Spin off "Touch me mr. Cassanova"
🍁🍁🍁
"Kak, ini beneran kita menikah?"
Pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir mungil seorang Mikhayla Nolan.
Belasan tahun menyandang status sebagai seorang adik, kini tiba tiba ia berganti status menjadi seorang istri.
Kok bisa?
Kenapa?
Mikha merasa seperti mimpi buruk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
...~Happy Reading~...
Tok Tok Tok....
“Mikha, buka pintunya!” suara Calvin terdengar tegas, memecah keheningan malam.
Ketukan itu tidak berhenti. Satu kali, dua kali, tiga kali, hingga akhirnya setelah lima ketukan, pintu kamar itu terbuka sedikit. Mikha berdiri di sana, wajahnya kusut dan penuh cemberut.
Cklek!
“Kenapa?” tanyanya singkat, suaranya datar namun jelas menyimpan kekesalan.
“Kamu yang kenapa?” balas Calvin, menghela napas kasar. Ia tampak lelah, baik secara fisik maupun emosional.
Mikha menatap Calvin dengan dingin. Hari ini, Mikha merasa Calvin benar-benar tidak menyenangkan. Dari pagi hingga malam, ia merasa diabaikan, seolah keberadaannya tidak penting.
“Mikha ngantuk, mau tidur!” jawab Mikha sambil mencoba menutup pintu kembali.
Namun Calvin dengan sigap menahan pintu sebelum benar-benar tertutup. “Mikha, tunggu dulu!” serunya.
“Kamu itu kenapa sih?” nada suaranya meninggi, mencerminkan frustrasi yang selama ini ia pendam.
Mikha balas menatap Calvin dengan sorot mata yang tajam. “Aku gak apa-apa! Gak apa-apa dan gak apa-apa. Puas?” teriak Mikha, suaranya bergetar oleh emosi yang sudah tidak tertahan lagi. Tanpa menunggu jawaban, ia masuk ke dalam kamar dan membanting pintu dengan keras.
Brakkkk
Pintu itu tertutup, meninggalkan Calvin berdiri sendirian di lorong. Ia menatap pintu kayu yang kini menjadi penghalang antara dirinya dan Mikha, istrinya yang ia cintai tetapi sulit ia pahami akhir-akhir ini.
Calvin mengusap wajahnya dengan tangan, berusaha meredakan emosinya. Ia tahu ada yang salah. Mikha bukan tipe orang yang akan marah tanpa alasan, tetapi sepertinya ia kesulitan mengungkapkan apa yang sebenarnya ia rasakan.
Di Dalam Kamar Mikha duduk di atas ranjang, matanya mulai memerah karena air mata. Ia merasa lelah, bukan hanya fisik tetapi juga emosional. Ia ingin Calvin mengerti, tetapi bagaimana Calvin bisa mengerti jika ia sendiri tidak tahu cara mengungkapkannya?
“Apa dia benar-benar peduli?” gumam Mikha dalam hati, "Dia tuh kesambet apaan sih? gak jelas banget hari ini, gampang banget marah! mana gak nyadar lagi!"
Mikha duduk di lantai kamar dengan mata sembab, air matanya masih mengalir deras di pipi. Ia sedang menahan beban emosional yang bercampur dengan rasa kesepian.
Namun, tangisnya tiba-tiba terhenti ketika sebuah rasa sakit menusuk perutnya.
“Auuuwhh... ssshh!” serunya pelan sambil menggigit bibir bawah.
Ia meremas perutnya yang terasa melilit dan perih seperti ada yang mencengkeram dari dalam. Rasa sakit ini bukan hal yang baru baginya, tetapi malam ini terasa lebih berat, mungkin karena emosinya yang sudah terkuras.
Mikha mencoba mengatur napas, berharap rasa sakitnya mereda. Tapi kemudian, ia merasa ada sesuatu yang aneh. Sensasi hangat di celananya membuatnya sadar bahwa ia sedang mengalami menstruasi.
“Astagfirullah, sakitt banget!” gumamnya, hampir frustasi.
Ia berusaha bangkit meskipun langkahnya gontai. Mikha menuju kamar mandi, menyalakan lampu, dan berdiri di depan cermin. Wajahnya pucat, lingkaran hitam di bawah matanya semakin jelas terlihat. Setelah memeriksa celananya, ia menghela napas berat.
“Kenapa harus sekarang?” bisiknya lirih.
Menstruasi bagi Mikha selalu menjadi ujian bulanan. Setiap kali datang, ia tak hanya merasa sakit fisik, tetapi juga emosional. Kram perut yang menyiksa, sakit kepala yang berdenyut, dan kelelahan luar biasa sering membuatnya merasa tak berdaya.
Malam itu, di dalam kamar mandi, Mikha membiarkan air matanya kembali mengalir. Ia duduk di lantai dingin, bersandar pada dinding, memeluk lututnya erat. Perutnya kian sakit, membuatnya merasa semakin kecil dan rapuh.
