NovelToon NovelToon
Heart Choice

Heart Choice

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kyushine / Widi Az Zahra

"... bukankah cinta itu tidak harus bersama? Jika dia lebih bahagia bersama dengannya, maka aku akan ikhlas."

Ketika cinta pergi, akan ada kemungkinan cinta yang baru akan datang, namun semua itu kembali lagi pada sang pemilik hati, apakah kamu mau menerimanya atau justru mengabaikannya. Itulah yang tengah dirasakan oleh Rafael Wilbur.
Adeline datang membawa cinta yang begitu besar untuk Rafael dan keegoisannya membawa dirinya untuk menerobos masuk serta menyingkirkan nama gadis yang berada di hati Rafael.
Lalu, apakah Rafael mampu menerima keberadaan Adeline yang notabenenya sudah ia kenal sejak lama? Dan mampukah Adeline menggantikan posisi gadis yang berada dihati Rafael? Pilihan apa yang akan dibuat Rafael dan Adeline kedepannya?

Disclaimer: Novel ini pernah di upload pada platform sebelah, namun saya memutuskan untuk upload disini..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyushine / Widi Az Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HC 14

Sudah siap dengan pakaian kerjanya, Adeline segera keluar kamar untuk menyiapkan sarapan lebih dulu. Baru saja ia keluar dari kamar, suara berisik terdengar dari arah dapur dan hal itu membuat Adeline mengernyit bingung.

Dengan langkah sedikit takut ia berjalan pelan menuju sumber suara, sesekali ia menengok ke atas memperhatikan kamar Rafael. “Tangga untuk ke atas dekat dengan dapur, bagaimana kalau yang didapur orang jahat?” gumam Adeline.

“Adel.” Sang punya nama sangat terkejut mendengar suara bass yang meneriaki namanya. “Apa yang kau lakukan disana?” Sambungnya yang membuat Adeline tenang setelah orang didapur memperlihatkan wujudnya.

“Kak Rafa?” Ucapnya lega seraya berjalan ke arah dapur. “Kau lagi apa, kak? Kenapa pagi-pagi sekali sudah bangun?” Tanyanya penasaran.

“Tiba-tiba aku lapar, dan aku ingat kamu simpan makanan dikulkas, jadi aku mau coba hangatkan. Kau juga kenapa sudah rapi sekali?” Rafael bertanya, namun tangannya sibuk dengan perlatan masak yang sedang ia bereskan, kemudian ia membawa piring ke ruang makan.

“Aku harus berangkat lebih awal hari ini. Efran hari ini ada jadwal operasi dan ia kekurangan orang untuk menjaga monitor nadi pasien, dia meminta bantuanku untuk itu.” Adeline mengupas beberapa buah sedangkan Rafael masih sibuk menikmati makanannya.

“Hari ini aku akan berada dirumah, sebaiknya kau tidak perlu masak. Jika aku lapar, aku akan memesannya dan aku juga akan memesannya saat kau pulang nanti. Jadi lebih baik kau berangkat saja dan cucian piring biarkan aku yang bereskan.”

Berharap pria itu akan mengantarnya, namun ternyata Rafael tampak tidak bersedia mengantarnya, bahkan seperti mengusir secara halus. Seperti yang dikatakan oleh Rafael, Adeline pun berangkat menuju rumah sakit seorang diri, dikarenakan pagi masih gelap, dia memutuskan untuk memesan taksi online.

**

**

“Pasien mengalami pendarahan, letakkan halstead mosquito,” sesuai dengan permintaan Efran, alat yang diminta pun segera diletakkan sesuai pada tempatnya. “Adel, bagaimana dengan denyut nadi pasien saat ini?” tambahnya yang masih fokus dengan pekerjaannya.

“Sempat terjadi penurunan saat pendarahan barusan, namun sekarang sudah lebih baik.”

“Lalu berapa sistolik dan diastoliknya per-sekarang, Del?”

“Sistolik pasien saat ini adalah 110 mmHg dan diastoliknya 70mmHg, dok.”

“Tolong tetap pantau terus, Del.” Ucap Efran dengan nada suara yang lembut.

Dua perawat yang ikut menemani operasi saling tatap satu sama lain melihat kelembutan Efran. Pasalnya, Efran terdengar dingin dan sangat cuek dengan seluruh perawat wanita kecuali Adeline. Memang tidak aneh lagi, hanya saja mereka bingung kenapa Efran begitu lembut dan perhatian jika menyangkut soal Adeline.

Tiga jam sudah operasi dilakukan, saat penyelesaian, Efran menyerahkan sisanya pada asisten dokter disana untuk menyelesaikan jahitannya. Setelah keluar dari ruang steril itu Efran segera membuka masker, membuang sarung tangan dan pergi ke westafel untuk mencuci tangannya, namun tiba-tiba saja seseorang berdiri disisinya.

“Dokter Efran, nanti siang kau tidak ada jadwal operasi, ‘kan? Jika kita makan siang diluar bagaimana? Hari ini aku ulang tahun dan ingin merayakannya,” tutur Dea selaku dokter asisten kedua.

“Kenapa kau disini? Memang operasinya sudah selesai?” ucap Efran dingin yang masih fokus membersihkan tangannya tanpa menoleh ke arah wanita disisinya. “Sebaiknya kau kembali ke dalam, dan selesaikan. Jika tidak, akan ku adukan kau ke dokter Steve.” Tambahnya yang langsung meninggalkan wanita itu.

