NovelToon NovelToon
Prajurit Perang Di Dunia Sihir

Prajurit Perang Di Dunia Sihir

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Anak Genius / Perperangan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sapoi arts

Letnan Hiroshi Takeda, seorang prajurit terampil dari Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II, tewas dalam sebuah pertempuran sengit. Dalam kegelapan yang mendalam, dia merasakan akhir dari semua perjuangannya. Namun, ketika dia membuka matanya, Hiroshi tidak lagi berada di medan perang yang penuh darah. Dia terbangun di dalam sebuah gua yang megah di dunia baru yang penuh dengan keajaiban.

Gua tersebut adalah pintu masuk menuju Arcanis, sebuah dunia fantasi yang dipenuhi dengan sihir, makhluk fantastis, dan kerajaan yang bersaing. Hiroshi segera menyadari bahwa keterampilan tempur dan kepemimpinannya masih sangat dibutuhkan di dunia ini. Namun, dia harus berhadapan dengan tantangan yang belum pernah dia alami sebelumnya: sihir yang misterius dan makhluk-makhluk legendaris yang mengisi dunia Arcanis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sapoi arts, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Langkah pertama pemahaman

Hiroshi berdiri tegak, kuda-kuda samurainya siap menghadapi Jenderal Alaric. Dengan pedang kayu di tangannya, ia tahu bahwa pertarungan ini bukan sekadar pertarungan fisik, tetapi juga tantangan untuk menggali potensi sejatinya di dunia yang penuh dengan sihir.

Jenderal Alaric, mengenakan armor yang mengilap, mengamati Hiroshi dengan mata tajam. Ekspresi wajahnya menunjukkan ketidakpastian, tetapi ada ketertarikan yang jelas.

Alaric: “Kau siap, Hiroshi? Aku tidak akan memberi ampun!” Dia melangkah maju, menggerakkan tangannya untuk mengumpulkan energi.

Aura biru bercahaya muncul di sekeliling Alaric, dan air mulai berputar di sekelilingnya, membentuk bentuk tajam yang siap menyerang. Dengan senyum percaya diri, dia melanjutkan, “Kau akan merasakan kekuatan sihirku!”

Hiroshi: “Apa… apa itu?!” Dia mengernyit, menatap gelombang air yang mengancam.

Menyadari situasinya, Hiroshi mengambil napas dalam-dalam, menyesuaikan posisi kuda-kuda samurainya. Dia mengingat bahwa meskipun tidak memiliki mana, teknik beladiri yang dia pelajari tetap ada di dalam dirinya. Dia tidak boleh mundur.

Alaric: “Bersiaplah!”

Dengan gerakan cepat, Jenderal Alaric mengarahkan energi sihirnya, menciptakan gelombang air yang tajam menyerang Hiroshi. Hiroshi berlari dengan lincah, menghindari serangan, lalu menggunakan teknik Iai untuk melancarkan serangan balik. Namun, Alaric dengan sigap menggunakan sihirnya untuk memblokir serangan tersebut, tangannya bergerak gesit.

Alaric: “Menarik! Namun, kau harus lebih cepat dari itu!” Dia membengkokkan tubuhnya, bersiap untuk serangan berikutnya.

Hiroshi merasakan ketegangan yang meningkat. Dia bertekad untuk memanfaatkan segala yang dia punya.

Dengan keberanian, dia mulai menggunakan teknik Niten Ichi-ryu, menyerang dengan gerakan tak terduga, berusaha mengganggu konsentrasi Alaric. Dia bergerak dengan anggun, meski pedang kayu di tangannya terasa aneh.

Hiroshi: “Ini semua yang aku miliki!” Dia melangkah maju, menyerang dengan penuh semangat.

Dengan gerakan cepat dan akurat, Hiroshi menyerang, tetapi Alaric terpaksa menggunakan sihirnya lagi.

Air berputar di sekelilingnya, membentuk perisai, tetapi Hiroshi berhasil mengecohnya dengan sebuah serangan palsu. Ekspresi Alaric berubah menjadi terkejut, memperlihatkan bahwa dia tidak menyangka Hiroshi memiliki strategi yang cerdas.

Jenderal Alaric: “Bagus! Teruskan! Aku ingin melihat seberapa jauh kemampuanmu!” Dia mengerutkan kening, merasakan ketegangan yang meningkat.

