Riana Maharani, seorang Ibu rumah tangga yang dikhianati oleh suaminya Rendi Mahardika. Pria yang sudah lima tahun lamanya ia nikahi berselingkuh dengan sekertaris barunya, seorang janda beranak dua.
Alasan Rendi berselingkuh karena melihat Riana yang sudah tidak cantik lagi setelah melahirkan putri pertama mereka, yang semakin hari lebih mirip karung beras.
Riana yang hanya fokus mengurus keluarga kecil mereka sampai lupa merawat diri dengan kenaikan berat badan yang drastis.
Riana bersumpah akan kembali menjadi cantik dan seksi hanya dalam waktu tiga bulan demi membuat suaminya menyesal sudah berselingkuh.
Akankah Riana berhasil merubah penampilannya hanya dalam waktu tiga bulan dan berhasil membuat Rendi menyesal?
Yuk baca ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Setelah bercengkrama sebentar dengan Hana, keduanya pun menggunakan alat olah raga masing masing. Riana masih setia dengan alat yang membuatnya berlari di tempat, sedangkan Hana dan suaminya mencoba alat olah raga yang lain.
Riana memasan earphone di telinganya agar bisa fokus berlari, lalu tak berapa lama alat yang di sampingnya yang sebelumnya kosong, kini di isi oleh seseorang yang sangat di kenal Riana. Seseorang yang memberinya akses untuk bebas masuk ke tempat ini.
Seketika fokus Riana terpecah dan tiba-tiba membuat kakinya tergelincir lalu terjatuh terpelanting, beruntung Darren yang baru saja hendak memulai olah raganya seketika menghampiri Airin dan menolongnya.
"Astaga ... Kau ini bisa olah raga tidak sih??" ucap Darren.
"Aku tidak sengaja, memangnya aku sebodoh itu untuk sengaja jatuh."
"Mungkin saja kau sedang mencari perhatianku dengan sengaja menjatuhkan diri," tukas Darren.
"Memangnya Bapak setampan apa sehingga aku harus mencari perhatian Bapak?"
"Heiii, kau tau? wanita wanita di luar sana mengantri ingin bersamaku"
"Tapi aku tidak." Jawab Riana jengkel.
"Itu karena kau tidak waras." Darren pun hendak meninggalkan Riana, tapi segera mengurungkannya saat Riana mendesis kesakitan.
"Aduh!!"
"Kamu nggak papa??" tiba-tiba seorang pria menghampiri Riana dan melihat kakinya.
"Dia hanya pura-pura." ucap Darren, dan membuat Riana seketika melotot tajam.
"Mas.. dia ini terkilir." pria itu menoleh sekilas pada Darren. "Tahan sebentar ya, aku akan mengurut kaki anda. Tahan sedikit." pria itu memberi aba-aba pada Riana. “Tarik nafas, satu, dua, tiga.”
KREKKK
Terdengar bunyi tulang yang bergeser dan membuat Riana seketika berteriak.
"Aaaaaa!!!!"
"Sudah selesai. Coba gerakan kakinya," titah pria tersebut.
Meski ragu, tapi akhirnya Riana melakukan apa yang di perintahkan pria tersebut.
Riana menggerak gerakkan kakinya. "Ehh iya, udah nggak sakit!!" seru Riana kegirangan.
"Syukurlah!!"
"Dia itu hanya pura-pura." ucap Darren.
"Mas!!" sela pria yang menolong Riana. "Maafin Abang saya, dia kelamaan jomblo, jadi suka sensitif. Kayaknya kita pernah ketemu ya." pria tersebut mengingat ingat sesuatu.
"Ohhh iya, aku ingat. Ibu ini yang di stadion waktu itu kan??"
Darren tertawa terbahak, sedangkan Riana menunduk malu saat mendengar dirinya kembali di panggil Ibu.
"Kenapa Mas ketawa?? Memang ada yang lucu??"
"Dia itu masih 25 tahun." Darren kembali tertawa.
"Benarkah?? Maafkan saya nona, eh Mbak." Arvin menggaruk kepalanya yang sejujurnya tidak gatal, ia merasa tidak enak pada Riana.
"Nggak papa Mas, saya memang seorang Ibu berumur 25 tahun. Mas nggak salah," jawab Riana.
"Mas ini saudara kandung dengan Pak Darren??" tanya Riana.
"Iya, dia Kakak kedua saya."
"Bukan hanya wajah yang tidak seberapa mirip, tapi kepribadian kalian sungguh berbeda, bagai langit dan bumi. Anda terlihat sangat baik, sedangkan dia ..." Riana melirik Darren yang kini juga melotot ke arah Riana.
"Seperti siluman kerbau," bisik Riana di dekat telinga Arvin, dan seketika membuat Arvin tak mampu menahan gelak tawanya.
"Apa kalian tengah bergosip??" mata Darren melotot saat ia sadar jika dua orang di hadapannya kini tengah membicarakannya bahkan mencibirnya.
"Mas... Ini bukan kantor yang Mas bisa berbuat seenaknya. Ini adalah tempat usahaku, dan aku harap Mas nggak memperlakukan costumerku seperti saat Mas sedang berada di kantor. Aku akan kehilangan costumer langgananku," ucap Arvin.
"Heii, akulah yang membawanya kemari. Dia bahkan menggunakan kartuku sebagai akses untuk masuk kemari. Aku berhak memperlakukannya sesukaku, karena dia menggunakan uangku."
