Vivian, kelinci percobaan dari sebuah lembaga penelitian, kembali pada satu bulan sebelum terjadinya bencana akhir zaman.
selama 8 tahun berada di akhir zaman.
Vivian sudah puas melihat kebusukan sifat manusia yang terkadang lebih buas dari binatang buas itu sendiri.
setidaknya, binatang buas tidak akan memakan anak-anak mereka sendiri.
.
.
bagaimana kisah Vivian memulai perjalanan akhir zaman sambil membalaskan dendamnya?
.
jika suka yuk ikuti terus kisah ini.
terimakasih... 🙏🙏☺️😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29. Rose ingin bergabung.
Saat ini.
Cuaca dingin telah berlangsung selama dua hari dan suhu sudah mencapai minus 60 derajat Celcius.
Sekali lagi pemimpin apartemen mengingatkan untuk menjadi tetap hangat. Bahkan bila perlu, membakar kursi atau sofa untuk membuat api unggun di dalam rumah.
.
Kris bermalas-malasan di sofa dengan perlengkapan musim dingin yang lengkap meskipun pemanas di dalam ruangan sudah menyala.
"Makanlah, ini bisa untuk menghangatkan perutmu." Vivian meletakkan bubur daging panas di atas meja.
Duduk dengan cepat. "Wah... Aku bersyukur kamu ada di sini Vivi. Jika tidak. Aku tidak tahu akan makan makanan apa di cuaca yang sangat ekstrim ini." Kris mulai menyendok buburnya ke dalam mulut. "Enak!."
"Makan saja, jangan banyak bicara."
Tok tok tok..
"Aku akan pergi melihat." Vivian berdiri dari kursinya dan pergi menuju pintu depan.
Klek.
"Peter?."
Melihat jam tangan. "Kurasa ini sudah terlambat 15 menit dari waktu yang di sepakati." Peter memasuki apartemen Kris.
"Maafkan aku. Aku baru saja selesai memasak sarapan. Bagaimana dengan yang lain, apakah mereka juga sudah siap?." Vivian mengambilkan bubur untuk Peter. "Makanlah."
"Sudah menunggu." Peter memakan bubur dengan cepat seolah tidak merasakan panasnya sama sekali.
"Aku sudah selesai sarapan. Tunggu sebentar. Aku akan membawa senjataku bersama-sama." Kris segera menuju kamarnya.
Setelah berganti pakaian dan mempersiapkan diri untuk perjalanan di musim dingin. Mereka bertiga keluar dari apartemen dan bergabung dengan William dan ayahnya.
"Tunggu!." Rose mendekati mereka berlima dengan tergesa-gesa.
"Itu... Bolehkah aku ikut bergabung bersama kalian untuk mencari makanan?." Rose sedikit malu untuk mengatakannya karena dia sudah mendapat banyak bantuan dari William.
"Sejujurnya kami tidak keluar untuk mencari makanan. Kami keluar untuk mencari kayu bakar. Bagaimanapun, tidak mungkin kita membakar semua peralatan di rumah untuk tetap hangat, kan?." Ucap Vivian.
Malu. "Tak apa. Aku hanya ingin ikut, aku juga butuh kayu untuk di bakar di rumah dan memasak. Sebab, listrik sudah tidak hidup lagi sehingga semuanya mati." Jawab Rose
"Karena aku juga sudah berjanji untuk membiarkanmu ikut. Maka ikutlah bersama kami. Tapi ingat, jangan mencari masalah yang tidak perlu. Atau kami tidak akan pernah membawamu lagi." Vivian memperingatkan Rose.
Mereka ber-enam lalu keluar dari apartemen dengan melewati banjir yang sudah membeku.
"Ini sangat licin." Rose berpegangan pada William, ia lupa tidak menggunakan sepatu khusus untuk melewati es.
"Salahmu sendiri tidak menggunakan sepatu khusus." Ejek Kris.
Kris masih marah mendengar cerita bahwa keluarga tersebut bahkan membunuh lansia dengan membiarkannya kedinginan.
Kris sekarang beranggapan bahwa keluarga itu memiliki sifat yang hampir mirip. Hanya William saja yang akan tertipu dengan tampang polos Rose yang tidak tulus.
Setelah berjalan selama satu setengah jam, mereka berenam akhirnya sampai di sebuah hutan kota. Di sana sudah banyak orang-orang yang mulai menebang pohon.
"Ayo kita juga bergegas menebang pohon atau kita tidak akan kebagian." Vivian memimpin tim ke arah sebuah pohon yang cukup besar.
"kita akan bekerja sama untuk merobohkan pohon ini." Vivian mengeluarkan 4 golok dan satu kapak dari ransel yang dibawanya.
Tak
Tak
Tak
BRUAK...
Pohon yang mereka tebang akhirnya roboh juga setelah 15 menit berusaha menebang dengan kapak.
"Aku lelah." Kris duduk kelelahan di salju tanpa memperdulikan hawa dingin.
