🤣🤣🤣
akhirnya ketemu visual buat babang jagoan dan si cantik😍