Bertetangga dengan seseorang yang sangat kamu benci adalah sebuah musibah besar. Hal itulah yang dialami oleh Bara dan Zizi.
Parahnya lagi, mereka berdua harus menikah untuk mendapatkan harta warisan yang sangat banyak.
Mampukah keduanya berdamai untuk mendapatkan keuntungan atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Lagi-lagi Tentang Terong
Jadi mereka ternyata suami istri?
Para tetangga yang sangat kepo itu saling bertatapan. Pikiran mereka sepertinya sama. Tak menyangka kalau Bara Al-Fayed developer komplek perumahan itu, sekaligus bos mereka di perusahaan adalah suami dari Azizah Khumairah, sang Office Girl.
Lailah dan Vina langsung merasa sakit hati karena Office Girl itu adalah pemenangnya, tapi mereka berdua tetap merasa kepo dan penasaran akan hubungan yang dirahasiakan oleh sang bos.
Berita ini akan heboh dan mungkin bisa digoreng agar lebih dahsyat, pikir mereka.
Mereka pun berpura-pura memilih sayur sembari menajamkan mata dan telinga mereka karena penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Ngomong apa kamu?!" tatap Bara tajam.
Kedua mata Zizi langsung berkaca-kaca. Ia tak mampu lagi menjawab atau tangisnya akan pecah di depan pria itu.
Bara langsung membuang nafasnya pelan. Sepertinya Zizi sedang tidak baik-baik saja. Kedua matanya bengkak dan sepertinya habis menangis.
"Kamu kenapa?"
Zizi lagi-lagi tak menjawab. Hanya tangisnya yang langsung pecah.
Bugh
Wanita itu pun tapi langsung membanting pintu rumahnya keras. Ia sangat kesal pada pria yang tak punya rasa peka sedikitpun padanya. Dan terus terang, ia juga malu untuk bertemu dengan pria brengsek seperti suaminya.
Bara tersentak kaget. Hidungnya hampir saja patah karena daun pintu itu menutup secara tiba-tiba di depannya.
"Zizi! Buka pintunya!" teriak Bara seraya menggedor-gedor pintu itu.
"Gak! Bapak pergi saja. Karena aku gak mau ketemu bapak!" balas Zizi dari balik pintu. Tangisnya pun semakin pecah.
Bara semakin bingung. Hatinya langsung merasa tak nyaman. Isakan tangis Zizi terasa mencabik-cabik perasaannya.
"Baiklah, aku pergi. Tapi kalau kamu butuh sesuatu kamu bisa panggil aku di sebelah."
"Gak! Aku gak butuh bapak, huaaaa!" tangis Zizi semakin menjadi-jadi.
"ZI?" panggil Bara lagi tak nyaman. Ia merasa menyesal kini. Wanita itu sepertinya sedang ada masalah.
Apa mungkin karena apa yang mereka lakukan semalam?
"Zizi buka pintunya. Kita akan bicara."
"Pergi! Aku gak mau ketemu bapak!"
Bara menghela nafasnya kasar. Ia akhirnya mengalah meskipun rasanya ia ingin masuk ke dalam rumah itu dan memeluk sang istri dan menenangkannya. Sayangnya, ia tak mungkin bisa, kalau ia memaksa dan berakhir ditolak apalagi dilempari sandal maka semua tetangganya pasti akan menertawakan nya.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi, ia pun meninggalkan halaman rumah Zizi dan kembali ke rumahnya sendiri. Bisik-bisik tetangga yang sedang membeli sayur rupanya mampir juga di kupingnya hingga ia pun menghentikan langkahnya di depan mereka semua.
Lailah, Vina, dan tetangga yang lain langsung terdiam dan menunduk takut. Sepertinya mereka ketahuan sedang bergosip.
"Aku bayar semua sayuran di sini. Silahkan dibagi-bagi," ucap Bara seraya mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dari dalam dompetnya. Ia memberikannya pada Abang sayur untuk memborong semua isi gerobak itu.
"Wah, ini terlalu banyak tuan. Harga sayurannya tak sampai seperti ini," ucap si Abang sayur.
"Gak apa-apa. Kalau bisa sampai satu pekan ke depan aku akan bayar semua sayuran Abang."
"Ah terimakasih banyak tuan."
Lailah dan yang lain saling bertatapan kemudian tersenyum lebar. Wajah mereka langsung sumringah. Di dalam kepala mereka sudah membayangkan akan memasak banyak selama seminggu kedepan.
"Wah makasih banyak, sering-sering saja ya pak kayak gini," ucap Vina dengan gaya ganjen nya.
"Iya nih pak. Eh, tapi ngomong-ngomong ini bukan sogokan ya 'kan?" timpal Lailah seraya menghampiri Bara.
Bara hanya tersenyum tipis dan membuat hati wanita itu berdebar. Rasanya dunianya langsung ditumbuhi banyak bunga yang sedang bermekaran.