Pertarungan semakin intens, dan Hiroshi berjuang keras untuk menyeimbangkan serangan fisiknya dengan sihir yang dihadapi.

Dengan satu gerakan dramatis, Alaric melepaskan gelombang air yang menggelegak, mengarah langsung ke Hiroshi. Ekspresinya penuh konsentrasi, dengan aliran sihir yang mengelilinginya.

Kira menonton dari samping, cemas. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang dalam.

Kira: “Hiroshi, hati-hati!” Dia menggigit bibirnya, tidak bisa menahan rasa cemas.

Dengan refleks yang cepat, Hiroshi melompat ke samping, memanfaatkan teknik Tachi Uchi no Kura untuk menyerang balik. Pedang kayu beradu dengan energi sihir, menciptakan ledakan cahaya yang membuat seluruh arena bergetar.

Hiroshi berjongkok, menyiapkan diri untuk serangan berikutnya, sementara Alaric terengah-engah, jelas tidak menyangka lawan yang dihadapinya akan begitu gigih.

Pertarungan berlangsung, keduanya saling beradu keahlian. Hiroshi mungkin tidak memiliki sihir, tetapi keberanian dan keahliannya bertarung membuatnya menjadi lawan yang tangguh. Keduanya terjebak dalam duel yang menegangkan, menguji batas kekuatan dan strategi masing-masing.

Suasana semakin memanas saat Hiroshi dan Jenderal Alaric terus beradu teknik, setiap serangan mereka menghasilkan gelombang energi yang mengguncang arena. Hiroshi merasakan setiap serangan dari Alaric, sihirnya mengalir deras, sementara dirinya hanya mengandalkan kemampuan bertarung yang diasah dengan keras.

Hiroshi melangkah maju, memfokuskan pikirannya. Dia mengingat setiap teknik samurai yang pernah dia pelajari.

Dengan gerakan cepat, dia melakukan serangan Kesa-giri, memotong dengan sudut yang tajam, namun Alaric siap.

Dengan kecepatan luar biasa, Jenderal itu menggunakan sihirnya untuk membuat perisai air yang memblokir serangan tersebut.

Alaric: “Kau cukup tangguh! Tapi ini belum berakhir!” Suaranya menggema, penuh percaya diri.

Dengan satu lompatan anggun, Alaric melancarkan serangan balik. Gelombang air membentuk pisau tajam, meluncur ke arah Hiroshi.

Namun, Hiroshi tidak gentar. Dia menggunakan teknik Hidari Kote, menghindar ke samping dan menyerang dengan Tachi Uchi, pedang kayu itu beradu dengan energi sihir Alaric.

Ketegangan semakin meningkat saat mereka saling mendesak. Hiroshi merasakan aliran energi yang kuat dari lawannya, dan ia mengatur napasnya, menyiapkan diri untuk serangan selanjutnya.

Dengan semangat tak tergoyahkan, Hiroshi melancarkan serangan bertubi-tubi, berusaha menjebak Alaric.

Alaric: “Hebat! Tapi jangan lupakan bahwa aku adalah Jenderal!” Dia membalas dengan serangan balasan, menciptakan pusaran air yang mengelilinginya.

Mereka berdua saling berhadapan, pedang kayu Hiroshi berkilau di bawah cahaya, sementara aura biru Alaric memancarkan kekuatan.

Dalam momen dramatis, keduanya mengangkat senjata mereka, siap untuk serangan terakhir.

Hiroshi: “Ini untuk membuktikan bahwa aku bisa bertarung!” Dengan teriakan penuh semangat, dia melompat dan mengayunkan pedangnya dengan kekuatan maksimum.

Jenderal Alaric: “Dan ini untuk melihat batas kemampuanmu!” Dia juga meluncurkan serangan pamungkas, energi sihirnya mengalir deras.

Dalam momen yang menegangkan, pedang kayu Hiroshi dan perisai air Alaric bertabrakan dengan kekuatan luar biasa.

Suara dentuman yang memekakkan telinga menggema di seluruh arena. Dalam sekejap, kedua senjata itu patah, menghancurkan aura yang ada di sekeliling mereka. Sisa-sisa energi masih berputar di udara, menciptakan percikan cahaya yang menakjubkan.

Hiroshi dan Alaric terjatuh ke tanah, terengah-engah, saling memandang dengan rasa hormat yang mendalam.

Pertarungan ini menunjukkan bahwa mereka setara, meskipun dari dunia yang berbeda.

