Setelah kejadian kecelakaan kerja di laboratorium miliknya saat sedang meneliti sebuah obat untuk wabah penyakit yang sedang menyerang hampir setengah penduduk bumi, Alena terbangun di suatu tempat yang asing. Segala sesuatunya terlihat kuno menurut dirinya, apalagi peralatan di rumah sakit pernah dia lihat sebelumnya di sebuah museum.
Memiliki nama yang sama, tetapi nasib yang jauh berbeda. Segala ingatan tentang pemilik tubuh masuk begitu saja. Namun jiwa Alena yang lain tidak akan membiarkan dirinya tertindas begitu saja. Ini saatnya menjadi kuat dan membalaskan perlakuan buruk mereka terutama membuat sang suami bertekuk lutut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Dew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kalian ini siapa sebenarnya
Max Plank Institute, Jerman
Januari 2124
Saat ini dunia sedang menghadapi wabah penyakit yang sangat luar biasa ganasnya. Penularannya tidak dapat dicegah dan semakin meluas setiap detiknya. Satu abad yang lalu dunia pernah dilanda pandemi Covid 19 namun penularannya berhasil tekan.
Namun dalam bencana pandemi kali ini wabah tidak terbendung, penyakit Makacea T1703 yang disebabkan oleh bakteri penularannya telah meluas menyerang manusia maupun hewan. Penyakit yang ditularkan oleh gigitan semut ini menjadi sangat sulit karena keberadaan serangga perantara tersebut yang jumlahnya cukup banyak. Pembasmian semua pernah dilakukan, namun bukannya menekan jumlah populasi justru semakin membludak.
Setengah dari jumlah manusia di dunia telah terjangkit, mereka di karantina dan diobati dengan obat seadanya. Belum ada antibakteri atau vaksin yang bisa mengobati secara tuntas.
Penyakit Makacea ini menyebabkan manusia mengalami penurunan imunitas, penurunan daya ingat dan tidak tahan terhadap cahaya matahari. Dunia berusaha mengumpulkan para ahli dari berbagai negara untuk membuat sebuah penelitian untuk menciptakan obat atau antibiotik guna mengobati penyakit Makacea ini.
Salah satu ahli yang terpilih adalah Alena Prameswari seorang genius muda yang berasal dari Indonesia. Alena memperoleh gelar profesor nya sejah usia 18 tahun dan telah menghasilkan banyak penelitian yang berguna bagi kemajuan negaranya. Alena dengan beragam bakat luar biasa seperti ahli obat, kedokteran, design grafis dan perencanaan bisnis menjadi wanita paling sukses dan incaran para pria.
Alena pun menemukan fakta jika satu-satunya hewan yang tidak terjangkit penyakit Makacea ini adalah kucing. Maka dari itu, Alena berusaha mencari antibakteri yang terkandung dalam sample serum darah kucing di laboratorium terbaik, Jerman. Dan benar saja, suatu senyawa asam amino khusus yang hanya ada di darah kucing berhasil diekstrak dan dilakukan sintesis secara masal agar tidak perlu menjadikan kucing sebagai hewan percobaan.
“Prof, sample uji sudah siap untuk ditambahkan katalisator untuk memulai proses polimerasi senyawa,” ucap Jean, salah satu team Alena untuk memproduksi antibakteri tersebut.
“Kerja bagus, tolong lakukan dengan sangat hati-hati. Hasil pengujian kali ini sangat menentukan nasib umat manusia di masa depan,” jawab Alena dengan semangat, dia pun mengawasi dengan seksama agar tidak terjadi kesalahan prosedur.
Semua peneliti di laboratorium itu bekerja dengan sangat hati-hati, dan tidak boleh melakukan kesalahan. Sedikit saja kesalahan maka hasil yang fatal akan terjadi. Apalagi ini menyangkut keselamatan seluruh umat manusia.
Tet
Tet
Tet
Sebuah instrumen pengolahan sampel menunjukkan alarm peringatan. Suasana laboratorium yang semula tenang berubah menjadi panik.
“Apa yang terjadi??” pekik Alena terkejut.
“Gawat Prof, instrumen furnace overheat. Sistem pengontrolan suhu pada instrumen mengalami gangguan sehingga instrumen menghasilkan suhu yang terus meningkatkan,” terang salah satu laboran.
“Cepat keluar semua, berbahaya!!”
Semua laboran meninggalkan pekerjaannya untuk menyelamatkan diri. Sebagai ketua tim penelitian, Alena bertanggung jawab memastikan semua anggota timnya selamat.