Bara Al Fayed tak pernah membalas senyumnya dengan sangat manis seperti ini.
Apakah itu artinya ia masih punya harapan setelah pertengkaran pria itu dengan sang OG?
"Baiklah, sekedar informasi, Azizah Khumairah adalah istriku. Ia masih sangat muda dan belum dewasa. Dia sedang ngambek sama aku, tapi itu tidak lama kok. Jadi kelola pikiran kalian yang mungkin sedang berpikir yang tidak-tidak tentang kami!" ucap Bara tegas.
Para tetangga pun hanya bisa menelan saliva mereka kasar. Jadi benar mereka adalah pasangan suami istri?
Dan apa?
Pria itu telah mengakui kalau Azizah adalah istrinya?
Sungguh, itu adalah berita yang sangat menyedihkan bagi mereka yang berharap lebih seperti Lailah.
"Dan ya, terimakasih banyak karena mau memperhatikan kami," ucap Bara kemudian segera pergi dari hadapan para tetangganya. Langkahnya cepat memasuki rumahnya karena malas berbasa-basi lagi dengan orang-orang yang suka berghibah itu.
Hati Lailah dan Vina langsung mencelos kecewa berbanding terbalik dengan si Abang sayur, pria itu merasa sangat senang karena jualannya langsung laku tanpa harus berkeliling.
"Alhamdulillah, semoga keluarga tuan muda Al Fayed bahagia sakinah Mawadah warahmah," ucap pria itu seraya menengadahkan tangannya ke atas.
Beruntung banget si Azizah itu, pikir yang lain. Mata mereka pun dibawanya ke arah rumah Zizi yang masih tertutup rapat.
*
*
Bara memasuki rumahnya dengan perasaan hampa. Penolakan Zizi padanya setelah kejadian semalam membuatnya bertanya-tanya.
Ada apa?
Apakah wanita itu memang sengaja membuatnya seperti ini?
Apakah hubungan pernikahan ini memang harus ia akhiri saja?
Menghela nafasnya kasar ia pun memasuki kamarnya dan mengganti pakaiannya. Memakai selembar kaos krem favoritnya yang ia padukan dengan celana bahan berwarna senada, ia pun berjalan ke arah dapur.
Perasaan lapar baru ia rasakan karena ia memang belum sempat sarapan. Tiba-tiba ia jadi sangat rindu masakan Zizi yang ia makan kemarin pagi.
Hufft
Pria itu pun keluar dari rumahnya lagi dan berniat mendatangi Zizi, siapa tahu istrinya itu punya stok makanan, maka ia akan menumpang makan.
Tok
Tok
Tok
Bara mengetuk pintu rumah itu dengan sabar. Akan tetapi sampai berpuluh-puluh menit ia berdiri di depan pintu rumah itu, tetap saja tak ada jawaban dari dalam sana.
Bara mulai kesal tapi juga khawatir. Siapa tahu wanita itu telah pergi lagi.
Tok
Tok
Tok
Mengetuk pintu itu lagi dan lagi ia lakukan, hingga akhirnya ia tersenyum karena sudah mendapatkan ide agar wanita itu keluar dan menemuinya.
"Assalamualaikum. Paket!"
"Waalaikumsalam! Maaf, aku gak pernah pesan paket!" balas Zizi dari balik pintu.
Bara merasakan bibirnya berkedut lucu. Rupanya wanita ini ada di balik pintu.
"Tapi paketnya ada atas nama mbak Azizah Khumairah Al Fayed."
"Modus! Bawa paket berisi berlian pun aku gak mau ketemu bapak! Jadi pergi aja dari sini!" balas Zizi sengit.
Deg
Bara terhenyak. Rupanya wanita itu tetap tak mau bertemu dengannya meskipun ia datang baik-baik.
"Beneran ya, gak mau berlian?" tanyanya memancing.
"Gak!"
"Kalo mobil?"
"Gak!"
"Apartemen?"
"Tetap Gak!"
Bara langsung berpikir keras. Kira-kira wanita suka apa ya, agar ngambeknya hilang.
"Jalan-jalan ke Mall?"
"Gak!"
"Shopping?"
"Tetap Enggak!"
"Kalo terong?"
Sepi...
Tak ada jawaban dari dalam. Zizi terdiam.
"Okeh aku kasih terong. Jadi buka pintunya dulu dong."
"Tetap gak mau.Terong bapak besar banget. Aku cuma mau pisah sama bapak!"
"Lah kemarin dibilang lepek kok sekarang?!" bingung Bara.
"Uhuk uhuk uhuk!"
Devano yang ada di belakang Bara langsung terbatuk-batuk. Dan wajah Bara langsung memerah karena malu.
"Kok jadi ngomongin terong pak? Lagi panen ya?"
"Devano!!!"
🌻
Nah lho...
Like Like Like
Komen Komen Komen
trus devano gimana dong, ..ga kasian, dia blm kesurga thor 😀