Dewasa 🌶
Hasha, putri bungsu keluarga Drake dijebak oleh temannya sendiri. Ia hampir diperkosa oleh laki-laki hidung belang. Namun malam itu, seorang pria dari masa lalunya tiba-tiba muncul menyelamatkannya dari laki-laki hidung belang tersebut.
Namun seperti kata pepatah, lolos dari lubang buaya, masuk ke lubang singa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kami menerima lamaran ini
Teriakan Hasha sangat kencang sampai-sampai papa dan mamanya yang malu di depan orang tua Zayn.
"Iya sayang, kamu mau nikah sama Zayn nggak? Tante kaget banget loh semalam Zayn bilang ke tante sama om kalau dia mau ngelamar kamu. Tante pikir putra tante ini agak belok, eh ternyata dia masih suka perempuan."
Zayn melirik mamanya dengan wajah kesal. Enak saja dia di katain belok. Dari dulu dia memang suka perempuan kali. Hanya saja dia menahan dirinya karena Hasha masih terlalu kecil dulu. Dia juga ingin fokus menyelesaikan pendidikannya lalu bekerja keras menjadi pria sukses agar bisa memberikan hidup yang layak pada Hasha.
Sekarang kondisi keuangannya tidak perlu diragukan lagi. Tanpa bantuan orang tuanya dia berhasil membangun bisnisnya sendiri. Umurnya sudah matang untuk menikah, Hasha pun tidak terlalu muda lagi, menurutnya sudah pas untuk dinikahi. Apalagi dia sudah meniduri wanita ini. Keluar di dalam pula.
Dia harus secepatnya menikahi Hasha karena besar kemungkinannya wanita itu bisa mengandung anaknya.
"Dan ternyata perempuan yang ingin dinikahin anak tante itu kamu sayang, gadis kesayangan tante. Makanya tante sama om langsung setuju. Iya kan pa?" ucap Ria lagi menatap ke Max suaminya dengan penuh semangat.
Max mengangguk. Lelaki tua itu memang sudah kenal Hasha dari gadis ini masih remaja. Ia juga berasal dari latar belakang keluarga yang baik. Bukan berarti Max tidak akan setuju kalau putranya memilih perempuan dari keluarga pas-pasan. Tapi karena kebetulan ia menyukai wanita yang memang kelas sosialnya setara, itu lebih baik. Karena tak akan ada drama perbandingan dari orang-orang bermulut julid di luar sana.
Hasha menatap Zayn yang tersenyum licik padanya, lalu menatap mama dan papanya. Ia berharap orang tuanya tidak menyetujui pernikahan ini. Dia kan mau menghindari laki-laki menakutkan ini. Menjadi isteri Zayn pasti akan makan hati terus.
"Kami menerima lamaran ini, untuk menikahkan putri bungsu kami dengan putra kalian Zayn." Isaac sang papa angkat bicara.
Hasha melotot lagi. Apa? Dia nggak salah dengar? Orang tuanya menerima lamaran ini?
"Pa, Hasha, Hasha kan masih muda, masa nikahnya cepat banget sih?" Hasha memberanikan diri menyampaikan keberatannya kepada papanya. Demi keberlangsungan hidupnya yang tenang dari laki-laki berbahaya seperti Zayn.
"Abang kamu udah cerita kalau kamu tergila-gila sama Zayn udah dari kamu remaja. Usia kamu udah 23 tahun Hasha. Kamu juga perempuan, itu adalah usia yang pas buat bisa melahirkan cucu buat papa dan mama."
Hasha langsung terbatuk-batuk. Abangnya Suho menepuk-nepuk punggungnya sedang Flint tertawa lucu sementara Zayn menikmati tontonannya melihat Hasha kelabakan. Imut sekali. Suho yang paling kasihan pada adik kesayangannya.
"Papa kamu bener sayang, anak kamu dan Zayn pasti lucu-lucu." Ria menambahkan. Hasha ingin menghilang saja dari mereka sekarang juga. Wajahnya mungkin sudah hampir semerah tomat.
"Bagaimana dengan tanggal pernikahannya? Kita sekalian saja langsung cari tanggalnya." Hilda mamanya angkat bicara.
"Kamu ada usulan tanggal Zayn?"
Zayn memandangi orangtua dan calon mertuanya bergantian. Kalau mau mengikuti keinginannya, besok pun dia ingin langsung menikahi Hasha. Tapi itu tidak mungkin bukan? Karena semua orang akan merasa terlalu mendadak dan terburu-buru.
