Di tahun terakhir mereka sebagai siswa kelas 3 SMA, Karin dan Arga dikenal sebagai musuh bebuyutan. Mereka sering bertengkar, tidak pernah sepakat dalam apapun. Namun, semua berubah di sebuah pesta ulang tahun teman mereka.
Dalam suasana pesta yang hingar-bingar, keduanya terjebak dalam momen yang tidak terduga. Alkohol yang mengalir bebas membuat mereka kehilangan kendali, hingga tanpa sengaja bertemu di toilet dan melakukan sebuah kesalahan besar—sebuah malam yang tidak pernah mereka bayangkan akan terjadi.
Setelah malam itu, mereka mencoba melupakan dan menganggapnya sebagai kejadian sekali yang tidak berarti. Namun, hidup tidak semudah itu. Beberapa minggu kemudian, Karin mendapati dirinya hamil. Dalam sekejap, dunia mereka runtuh.
Tak hanya harus menghadapi kenyataan besar ini, mereka juga harus memikirkan bagaimana menghadapinya di tengah sekolah, teman-teman, keluarga, dan masa depan yang seakan hancur.
Apakah mereka akan saling menyalahkan? Atau bisakah kesalahan ini menjadi awal dari sesuatu yang tidak terduga? Novel ini mengisahkan tentang penyesalan, tanggung jawab, dan bagaimana satu malam dapat mengubah seluruh hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardianna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jam Istirahat
Karin yang berjalan bersama Bela, Sarah, dan Intan, lewat di blakang meja Arga dan gengnya, dan arga yang duduk di pinggir.
Karin (berusaha untuk memancing reaksi, pura-pura jatuh): "Aduh, esnya!" (menjatuhkan es yang dipegangnya dengan sengaja, menimpanya ke punggung Arga)
Arga (terkejut dan kesal, berbalik menatap Karin): "Anjing!"
Karin (mencoba terlihat tulus, dengan nada malas): "Eh, sorry deh."
Arga (masih kesal, dengan nada menegur): "Lo bisa nggak sih nggak cari masalah sama gue?"
Karin (dengan nada dingin dan sedikit mengejek): "Nih, gue kasih kaca ya ke lo. Simpen baik-baik.”
Teman-teman Arga (tertawa dan mulai ngeledek, menikmati drama kecil di depan mereka):
Danendra (menertawakan situasi): “Makin seru aja hari ini, tom and jerry kelas kita.”
Cicio (dengan nada menggoda): "Kayaknya lo udah jadi bahan tertawaan di sini"
Bibo (bercanda, sambil melirik Arga dan Karin): "Kalian berdua lucu banget sih. Jadi, siapa yang bakal kalah kalau ada kompetisi berantem?"
Tino (tersenyum lebar): "Gue rasa sih, ini masih pemanasan.”
Denandra (mengangguk setuju sambil tertawa)
Arga (masih marah, tapi mulai terlihat agak malu): "Kalian semua, diem. Bercanda mulu.”
Karin (sambil melirik Arga dengan nada mengejek): "Gak usah marah, Arga."
Intan (tersenyum sambil melihat reaksi Arga dan Karin): "Kalian berdua emang seru banget. Tapi jangan terlalu sering berantem juga, ya."
Sarah (mengangguk setuju): " Yuk, kita makan aja."
Dengan suasana yang lebih ceria, teman-teman Karin dan Arga kembali ke aktivitas mereka, sementara Karin dan teman-temannya menuju ke meja mereka di kantin, tertawa dan bercanda tentang kejadian tersebut.
Karin dan teman-temannya duduk di meja mereka, dengan makanan yang sudah terhidang. Galang duduk di meja pojok, tampak sendirian dan sedang makan sambil memandang sekeliling.
Bela (melirik ke arah Galang sambil mengunyah makanan): "Eh, itu si Galang, ya? Keliatan keren banget dia, ya?"
Sarah (mengangguk, sambil menyendok makanan): "Iya, sih. Gue juga baru nyadar dia tuh punya aura cool gitu. Kenapa si dia harus sendirian? Kasian kan aku jadinya”
Intan (memotong makanan dan memandang Galang): "Mungkin cuma karena dia murid baru.”
Bela (mengangkat bahu dengan nada santai): "Tapi gue suka sih, dia keliatan tenang dan kalem. Kayaknya asik diajak ngobrol."
Intan (dengan nada skeptis): "Mungkin aja."
Sarah (tersenyum, sambil mengaduk makanannya): "Bener juga sih. Nanti juga bisa lebih kenal dia kalau kita sering ketemu."
Bela (mengambil minum dan meneguknya): "Iya, mending makan aja dulu deh."
Intan (sambil tertawa): "Iya, kalau udah jadi bahan pembicaraan, pasti ada sesuatu yang menarik dari dia."
Karin (tersenyum sambil menatap Galang dari jauh): "mari kita makan dulu aja."
Jam istirahat berakhir, dan Karin serta teman-temannya bersiap untuk kembali ke kelas. Saat mereka hendak melangkah, tiba-tiba Arga muncul dan menarik Karin dengan kasar.
Arga (menarik tangan Karin dengan tegas): "Ikut gue."
Karin (meronta-ronta, merasa kesakitan): "Sakit, anjing! Lepas!"