"Astaga ... Apa Mas sudah sangat miskin sehingga begitu perhitungan dengan karyawan sendiri??" cibir Arvin.
"Kenapa kamu sangat membelanya? Apa kamu suka padanya?" Darren sedikit kesal juga lama lama. Arvin memang adiknya dan dia memang sangat hobi membuatnya kesal dalam hal apa pun.
"Siapa yang suka sama siapa??" tiba-tiba seorang wanita cantik dan seksi datang menghampiri ketiga orang itu.
"Vika" ucap Arvin.
"Iya, tadi aku nggak sengaja dengar dengan pembicaraan kalian barusan. Siapa yang suka sama siapa ??" tanya Vika curiga.
"Kekasihmu sepertinya menyukai sekertarisku," celetuk Darren dan membuat Riana dan Arvin melotot bersamaan kepadanya.
"Lihat saja, mereka bahkan kompak melotot padaku," ucap Darren lagi.
"Mas, ini nggak lucu. Apaan sih, memang apa yang aku lakukan sehingga Mas menyimpulkan jika aku menyukai Riana??"
"Jadi wanita gendut ini sekertaris Kakak kamu?? Bukannya dia ini wanita yang waktu di stadion, yang nabrak aku??"
"Vika, jaga bicara kamu!!" ucap Arvin tak suka. Dia sangat tidak suka jika ada seseorang yang menghina kekurangan orang lain, meski itu pacarnya sendiri.
"Loh kok kamu jadi marah sama aku? Apa jangan-jangan kamu memang beneran suka sama wanita ini!!" tunjuk Vika pada Riana.
"Vika, kamu sangat tau aku nggak suka sama orang yang suka menghina kekurangan orang lain. Dan tentang Riana, dia ini cuma customer aku, dan kamu jelas tau Mas Darren itu suka sembarangan bicara. Kalau kamu mendengarkan Mas Darren, kamu sama aja seperti Mas Darren, sama-sama suka tidak masuk akal." jelas Arvin panjang lebar, berharap kekasihnya ini akan mengerti.
"Tapi kenapa kamu sangat membelanya? Kamu juga jelas tau, aku nggak suka kalau kamu sampai dekat dengan wanita lain."
"Aku udah bilang kalau aku sama Riana nggak ada hubungan apa pun, Riana ini cuma pelanggan."
"Ya udah kalau dia cuma pelanggan, aku mau mulai hari ini jangan terima dia sebagai pelanggan kamu di sini lagi, aku nggak suka."
Tiba-tiba Arvin menarik paksa Vika untuk menjauh dari Riana dan juga Darren.
"Kamu apa apaan sih??" ucap Arvin saat ia membawa paksa Vika masuk ke sebuah ruangan kosong.
"Sakit Arvin," ucap Vika sembari memegang pergelangan tangannya yang tadi di cengkram Arvin.
"Ini yang aku nggak suka sama kamu. Kamu itu selalu cemburu berlebihan, dan tidak memandang siapa pun."
"Aku cemburu karena aku cinta, Arvin. Aku cinta sama kamu, tapi. kamu selalu menganggap cintaku salah," kesal Vika.
"Aku juga cinta sama kamu, tapi aku nggak suka sifat cemburu dan kelakuan kamu yang kadang nggak sopan sama semua wanita yang ada di sekitar aku."
"Aku cuma mengantisipasi wanita-wanita nakal yang ingin menggoda kamu, apa itu salah??" Suara Vika mulai meninggi.
"Jelas salah, karena banyak orang-orang di sekitar aku yang kena imbas akibat cemburu kamu yang tanpa alasan. Kalau kamu seperti ini, itu sama aja kamu nggak percaya sama aku, kamu nggak percaya sama cinta kita."
"Arvin!!!"
"Aku lelah Vika, aku lelah menghadapi sikap cemburu kamu yang sangat berlebihan. Aku merasa aku tidak memiliki ruang lingkup sendiri untuk diriku. Aku juga punya dunia sendiri yang aku sukai, Vika, dan aku merasa terkekang dan merasa tidak memiliki dunia sendiri kalau kamu terus seperti ini!!" Semua unek unek yang Arvin simpan selama ini pun di tumpahkan di hadapan Vika.
Meski tak di pungkiri jika ia juga mencintai Vika, tapi jika Vika terus mengekangnya, Arvin pun merasa muak.
"Aku dunia kamu Arvin, cuma aku dunia kamu. Kamu cuma boleh melihat ke aku, bukan ke yang lain!!" teriak Vika.
Wanita itu bahkan tidak bisa meredam emosinya sehingga membanting Vas bunga yang ada di ruangan itu.
"Kalau begitu, lebih baik kita berpisah. Aku merasa kita sudah tak lagi sejalan, kita tidak lagi ada kecocokan. Dari pada kita terus bertengkar, ada baiknya kalau kita menjalani kehidupan kita masing-masing. Aku nggak bisa menjalin hubungan jika aku sendiri tidak merasa bahagia dan hanya terpaksa untuk bertahan."
********
********
Amira juga bodoh egois udah dimintai tolong Darren buat bicara ke mami kalo mereka gak akan menikah!! ehh... malah ngotot dgn segala cara buat bisa nikahin Darren
Riana selain bodoh juga tolol paok pekok longor bittot
seperti gak kebagian akal Riana sampai gak bisa mikir betapa besar rasa malu besok
tokohnya berat buat jujur