Kira berdiri di pinggir arena, wajahnya penuh kekaguman dan cemas. Dia berlari mendekat, mengulurkan tangan untuk membantu Hiroshi berdiri.

Alaric, yang masih duduk di tanah, menatap Hiroshi dengan senyuman.

“Kau memiliki bakat yang luar biasa. Aku ingin melihat lebih banyak dari kemampuanmu.” Suaranya sekarang terdengar lebih bersahabat, menghargai dedikasi Hiroshi.

Kira: “Mungkin kita bisa melatihnya lebih lanjut, Alaric?” Dia terlihat bersemangat, ingin melihat Hiroshi berkembang lebih jauh.

Dengan momen tersebut, pertemanan dan rasa saling menghargai terjalin di antara mereka. Meski Hiroshi datang dari dunia yang berbeda, dia mulai menemukan tempatnya di dunia ini—sebagai seorang pejuang.

Setelah momen pertarungan yang menegangkan, Kira dan Jenderal Alaric berkumpul di sisi arena, membahas langkah selanjutnya untuk Hiroshi.

Kira: “Jendral Alaric, aku rasa pelatihannya harus fokus pada apa yang bisa dia pelajari di sini. Dengan kemampuannya, rasanya sulit untuk menemukan sesuatu yang bisa dia ajarkan.” Dia menggelengkan kepala, tampak bingung.

Alaric: “Memang, kemampuannya seimbang dengan kemampuan militer yang telah ku pelajari selama bertahun-tahun. Ini menarik, tetapi juga membingungkan.” Dia melipat tangan, terlihat dalam pemikiran yang mendalam.

Hiroshi, mendengarkan dengan seksama, merasa terasing. Dia tidak sepenuhnya mengerti apa yang mereka katakan, tetapi intuisinya memberitahunya bahwa mereka sedang membahas tentang dirinya.

Kira: “Bagaimana jika kita fokus pada bahasa? Dia perlu memahami bahasa dunia ini agar bisa berinteraksi dengan lebih baik.” Dia memberi usulan, berharap itu bisa menjadi solusi.

Alaric: “Itu ide yang baik. Dengan memahami bahasa, dia bisa menjalin hubungan yang lebih baik dengan para kesatria dan penduduk lainnya.” Dia mengangguk, sepertinya menyetujui.

Hiroshi: “Bahasa…” Dia mengucapkan kata itu dengan nada penasaran, mencoba memahami apa yang dibahas.

Kira: “Ya, Hiroshi! Kami akan mengajarkanmu bahasa kami. Ini penting untuk komunikasi.” Wajahnya bersinar dengan harapan.

Hiroshi mengangguk, meskipun bingung, dia merasa semangat untuk belajar sesuatu yang baru. Dia menyadari, tanpa pemahaman bahasa, dia akan kesulitan beradaptasi.

Alaric: “Kami bisa mulai dengan dasar-dasar. Mungkin perkenalan, angka, dan frasa penting. Aku bisa mengatur sesi pelajaran.” Dia memberi saran, terlihat berkomitmen untuk membantu Hiroshi.

Kira: “Bagus! Kita bisa melakukan ini di ruangan belajar. Aku akan mempersiapkan beberapa materi pelajaran.” Dia bersemangat, seolah menemukan tujuan baru.

Hiroshi: “Terima kasih…” Dia mengucapkan dengan nada lembut, berusaha mengekspresikan rasa syukurnya meski dengan keterbatasan bahasa.

Mereka bertiga mulai bergerak menuju ruang belajar, Kira dan Alaric saling berbagi pandangan penuh pengertian. Hiroshi mengikuti, merasa lebih terhubung dan bersemangat untuk menghadapi tantangan baru.

Kira: “Kau akan melakukan hal besar, Hiroshi. Bersiaplah untuk belajar!” Dia menatap Hiroshi dengan senyum hangat, memberikan dorongan.

Alaric: “Ingat, Hiroshi. Setiap langkah kecil akan membawamu lebih dekat untuk memahami dunia ini.” Suaranya tegas, namun mengandung nada kebapakan.

1
Yurika23
mampir ya thor
Yurika23: siap kak
Sapoi arts: Tentu @Yurika23 , terima kasih atas support-nya! Akan mampir juga 😊
total 2 replies
si Rajin
keren, penulisannya juga rapih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!