Arga (tetap menarik Karin): "Lo bisa diem nggak? Ikut gue."
Tiba-tiba, Galang muncul dan menyentuh bahu Arga.
Galang (dengan nada serius dan tegas): "Lepasin."
Arga (melirik Galang dengan marah): "Nggak usah ikut campur!"
Galang (menghadapi Arga, dengan nada keras): "Gue nggak suka liat perempuan dikasarin."
Arga (marah, dengan nada penuh amarah): "Gue bilang nggak usah ikut campur, bangsat!"
Galang (menatap Arga dengan tajam): "Lo punya masalah di rumah ya? Apa lo dikasarin sama ortu lo?"
Arga (terlihat semakin marah, dengan nada menghina): "Diem, anjing! Lo baru disini, jangan sok tau!"
Galang (dengan keteguhan): "Gue nggak takut."
Arga (tanpa ampun, langsung menonjok Galang di wajah): "Gue bilang diem!"
Karin (terkejut, sambil berteriak): "Arga, stop! Gue laporin nanti!"
Arga (menatap Karin dengan marah, lalu berbalik dan pergi meninggalkan mereka berdua)
Setelah Arga pergi, Karin menatap Galang dengan rasa terima kasih dan sedikit cemas.
Karin (menyesal dan dengan nada lembut): "Galang, maaf gara-gara gue."
Galang (menenangkan Karin, sambil tersenyum): "Santai aja. Yuk, masuk kelas."
Karin (tersenyum lega dan memegang tangan Galang): "Oke, yuk."
Mereka berdua berjalan ke arah kelas, bergandengan tangan, dengan suasana yang sedikit tegang namun penuh rasa syukur karena Galang telah membantu dan melindungi Karin dari situasi yang tidak menyenangkan.
Karin dan Galang masuk ke kelas, dan semua teman-teman Karin segera menghampiri mereka dengan ekspresi khawatir.
Bela (langsung menghampiri Karin, dengan nada cemas): "Karin, lo oke? Tadi ada apa sih?"
Intan (menambahkan, terlihat khawatir): "Iya, Karin. Tadi lo sempat ditarik-tarik sama Arga. Ada apa?"
Sarah (memperhatikan wajah Karin, dengan nada penasaran): "Lo baik-baik aja, kan?"
Karin (sambil duduk di bangkunya, terlihat sedikit lelah): "Iya, gue baik-baik aja. Arga cuma marah-marah dan narik gue ke luar. Untung aja Galang datang dan nolongin."
Tria (dengan nada khawatir, sambil melihat Galang): "Galang, lo juga oke?.”
Galang (tersenyum sedikit, mencoba menenangkan suasana): "Gue oke kok.“
Bela (dengan nada mendukung): "Bagus deh kalau gitu. Tapi, lo harus hati-hati sama Arga. Gue rasa dia nggak sembarangan."
Intan (mengangguk setuju): "Iya, lo harus hati-hati. Jangan sampai kejadian kayak gitu terulang."
Sarah (menambahkan, sambil melihat Karin dengan penuh perhatian): "Kalo butuh bantuan atau ada apa-apa, jangan ragu untuk bilang, ya."
Karin (mengangguk dengan rasa terima kasih): "Iya, makasih banget, kalian. Gue juga makasih banget sama Galang."
Galang (sambil tersenyum, dengan nada ringan): "Santai aja, Karin. Gue cuma ngelakuin apa yang menurut gue benar."
Bela (dengan nada ceria, berusaha meredakan ketegangan): "Ya udah, kita fokus ke pelajaran aja. Yang penting sekarang semua aman."
Intan (mengangguk, dengan nada lembut)
Karin dan Galang (dengan senyum kecil, bersiap-siap untuk pelajaran, sementara teman-teman mereka melanjutkan percakapan ringan dan membuat suasana lebih santai di kelas).
semua siswa sudah berada di tempat duduk mereka ketika Arga akhirnya masuk ke kelas, tampak terlambat dan sedikit berantakan. Guru yang sudah berada di kelas langsung menegur.
Guru (dengan nada tegas): "Arga, dari mana kamu?."
Arga (dengan nada santai, dan sedikit dingin): "Dari toilet."
Guru (mengangguk, tanpa bertanya lebih lanjut): "Ya sudah, duduk."
Arga (duduk di bangkunya, tampak tidak terlalu peduli). Teman-teman Arga yang duduk di sekitaran mulai menanyakan keadaannya dengan rasa penasaran.
Riko (memandang Arga dengan cemas): "Arga, lo dari mana aja? Kenapa telat?"
Cicio (menambahkan, dengan nada ingin tahu): "Iya, lo ngapain di toilet lama banget? Ada apa?"
Arga (dengan nada misterius, sambil mengeluarkan buku): "Nanti gue ceritain."
Fano (memperhatikan Arga dengan penasaran): "Emangnya ada apa?"
Arga (dengan nada menutup pembicaraan): "Nggak ada apa-apa. Nanti gue cerita di tempat lo."
Teman-teman Arga mengangguk.
Guru (mengambil alih kelas): "Oke, semua. Mari kita mulai pelajaran hari ini."
Arga (mengambil buku dan menyiapkan alat tulis, bersiap mengikuti pelajaran).
Bersambung….