“Ya Allah, tega banget sih. Udah lagi di cuekin suami, pakai tamu bulanan datang gak tepat, hiks hiks hiks. nasib ku jelek banget hari ini, huaaaa pengen nangis!" gumamnya sambil menangis terisak.
Dalam keheningan itu, Mikha teringat Saat menstruasi pertamanya, Calvin lah yang selalu ada di sisinya, memberikan pelukan hangat dan teh jahe untuk meredakan sakitnya. Namun sekarang, ia sendirian. Calvin merajuk, entah kesambet darimana, yang jelas Mikha tersakiti seorang diri.
...🍁🍁🍁...
Pagi itu, cahaya matahari menerobos masuk ke ruang makan, namun suasana di dalam rumah Mikha tidak sehangat sinar mentari. Semua orang sudah berkumpul di meja makan, menikmati sarapan pagi. Mami Faiza duduk di ujung meja, memeriksa daftar belanjaan di ponselnya sambil sesekali menyeruput kopi.
Mikha perlahan menuruni tangga dengan seragam sekolahnya. Wajahnya masih pucat, tubuhnya lemas, dan kepalanya sedikit pening. Rasa sakit akibat menstruasi malam sebelumnya belum sepenuhnya hilang, namun ia berusaha keras untuk terlihat normal.
Saat mencapai meja makan, ia memasang senyum tipis meski tubuhnya terasa ingin menyerah. Ia tahu, pagi itu bukan waktunya untuk mengeluh. Selain karena tidak ingin merepotkan orang lain, Mikha juga masih enggan berbicara banyak dengan Calvin setelah perdebatan kecil yang terjadi malam sebelumnya. Perang dingin itu membuat semuanya terasa lebih berat.
“Sayang, kamu sakit?” suara lembut Mami Faiza membuyarkan lamunannya.
Mikha mendongak dan tersenyum kecil. “Enggak, Mi. Mikha gak apa-apa,” jawabnya berusaha meyakinkan, meskipun nada suaranya terdengar lemah.
Mami Faiza menatap putrinya dengan sorot mata khawatir, namun ia memutuskan untuk tidak memaksa Mikha bicara.
Tak lama kemudian, Keynan, adik kandung Mikha, datang dengan langkah ringan. Anak laki-laki itu berusia dua belas tahun, namun sikap usilnya sering membuat Mikha kesal. Ia langsung duduk di sebelah kakaknya sambil menyambar roti panggang di piring.
“Tumben gak rese,” celetuk Keynan sambil melirik Mikha dengan senyum mengejek.
Mikha melotot kecil ke arahnya. “Diem, jangan ganggu!” balasnya dengan nada memberengut, namun tidak terlalu bersemangat seperti biasanya.
Keynan mengangkat bahu sambil terkekeh pelan. “Lemes banget, Kak. Jangan-jangan lagi kurang vitamin yaa?” godanya lagi, kali ini lebih pelan, namun tetap cukup jelas untuk membuat Mikha menghela napas panjang.
Sebelum Mikha sempat membalas, suara langkah kaki terdengar di tangga. Calvin, dengan kemeja putih dan celana panjang hitam, di tangan nya memegang jas serta tas turun dengan rapi. Ia tampak seperti biasa, tenang dan penuh percaya diri. Namun, pandangan matanya sejenak tertuju pada Mikha.
Mikha yang sadar akan kehadiran Calvin segera berdiri. “Mi, Mikha berangkat sekolah dulu ya,” katanya cepat, tanpa menunggu respon ibunya. Ia mengambil tasnya, membungkukkan badan sedikit sebagai tanda pamit, lalu melangkah menuju pintu keluar.
Mami Faiza memandang Mikha dengan bingung, sementara Keynan hanya terkekeh kecil. “Cepet amat, padahal biasanya nungguin Kak Calvin dulu,” celetuknya.
Namun Calvin tidak menanggapi. Ia hanya diam sambil menatap punggung Mikha yang semakin menjauh. Setelah Mikha keluar, ia duduk di meja makan, mengambil roti panggangnya, namun tampak tidak terlalu berminat memakannya.
“Mikha kelihatan gak sehat pagi ini. Kalian bertengkar lagi?” tanya Mami Faiza dengan nada penuh perhatian.
...~To be continue... ...
Semangattt terus mbak penulis sehat selalu 💪💪🙏🙏🌹🌹
dah tau kan siapa sebenarnya flora....
beruntung calvin tidak menikah dgn sijalang flora tidak tulus mencintai calvin....
Reza dan davin jd korbannya sijalang flora,,,kirain flora itu sangat polos dan lugu ternyata kelakuannya hanya manfaatin pria2 beruang....
Belajarlah membuka hatimu tuk istri kecil itu...
lanjut thor...,