"Minumlah air hangat." Vivian mengeluarkan termos dari ransel yang sebenarnya ia ambil dari ruang. Ransel hanya sebagai penutup untuk mengeluarkan barang-barang dari dalam ruang angkasa.
"Terima kasih." Kris tersenyum sangat bahagia.
Sambil minum, Kris juga melihat sekeliling. Ternyata, banyak diantara orang-orang itu yang melihat tim mereka dengan pandangan iri.
Tiba-tiba saja dua orang perempuan datang menghampiri tim mereka.
"Rose. apa kabar?" Salah satu perempuan itu menyapa Ros.
"Angel?." Ucap Rose tidak yakin. Pasalnya, teman itu terlihat sangat kuyu dan kurus. Seperti orang yang kekurangan gizi.
"Ya. Ini aku, kulihat, kehidupanmu cukup baik setelah bercerai dengan suamimu." Angel menatap Rose dari atas ke bawah.
"Tidak juga. Aku belum resmi bercerai dengannya. Belum ada keputusan dari pengadilan." Jawab Rose.
"Benarkah? Pantas saja suamimu selalu berbicara tentangmu hampir setiap hari." Angel berkata dengan iri.
"Benarkah?" Rose menatap Angel dengan pandangan berharap.
Angel mengangguk
"Jadi... Tahukah kamu di mana suamiku sekarang?."
"Tentu saja aku tahu. Dia juga sangat ingin bertemu denganmu, kalau kamu mau, aku bisa membawamu kepadanya sekarang juga." Ucap Angel sambil tersenyum.
"Itu..." Ros memandang William dan yang lainnya dengan ragu.
Melihat keraguan Rose, Angel kemudian juga meminta mereka semua untuk mengikutinya ke tempat mereka tinggal untuk bertemu suami Rose.
.
"Ini adalah gedung yang kita tempati sekarang." Ucap Angel sambil menunjukkan gedung berwarna biru di depannya.
"Mari kita masuk. Aku akan memperkenalkan kalian pada pemimpin kami." Lanjut Angel.
Mereka berenam mengikuti Angel ke dalam gedung.
Begitu memasuki gedung, ada bau yang sangat menyengat memenuhi indra penciuman.
"Emph. Bau apa ini?." ucap Kris dengan suara yang sangat keras hingga membuat beberapa orang yang berada di lorong menoleh ke arah mereka.
Menutup hidung dengan tangan. "Apa? Bukankah yang aku katakan adalah kenyataan?." Kris tidak tahu mengapa dia dilihat oleh orang-orang, sedangkan dia hanya mengatakan yang sebenarnya.
"Jangan tidak sopan Kris. Ini bukan wilayah kita. Sebagai tamu, kita harus lebih sedikit hormat." tegur Vivian.
"Baiklah... Aku salah. Aku minta maaf." Kris meminta maaf tanpa memiliki penyesalan sedikitpun di wajahnya.
Setelah beberapa saat, mereka akhirnya sampai di sebuah pintu yang paling mewah di dalam gedung tersebut.
Tok tok tok
Angel mengetuk pintu tersebut.
"Bos. Ini aku, Angel. Aku kemari membawa saudari ipar, Rose. Dia ingin mencari suaminya." Ucap Angel dari depan pintu.
"Suruh dia masuk." Kata suara di balik pintu.
Klek.
Pintu terbuka.
Hal pertama yang mereka lihat adalah pemandangan yang sangat berantakan.
Banyak wanita dengan pakaian yang kurang rapi mengelilingi seorang pria dengan badan penuh tato dan tindikan di telinga sebelah kirinya.
Ruangan itu juga penuh dengan bau alkohol yang sangat menyengat.
"Kamu tidak mengatakan bahwa kamu membawa tamu lainnya juga." Ucap pria yang berada di dalam ruangan.
"Maafkan saya bos Tiger. Saya lupa mengatakannya." Angel berjalan mendekati pria yang disebut sebagai Tiger tersebut dan duduk di pangkuannya.
"Jadi, yang mana yang kamu katakan sebagai saudari ipar?." Tiger bertanya kepada Angel yang telah bergelayutan di pangkuannya. Ia juga mengamati Rose dan Vivian dengan pandangan tidak senonoh.
"Yang berambut sebahu adalah saudari ipar, Bos."
"Kalau begitu yang lain adalah tamu. Kamu panggilkan suaminya Rose." Melihat ke arah tim Vivian. "Dan karena kalian adalah tamu, maka tidak sopan untuk membiarkan kalian pulang dengan perut kosong." Melihat ke arah Angel. "Kamu sekalian minta jenny untuk menyiapkan daging sebagai hidangan untuk mereka." Ucap Tiger.
"Baik bos." Angel keluar dari pangkuan Tiger dan memanggil suami Rose.
aku juga pengen hehe...
pengen juga punya ruang hehe
author juga terimakasih atas dukungannya 😊