Duarrr
Duarrr
Dan benar saja, instrumen tersebut meledak disertai dengan percikan api yang menyambar bahan-bahan kimia. Terjadi kebakaran di ruangan, kondisi api semakin besar karena bahan-bahan kimia yang mudah terbakar. Setelah memastikan tak ada lagi orang di dalam laboratorium, Alena bersiap untuk keluar dan menyelamatkan diri. Namun dia teringat pada bejana reaktor uranium yang menyimpan bakteri Makacea. Bisa berbahaya jika bejana tersebut pecah karena bakteri telah terpapar radiasi uranium sehingga dikhawatirkan akan menjadi bakteri yang lebih kebal.
Duarrr
Duarrr
Sayangnya sebelum Alena berhasil meraih bejana tersebut, api telah menyambar terlebih dahulu sehingga membuat bejana tersebut meledak. Tubuh Alena terpapar uranium dan ledakan api sehingga terpental serta sekujur tubuhnya mengalami luka bakar.
Asap kebal dan minim oksigen membuat Alena merasa sesak akibat sisa pembakar gas bahan kimia yang terhirup, pandangan matanya mulai tak jelas. Semakin lama dadanya terasa sakit dan pandangan pun menggelap.
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐
Althaf tergugu, ucapan Alena detik itu juga seperti menghantam jiwa terdalamnya. Meskipun dokter telah memberitahunya akan kemungkinan terburuk, tetap saja Althaf belum bisa menerimanya. Alena masih berusaha mencerna apa yang terjadi padanya saat ini, semuanya tampak asing baik tempat maupun orang -orang disekitarnya.
Begitu Alena sadar, dokter jaga langsung memeriksa kondisinya. Awalnya Alena menolak saat dokter hendak menyentuh tubuhnya. Baginya itu adalah sebuah pelecehan dimana bentuk sentuhan apapun bagi orang yang tak memiliki keterkaitan darah atau pernikahan tidak diperbolehkan.
Namun sekali Alena terhenyak melihat peralatan dokter yang jauh berbeda, mengapa bisa masih ada dokter memakai stetoskop untuk memeriksa kondisi tubuh. Padahal sejak 50 tahun yang lalu alat medis itu sudah ditinggalkan dan diganti alay skrining yang langsung dapat mendeteksi penyakit di tubuh pasien.
“Tuan, untuk saat ini Nyonya Alena memang mengalami amnesia. Namun untuk memastikan lebih lanjut apakah ini sementara atau permanen harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut,” terang dokter.
“Kalian ini siapa sebenarnya dan ini dimana??” Alena akhirnya membuka suara kembali setelah berpikir keras semua keanehan yang terjadi.
“Kamu di rumah sakit Lena dan kamu baru saja sadar dari koma,” sahut Zaldo yang menjawab, Althaf masih terlarut dalam rasa syoknya.
“Apa!!! Rumah sakit?? Koma?? Ini kandang sapi atau rumah sakit, jelek sekali!!!” pekik Alena sangat terkejut.
Alena belum menyadari jika saat ini jiwanya telah masuk ke tubuh wanita lain di zaman lain. Kepalanya berputar melihat di sekelilingnya dengan detail untuk mencari tahu sesuatu yang bisa menjadi petunjuk. Matanya tak sengaja melihat sebuah kalender meja yang bertuliskan angka tahun 2024 yang cukup besar.
Bola matanya seketika melotot nyaris keluar dari tempatnya saat melihat sesuatu yang di luar nalar. Bagaimana bisa kalender 100 tahun yang lalu masih ada di tempat yang seperti ini dan masih nampak baru.
Tanpa sadar Alena hendak menggerakkan tubuhnya dan berusaha untuk turun dari ranjang pasien. Namun sekuat tenaga dia berusaha, kedua kakinya tak bisa digerakkan sama sekali. Selain itu juga, Alena bahkan tak bisa menggerakkan jari-jarinya kakinya saat ini. Semakin lama Alena berusaha, mulai timbul nyeri di tulang punggungnya.
“Aaahhhh.. sakit,” pekik Alena kesakitan, wajahnya memerah dan kedua matanya berembun.
“Apa-kenapa- apa yang sakit?” Althaf langsung panik dan menghampiri Alena
“Ka-kaki ku tidak bisa bergerak. Aku tidak bisa merasakan kedua kakiku sama sekali,” ucap Alena dengan sendu.
Tanpa basa-basi Althaf langsung membuka selimut yang menutupi setengah tubuh Alena. Dokter pun paham dan melakukan pemeriksaan pada kaki Alena. Dokter memberikan rangsangan untuk melihat respon pada kaki Alena, bahkan menekan pusat rasa sakit pada pertengahan telapak kaki namun tak ada respon sama sekali.
Dokter dan perawat hanya bisa saling bertatap, seolah memberikan kode untuk bungkam terlebih dahulu. Tetapi Alena, tanpa dokter berbicara terlebih dahulu dia sudah mengetahuinya. Apalagi dari cara dokter memeriksanya dan melihat secara langsung bagaimana hasilnya.