Kecelakaan mobil menewaskan kedua orangtua Aleesya saat berusia 5 tahun. Hanya Aleesya yang selamat dari kecelakaan maut itu. Dia diasuh oleh tante dan om-nya yang jahat.
Siap-siap banjir airmata yaa Readers !
Bagaimanakah nasib Aleesya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Titik Terang
Seminggu sudah pasangan romantis ini menghabiskan waktu bersama di resort itu. Alarich juga kalau malam kadang masih mengerjakan pekerjaannya di bantu Bastian. Sang istri tidak mem permasalahkannya. "Sebentar lagi ya sayang. Kamu tidur duluan yah!" Alarich membaringkan istrinya dan menyelimutinya. Aleesya pun terlelap duluan.
Sore nanti keduanya akan kembali kerumah mereka sendiri. Bukan kerumah orang tua Alarich. Dan Aleesya sendiri besok sesuai jadwal akan ke psikolog lagi mengikuti terapi rutin lalu mengecek kandungannya di temani mamah Winda.
Keduanya masih santai santai rebahan di kasur setelah pagi tadi jalan jalan mengelilingi sekitar resort. "Kamu bahagia sayang?" Tanya Alarich yang membelai lengan istrinya.
"Bahagia mas, terima kasih mas. Nanti kapan-kapan boleh ke sini lagi kan mas?" Ucap Aleesya pelan.
"Boleh sayang. Anything for you, my beautiful."
"Mas, tetap seperti ini jangan berubah." Lirih Alesya yang menelusup ke dada suaminya. Dia memeluknya dengan hangat.
"Tidak ada yang berubah dan tidak berubah! Sepertinya perut kamu sedikit buncit sayang. Sepertinya anak-anak papih semakin membesar, padahal baru 2 bulan kan hitunganku?" Ucap Alarich yang membuka kimono istrinya dia mengelus perut putih nan mulus itu.
"Iya mas kan ada dua dedenya. Kenapa mas? Perut aku jelek yah?" Aleesya menundukan dia menggigit bibir bawahnya.
"Putih begini di bilang jelek, kamu cantik sayang. Aku kan baru pertama kali mau punya anak jadi aku exited sayang." Alarich bangun dan mencium perut istrinya dengan lembut juga mendoakan anak-anakanya didalam sana. Aleesya membelai dengan lembut rambut sang suami. Dia bahagia sekali mempunyai suami seperti Alarich.
Keduanya mandi bersama sebelum makan siang. Selesai makan siang mereka jalan-jalan sebentar ke pantai sebelum pulang keduanya berjalan di pasir tanpa alas kaki. Alarich menggenggam jari-jari istrinya.
Dia juga memeluk istrinya dari belakang menikmati keindahan pantai dan deburan ombak serta angin semilir. Aleesya menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya.
Waktu mereka di habiskan dengan bercerita, tertawa, bermain, pokoknya keduanya bahagia sekali. "Selamanya sayang kita akan seperti ini. Aku mencintaimu Aleesya, sangat." CUP
Saatnya pulang mereka sudah bersiap-siap. Bastian dan Kenny juga sudah memasukan koper-koper majikannya. Anak buah Alarich sudah stand by menunggu di mobil.
"Mas aku mau ke toilet dulu boleh?" Tanya Aleesya. "Ayo aku antar!" Alarich langsung membawa istrinya menuju toilet. Ketika mereka berjalan kesana. Aleesya di tubruk oleh seseorang.
"Awhh..!" Teriak Aleesya. Reflek suaminya melirik istrinya juga melirik orang yang menabrak istrinya. "Anda apa-apaan? Lihat lihat kalau jalan!" Sentak Alarich.
Pria itu menunduk dan ketika mendongak ternyata Nathan. Sepupunya Alarich. "Ya ampun sorry, Al. Aku enggak sengaja. Aleesya kamu enggak apa-apa kan?" Tanya Nathan yang ingin menyentuh pundak Aleesya. Namun Alarich dengan cepat menghadangnya.
"Istriku baik baik saja. Iya kan sayang?" Alarich menjawab Nathan dengan ketus dan memastikan lagi mengecek istrinya. "Iya mas enggak apa-apa." Jawab Aleesya.
"Syukurlah. Sorry ya Aleesya aku enggak fokus." Ucap Nathan sembari menggaruk kepalanya.
"Kalau lebih dekat seperti ini kamu sangat menggoda sekali Aleesya. Bibir kamu .... Ahhh shit!!! Kenapa otakku jadi traveling gini sih? Inget Nathan dia istri orang!"
"Haloo kenapa kau?" Tanya Alarich sedikit meninggikan suaranya. Dan mengibaskan tangannya ke depan muka Nathan dan menggeplak pundak Nathan agar sadar.
Aleesya sendiri agak risih di tatap seperti itu oleh Nathan. Melihat Nathan yang memandang istrinya dengan lekat. Nathan yang di geplak pun langsung tersadar dia tersenyum kikuk. "Oh enggak. Ya sudah aku duluan yah klienku sudah menunggu!" Ucap Nathan dan pergi dari situ.
