Kisah perjuangan hidup gadis bernama Cahaya yang terpaksa menjalani segala kepahitan hidup seorang diri, setelah ayah dan kakak tercintanya meninggal. Dia juga ditinggalkan begitu saja oleh wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini.
Dia berjuang sendirian melawan rasa sakit, trauma, depresi dan luka yang diberikan oleh orang orang yang di anggapnya bisa menjaganya dan menyayanginya. Namun, apalah daya nasibnya begitu malang. Dia disiksa, dihina dan dibuang begitu saja seperti sampah tak berguna.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Akankah Cahaya menemukan kebahagiaan pada akhirnya, ataukah dia akan terus menjalani kehidupannya yang penuh dengan kepahitan dan kesakitan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29 Milikku!
Setelah rapat selesai, Kai langsung menelpon Aya tapi tidak di jawab. Jadi dia mengirim pesan untuk menanyakan kapan Aya pulang, tapi tetap saja tidak mendapat balasan.
"Apa kekasih boss tidak menjawab telepon lagi?" tanya Anita yang datang membawakan kopi.
"Ini aneh. Dia bahkan sudah berjanji untuk tidak mengabaikan saya. Tapi, kenapa sekarang malah mengabaikan saya lagi." celotehnya sambil menatap layar hp nya.
"Mungkin lagi di kelas, boss. Maklum kan dia mahasiswa."
"Iya juga ya. Ya udah kalau gitu saya akan menunggu."
Kai kembali meletakkan hp nya, lalu menyeduh kopinya sambil memulai kembali memeriksa pekerjaannya yang menunpuk diatas meja. Sedangkan Anita sudah kembali ke ruangannya.
Tidak terasa sudah pukul tiga sore dan Kai masih belum mendapatkan balasan pesan dari Cahaya. Dia pun mulai kesal, tapi lama kelamaan berubah menjadi khawatir.
Karena tidak bisa menunggu lebih lama lagi, Kai pun menelpon Elang untuk menanyakan keberadaan Mentari. Karena bisa jadi Cahaya bersama Mentari.
"Halo bro. Lu lagi sama Tari?"
"Gak. Gue di kantor."
"Lu bisa tanyain cewek lu, apa dia lagi sama Cahaya atau gak?"
"Dasar lu ya Kai. Nelpon gue cuma buat nanyain Cahaya."
"Gue lagi gak bercanda El. Cahaya gak balas pesan gue. Ditelpon juga gak diangkat. Gue khawatir dia kenapa kenapa..."
"Tenang aja. Cahaya lagi sama Tari, mereka ke mall. Tari minta temani beli kado ulang tahun buat mamanya."
"Oke, thanks bro." Kai langsung mengakhir panggilan dan itu membuat Elang menggeleng geleng heran dengan tingkat kebucinan sahabatnya itu.
Kai sendiri langsung bergegas menuju mall yang dimaksud Elang. Dia tahu Cahaya baik baik saja, tapi hatinya tidak bisa tenang sebelum melihat sendiri keadaan Cahaya saat ini.
Dan benar saja, kekhawatiran Kai bukan tanpa alasan. Begitu tiba di mall, dia melihat Cahaya berada dalam rangkulan seorang teman yang dia kenal.
Kai berjalan cepat menaiki tangga eskalator untuk mengejar langkah Doni dan Cahaya yang mendekati tangga untuk turun.
Grabbb...
Kai menarik kuat tubuh Cahaya masuk dalam pelukannya. Hal itu membuat Doni kaget dan hendak marah, tapi tertahan saat mengetahui siapa yang mengganggunya.
Sedangkan Kai, dia langsung memeriksa keadaan Cahaya yang pucat, suhu tubuhnya sangat dingin, dia juga gemetar dan berkeringat dingin.
"Mas Kai." ucapnya pelan mendongak menatap wajah Kai dengan sorot matanya yang tampak sangat ketakutan.
Kai hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil memeluk tubuh gemetar itu dengan erat. Dia tahu gadis itu ketakutan saat ini.
"Aku disini, kamu aman sekarang." bisik Kai sambil mengelus kepala Aya dan kedua tangan Aya melingkar dipunggung Kai, menggenggam erat kemeja Kai dengan tangan gemetarnya itu.
Doni tersenyum sinis melihat adegan di hadapannya saat ini. Dia agak terkejut melihat seorang Kai memeluk gadis murahan seperti Cahaya.
"Ehemmm." Doni pura pura terbatuk untuk memberitahu Kai bahwa dia masih disana menunggu drama menyedihkan itu berakhir.
Kai dengan ekspesi marahnya melepas pelukannya, tapi tetap menggenggam erat tangan Aya. Dia menatap tajam pada Doni yang malah tersenyum senyum.
"Lu mau bawa cewek gue kemana?" tanya Kai pelan.