Diwaktu yang bersamaan operasi pun sudah hampir selesai, jahitan terakhir pun sudah selesai dilakukan, dan saat itu juga telpon yang berada diruang operasi berdering. “Apa Adeline Genevra masih berada diruang operasi?” Ucap seseorang diseberang sana.

“T—tuan Henry? Ah betul Adeline masih berada diruang operasi, apa tuan ingin bicara dengannya?”

“Tolong pinta dia ke ruanganku sekarang.” Orang disana langsung mengakhiri panggilannya setelah mengatakan mandatnya dan menurut perawat jaga itu, tindakan direkturnya itu seperti seseorang yang sedang marah besar.

“Adel, kau disuruh menemui tuan Henry saat ini juga. Sebaiknya kau pergi sekarang, dia terdengar sedang marah.”

Mendengar hal tersebut membuat para tenaga medis saling berbisik, karena mereka mengetahui bagaimana kerasnya seorang Henry Linston, dia bahkan tidak akan segan memecat orang jika orang tersebut melakukan kesalahan sekecil apapun.

Rumor tersebut memang sudah terdengar oleh seluruh karyawan rumah sakit, kecuali Adeline, karena dirinya tidak pernah mendengar apapun soal Henry, mengetahui nama itu saja ketika acara pernikahannya dan menurutnya Henry tidak seperti yang mereka katakan.

Sudah berada didepan ruangan Henry, Adeline menarik napasnya dan mengetuk pintu ruangan tersebut. Setelah mendapat izin diperbolehkan masuk, wanita itu pun segera masuk dan menutup kembali pintu tersebut.

“Ada apa tuan Henry memanggilku?” tutur Adeline.

“Duduk saja dulu. Kau mau minum apa?”

“Tidak perlu repot-repot tuan.”

“Baiklah. Aku juga tidak bisa berbasa-basi, jadi langsung saja.” Jantung Adeline sedikit berdebar mendengar hal tersebut, dia takut jika dirinya melakukan kesalahan tanpa ia sadari. “Ini untukmu,” pria itu menyerahkan dua kotak berukuran sedang dihadapan Adeline.

Adeline menatap bingung pemberian dari Henry, dia tidak tahu apa maksud dari pria itu, dirinya juga takut bahwa itu hanya sebuah permainan. “Anggap saja itu hadiah pernikahanmu kemarin. Aku tidak ada maksud apa-apa.” Jelas Henry saat mendapati sinyal dari raut wajah Adeline.

“T-tapi ini tidak akan memotong gaji saya, ‘kan?” pertanyaan polos itu secara spontan membuat tawa Charles terdengar dan Adeline hanya mengedipkan matanya berulang kali menanggapi reaksi direktur yang tengah duduk dihadapannya.

Setelah selesai, Adeline keluar dengan perasaan yang penuh dengan kebingungan seraya memandangi dua kotak ditangannya. "Hei kenapa melamun? Apa yang kau lakukan didalam? Astaga, jangan-jangan kau baru menggoda tuan Henry ya?" Ledeknya yang langsung mendapat hantaman keras pada lengan orang itu.

Terlepas dari tangannya setelah memukul lengan orang disebelahnya membuat satu kotak terjatuh hingga isinya pun ikut keluar. Beberapa perawat yang melihat benda itu terjatuh sangat terkejut karena melihat kalung berlian yang diperkirakan harganya bisa ratusan juta bahkan miliar.

Bukan hanya mereka yang terkejut melihat kalung itu, bahkan Adeline sendiri pun sama terkejutnya. Dia memang sudah menerimanya, namun dia sama sekali belum membuka kedua kotak itu sekalipun. Melihat benda itu membuat Efran dengan cepat memungutnya.

"Fran, jangan salah paham. Aku dapat itu dari tuan Henry. Aku juga tidak tahu kalau isinya berlian, dia memberikan itu..."

"... hei hei. Kenapa panik begitu? Aku tidak merasa salah paham padamu." Efran melihat kekhawatiran dari ekspresi Adeline saat ini.

"Aku sangat takut kau mengira aku mencuri dan sejenisnya. Tapi aku sungguh berkata jujur. Tuan Henry sendiri yang memberikan itu, dia bilang itu adalah hadiah pernikahanku." Ulas Adeline seraya menundukkan pandangannya.

"Aku mempercayaimu, Del. Kau tenang aja." Efran mengusap-usap puncak kepala Adeline seraya tersenyum lembut dan perlakuannya itu membuat beberapa perawat sangat iri dengan Adeline saat ini.

1
Nursanti Ani
ngarep cinta bgt sih,,,bukan keren malah jijik liatnya,,,,maksa bgt cintanya,,/Hey/
Nursanti Ani
gw rasa sih Rachel masih hidup,,akhirnya Adel nyerah dan pergi,,,kalo sudah tiada baru terasa,,/Sob//Sob//Sob/
Nursanti Ani
cewek bucin begini kl belom d siksa bathin dan d selingkuhin belom sadar diri/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Osi Malang: cerita apa itu
Kyushine: betul, harus digebrak dulu kayaknya biar sadar
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!