"Kenapa dia melihat istriku seperti itu? Awas saja kalau dia macam-macam!" Gumam Alarich dalam hatinya.
Mereka sekarang dalam perjalanan pulang kerumahnya. Sepanjang jalan Aleesya tidur di pelukan suaminya. Sungguh dia merasa lelah. Kepalanya agak sedikit pusing. Dia ingin istirahat sebelum sampai rumah.
-
-
Mereka sudah sampai kerumahnya dengan menempuh waktu 1 jam lebih. Aleesya pun masih tertidur. Alarich tidak membangunkan istrinya dia menggendongnya dari mobil ke kamarnya.
Alarich mengganti baju istrinya dalam keadaan tidur. Dia juga membalur kayu putih ke perut istrinya. Sepertinya Aleesya benar benar kelelahan. Selesai mengurus istrinya dia membersihkan diri di kamar mandi lalu turun ke bawah ke ruang kerjanya karena Bastian sudah menunggunya.
"Gimana Bas? Apa Lukman bertingkah?"
"Dia marah-marah boss. Katanya sih dia juga suka memukul salah satu pegawai di kantornya kalau sedang ada masalah. Ini boss saya sudah mendapat bukti bukti ke jahatan yang Lukman lakukan di kantor." Ucap Bastian sembari mem perlihatkan video di tabletnya.
"Dia juga suka bermain dengan sekertarisnya bernama Anita. Kita bisa memanfaatkan Anita. Dia wanita yang bekerja demi uang. Lewat Anita kita bisa mengorek informasi lebih dalam soal perusahaan itu. Dan ke pemilikan perusahaan itu atas nama non Aleesya secara SAH. Bukan bu Nania. Lukman sengaja merubah namanya menjadi Nania agar tidak ada yang curiga"
Ucap Bastian sambil memberikan amplop coklat berisi ke pemilikan SAH perusahaan Lukman. Bastian membayar seseorang di kantor Lukman untuk melaporkan setiap kejadian yang Lukman lakukan disana. Kinerja Bastian tidak perlu di ragukan lagi.
"Gi-la ...sepertinya dia sakit jiwa. Selidiki terus soal kecelakaan mertuaku dan siapa saja yang terlibat. Dan juga soal perusahaan itu kita harus segera membalikan nama ke pemilikkannya menjadi nama Aleesya lagi." Sahut Alarich yang masih melihat video itu dan membuka file di amplop coklat.
"Masih ada lagi boss, lihat ini dan perhatikan kedua pria itu."
Bastian memperlihatkan video seorang pria memakai masker turun dari truck yang menabrak mobil orang tua Aleesya. Pada bossnya itu.
"Kalau dari posturnya sepertinya bukan lukman. Dia lebih tinggi mungkin setinggi anda. Lihat boss, pria ini hanya diam di depan mobil itu. Lalu muncul pria satunya lagi membawa non Aleesya kecil. Kemungkinan pria yang membawa non Aleesya adalah Lukman" papar Bastian panjang lebar.
Alarich memperhatikan setiap detail kecelakaan itu dan dua pria yang ada disana. "Cari bukti lagi dan juga cari supir yang membawa truck itu. Lihat! Dia tidak turun. Hanya pria yang satunya turun." Ucap Alarich yang menunjuk pria yang masih ada di dalam truck.
Bastian reflek mendekatkan matanya ke layar laptop itu. "Benar boss. Tenang saja boss saya akan segera mencarinya." Jawab Bastian dengan cepat.
"### Lihat saja! Aku tidak akan membiarkan kalian lolos begitu saja setelah merenggut ke bahagiaan Aleesya-ku."
-
"Mas Al dimana? Mas...!" Aleesya sedikit berteriak mencari suaminya. Dia sudah bangun dari tidurnya. Si mbok mendekati majikannya itu. "Non, sudah bangun? Mau makan sekarang non, biar si mbok siapkan?" Ucap si mbok Inem.
"Eum boleh mbok, kalau ada sama mangga yah di potong kecil kecil aja. Terima kasih ya mbok." Jawab Aleesya dengan lembut. Si mbok pun pamit ke dapur menyiapkan makanan dan cemilan Aleesya.
Aleesya mencari lagi dia pergi ke ruang kerja suaminya.
"Mas kamu di dalam?" Tanya Aleesya yang mengetuk pintu dari luar. Bastian yang membuka pintu itu. "Silahkan masuk non, tuan di dalam!" Ucap Bastian dia mempersilahkan non Aleesya masuk ke dalam.
Istri Alarich itu pun masuk ke dalam dengan sopan. Alarich berdiri menghampiri istrinya. Memeluknya dan menghirup aroma mint dari istrinya yang wangi. "Kangen yah cari aku hmm?" CUP
"Mas jangan jauh-jauh dari aku." Rengek Aleesya yang sedikit manja. Dia juga malah menangis. "Kok nangis sayang? Aku enggak kemana-mana sayang aku disini." Alarich mengusap ngusap punggung istrinya.
"Aku mimpi buruk mas. Aku mimpi mas meninggalkan aku sama seperti mamah dan papah."
"Tidak akan sayang. Kita akan selalu bersama."