"Hah, cewek lu?!"
"Iya. Kenapa?"
Doni tertawa mengejek. "Sorry bro, gue gak tau dia cewek lu. Gue cuma mau ngantar dia pulang."
"Lu ketemu dia dimana?" Tanya Kai kesal.
"Tenang bro, jangan marah marah gitu. Gue gak sengaja ketemu dia sama Tari di toko buku. Dia tiba tiba sakit, terus gue ngasih saran buat ngantar dia pulang. Iya kan Cahaya?!" Tanya Doni menatap pada Cahaya yang malah bersembunyi dibelakang Kai sambil mengeratkan pegangannya dilengan Kai.
Melihat interaksi itu, Kai menyadari bahwa Aya takut pada Doni. "Apa yang terjadi. Kenapa aku tidak tahu apapun tetang kamu Cahaya!" seru Kai mengungkapkan kekesalan dalam hatinya.
"Thanks karena lu udah berusaha perhatian sama cewek gue. Tapi, gue pastikan lain kali gak akan gue biarin lu nyentuh cewek gue lagi!" ucap Kai menegaskan yang diangguki sinis oleh Doni.
"Kita pulang sekarang, ya." ucap Kai sangat lembut pada Aya.
Dia pun merangkul pinggang Aya dengan sangat lembut dan membawanya melangkah menuruni tangga meninggalkan Doni yang menatap mereka dengan tatapan kesal, marah dan juga mengejek.
"Sial. Gue gak bisa ngomong apapun dihadapan Kai." rutuknya kesal.
"Tapi, kok bisa sih seorang Kai Abian Anggara jatuh hati pada sampah seperti Cahaya?! Udah bekas gue sama bokap gue bro. Cuih!"
Doni mengatakan itu sambil tertawa puas dan sekali lagi dia merendahkan Cahaya dan mengejek Kai.
Sementara itu saat ini Cahaya sudah berada di mobil yang dikendalikan Kai. Laju mobil tidak terlalu ngebut, juga tidak terlalu pelan.
Cahaya menatap keluar sejak tadi dan tidak mau menoleh untuk menatap Kai sama sekali. Dia bahkan melepaskan genggaman tangan Kai.
"Ay, kita ke rumah sakit ya."
"Gak mau. Aku mau pulang." sahutnya cepat tanpa menoleh.
Kai sangat khawatir dan juga sangat banyak pertanyaan dikepalanya saat ini. Tapi, dia tidak bisa menanyakan satu pertanyaan pun pada Cahaya, karena khawatir malah akan membuat Cahaya semakin tidak nyaman.
"Aku yakin dia punya masalah serius dengan Doni. Aku sangat yakin tadi Aya sangat ketakutan. Tapi, kenapa dia takut pada Doni. Apa mungkin Doni mantan pacarnya?!" celotehnya dalam pikirannya.
Sangking asik dengan pikirannya sendiri, Kai bahkan tidak sadar, ternyata mereka sudah tiba di kontrakan Aya. Dia baru tersadar saat Aya membuka pintu mobil dan turun.
"Ay!" Kai segera mengikutinya.
"Gak usah mengikuti aku. Aku ingin sendiri." ucap Aya yang membuat Kai menarik tangannya yang tadi hendak merangkul Aya.
"Kamu yakin ingin sendiri?"
Aya mengangguk, lalu dia melangkah menuju tangga menuju lantai atas dimana kontrakannya berada. Kai sendiri hanya bisa menatap sampai punggung itu sudah tak terlihat lagi.
Begitu Aya sudah tidak terlihat, Kai kembali ke mobilnya. Dia pun menelpon Elang.
"Bro, lu dimana?"
"Baru sampai di apartemen."
"Gue kesana sekarang." panggilan berakhir.
Mobil Kai melaju menuju apartemen Elang. Sementara Elang sendiri masih menatap layar hp nya sambil menghela napas.
"Kai... Kai. Ternyata cinta benar benar buta dan membuat sahabatku menjadi gila." ujarnya.
"Apa dia masih belum menemukan Cahaya kali ya. Ah terserah lu dah Kai. Cewek banyak bro, kenapa harus mengejar cewek yang gak cinta sama lu sih. Kalau gini ceritanya, lama lama gue juga lebih merestui lu nikah sama Aisyah sekalian. Jelas sih Aisyah tergila gila sama lu Kai..."
Elang jadi kesal karena ikut dalam permasalahan percintaan sahabatnya yang terkesan diperbudak oleh cewek seperti Cahaya yang menurut Elang tidak begitu istimewa untuk dikejar sekeras ini. Dia merasa kasihan pada sahabat baiknya itu.
Semangat kakak Author, ditunggu kelanjutannya 💪
Author berhasil membuatku menangis 👍
Semangat kakak Author 💪