Pandangan Zayn beralih ke Hasha lagi. Wanita itu membenamkan matanya dalam-dalam membalas tatapannya.
Zayn gemas sekali ingin menggigit pipi tembemnya.
"Bagaimana kalau dua minggu depan? Sebelum aku kembali ke luar negeri untuk mengurus perpindahan kantor utama." pria itu bersuara. Dia berencana memindahkan kantor utamanya di negara ini agar bisa bekerja dari dalam negeri dan bisa melihat isterinya setiap hari. Karena dia tidak mungkin dapat persetujuan bisa bawa Hasha pindah bersamanya ke luar negeri. Flint sendiri yang memberitahunya ketika keduanya bertemu semalam.
Orang tua Zayn juga sudah tahu tentang dia yang berencana menetap di negara kelahirannya itu setelah menikah nanti. Dan mereka senang sekali pastinya. Orangtua mana yang tidak senang coba kalau anak mereka tinggal dekat sama mereka. Setidaknya di negara yang sama.
"Dua minggu depan? Berarti kita harus segera menyiapkan pernikahannya mulai besok." seru Hilda. Ria mengangguk setuju. Kedua ibu itu sudah sangat antusias.
Padahal Hasha ingin berteriak mau menolak pernikahan tersebut, tapi bibirnya kelu. Ia tidak berani menolak langsung di depan orang tua Zayn.
"Ya sudah, kalau begitu sudah fix ya pernikahannya diadakan dua minggu lagi." kata Max. Isaac dan Hilda sudah setuju.
Flint setuju. Suho, mau tak mau setuju juga meski dia masih ingin adiknya tinggal dengan mereka. Tapi karena cerita Flint semalam, Suho akhirnya harus setuju.
Flint sudah cerita padanya tentang Zayn dan Hasha telah tidur bersama. Zayn sendiri yang mengakuinya makanya ia cepat-cepat ingin bertanggungjawab dengan menikahi adik mereka. Suho juga ingat gelagat aneh Hasha minggu lalu. Pasti karena kepikiran telah tidur dengan Zayn. Kalau sudah tidur bersama, adik mereka memang harus segera dinikahkan.
"Hasha sayang, mulai ini jangan panggil tante dan om lagi ya? Panggil papa dan mama." Hasha hanya diam, wajahnya cemberut.
"Kok cemberut begitu sih adek. Senyum dong, kan sebentar lagi kamu mau nikah sama babang Zayn kesayangan kamu." goda Flint. Hasha langsung menyikut perut abangnya kesal.
"Maaf ya, putri kami selalu begitu kalau lagi tegang. Nanti juga biasa lagi." ucap Ria.
Hasha sebal. Semua orang mendukung pernikahannya dengan Zayn. Ah, rasanya dia mau kabur saja. Lihat, kedua orangtua mereka sekarang berbincang-bincang asyik.
"Bang mau kemana?" tanya Hasha begitu melihat abang keduanya berdiri hendak pergi dari ruang tamu. Abang pertamanya si Flint lagi angkat telpon dan belum balik-balik dari tadi.
"Teman kantor abang ada di depan, abang keluar sebentar ya." sahut Suho mengacak lembut rambut Hasha dan pergi.
Sekarang ia duduk sendirian di sofa panjang itu berhadap-hadapan dengan Zayn yang terus memberinya tatapan meresahkan, hingga membuatnya salah tingkah.
"Hasha, kamu ajak calon suami kamu jalan-jalan ke taman belakang sana. Biar kalian bisa berduaan juga." suruh mamanya.
Kalau sama adalah teman seangkatannya pasti sudah dia getok kepalanya saking kesalnya. Tapi itu mama kandung, masa dia getok. Kan jatohnya dia jadi anak durhaka.
"Hasha mandi, badan Hasha udah gatal semua!" seru Hasha kemudian berlari secepat kilat meninggalkan ruangan itu naik ke lantai atas. Enak saja ajak Zayn jalan-jalan. Dia kesal, nggak mau pokoknya.
"Astaga anak itu kelakuannya," Ria malu pada calon besannya.
"Maaf ya jeng, anak itu memang kadang sering aneh."
"Nggak pa_pa jeng. Hasha-nya lucu banget malahan."
Setelah puas berbincang-bincang, keluarga itu pun pamit pulang. Zayn tidak banyak bicara, tapi dia sudah puas karena tidak lama lagi Hasha akan menjadi miliknya secara sah.