Veltika Chiara Andung tak pernah membayangkan hidupnya akan jungkir balik dalam sekejap. Di usia senja, ayahnya memutuskan menikah lagi dengan seorang perempuan misterius yang memiliki anak lelaki bernama Denis Irwin Jatmiko. Namun, tak ada yang lebih mengejutkan dibanding fakta bahwa Denis adalah pria yang pernah mengisi malam-malam rahasia Veltika.
Kini, Veltika harus menghadapi kenyataan menjadi saudara tiri Denis, sambil menyembunyikan kebenaran di balik hubungan mereka. Di tengah konflik keluarga yang rumit, masa lalu mereka perlahan kembali menyeruak, mengguncang hati Veltika.
Akankah hubungan terlarang ini menjadi bumerang, atau malah membawa mereka pada takdir yang tak terduga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NinLugas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Latar belakang Keluarga Andung
Andung Bramanta, ayah Veltika, lahir dan tumbuh di tengah kemewahan keluarga besar Andung yang dikenal sebagai salah satu dinasti bisnis paling berpengaruh di negeri ini. Hardani Andung, kakek buyutnya, adalah seorang visioner yang membangun kerajaan bisnis di bidang pertambangan batubara sejak awal abad ke-20. Dengan tekad dan kecerdasannya, Hardani menjadikan nama Andung sebagai simbol kekayaan dan kekuasaan. Wilayah pertambangan yang dikelola keluarga Andung tersebar di berbagai pelosok negeri, menghasilkan sumber daya yang tak hanya menghidupi keluarga mereka tetapi juga memberikan dampak besar pada perekonomian nasional.
Sebagai pewaris langsung, Andung Bramanta menikmati hasil jerih payah leluhurnya. Ia mewarisi keahlian bisnis dari kakeknya dan memperluas pengaruh perusahaan keluarga ke sektor energi dan properti. Namun, kehidupan pribadi Andung jauh dari sederhana. Setelah kehilangan istrinya—ibu Veltika—di usia muda, ia memfokuskan hidupnya untuk membesarkan Veltika dan mengelola kekayaan keluarga. Meski begitu, keputusan Andung untuk menikah kembali menjadi salah satu babak paling kontroversial dalam hidupnya, mengingatkan banyak pihak bahwa di balik kesuksesannya, ia tetaplah manusia biasa dengan kerentanan dan kebutuhan akan cinta.
Sementara Andung tetap memegang kendali di bisnis inti keluarga, Veltika memilih jalan yang berbeda. Alih-alih terjun langsung ke bisnis batubara, ia menciptakan jalannya sendiri di dunia desain interior. Veltika melihat peluang besar untuk membangun reputasi keluarga Andung di bidang yang lebih kreatif dan modern. Dengan ambisi dan visi yang tajam, ia mendirikan sebuah firma desain interior yang tidak hanya berhasil tetapi juga menjadi pionir dalam menciptakan ruang yang elegan dan fungsional.
Keputusan Veltika untuk menempuh jalan ini awalnya sempat dipandang sebelah mata oleh beberapa anggota keluarga besar Andung. Namun, kerja keras dan keberhasilannya dalam menghadirkan proyek-proyek berkelas, mulai dari residensial mewah hingga gedung perkantoran modern, membuat semua orang terdiam. Dalam waktu singkat, Veltika menjadi nama besar di industri desain, membuktikan bahwa darah Andung tetap mengalir kuat di nadinya, meski ia memilih jalur yang berbeda dari tradisi keluarga.
Kini, meskipun Veltika dan ayahnya memiliki bidang yang berbeda, hubungan mereka tetap saling melengkapi. Kekayaan keluarga Andung yang diwariskan dari bisnis batubara menjadi pondasi kuat bagi setiap langkah yang mereka ambil. Namun, di balik semua itu, ada tantangan emosional dan konflik internal yang terus menjadi bagian dari perjalanan hidup mereka, terutama sejak keluarga mereka kembali dipersatukan dengan cara yang tak terduga.
Caroline Surya Jatmiko lahir sebagai putri bungsu dari keluarga Surya Jatmiko, salah satu pelaku bisnis ekspor terbesar di tanah air. Perusahaan keluarganya, yang bergerak dalam perdagangan hasil bumi seperti rempah-rempah, kayu, dan produk agrikultur, telah berdiri sejak era kolonial dan terus berkembang hingga kini. Caroline tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan tradisi, namun juga penuh dengan ambisi dan tekanan untuk mempertahankan nama besar keluarganya. Dengan latar belakang seperti itu, ia terbiasa tampil sempurna di hadapan publik, menguasai etiket, dan berbicara dengan percaya diri di berbagai acara sosial.
Pertemuan antara Caroline dan Andung Bramanta terjadi dalam sebuah acara makan malam eksklusif yang diadakan oleh keluarga besar Hardani Andung. Acara itu bukan sekadar pertemuan keluarga, tetapi juga sebuah ajang mempererat relasi bisnis antar-generasi. Kakek Denis, salah satu tokoh sentral dalam keluarga Jatmiko, memiliki hubungan erat dengan keluarga Andung melalui kemitraan bisnis yang telah berlangsung selama beberapa dekade. Dalam acara tersebut, Caroline hadir bersama keluarganya, mengenakan gaun anggun yang memancarkan aura elegansi.
Andung Bramanta, yang saat itu sedang dalam masa berkabung setelah kepergian istrinya, awalnya hanya berniat menghadiri acara tersebut untuk menjaga hubungan baik dengan mitra keluarga. Namun, kehadiran Caroline yang anggun dan penuh pesona menarik perhatiannya. Di tengah percakapan-percakapan formal yang berlangsung sepanjang malam, Caroline dan Andung terlibat dalam diskusi ringan yang berujung pada ketertarikan satu sama lain.
Caroline, dengan kepribadian yang lembut namun cerdas, menawarkan sudut pandang yang berbeda terhadap kehidupan. Ia tidak hanya memikat Andung dengan kecantikannya, tetapi juga dengan kemampuannya memahami situasi kompleks di balik bisnis keluarga. Percakapan mereka mengalir begitu alami, membuat Andung merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya selama ini—dan Caroline seperti jawaban atas kekosongan tersebut.
Pertemuan malam itu menjadi awal dari hubungan yang lambat namun penuh arti. Keduanya saling melengkapi, dengan Caroline yang membawa sentuhan kehangatan dalam hidup Andung, dan Andung yang memberikan rasa aman serta stabilitas di tengah dinamika keluarga besar Caroline. Namun, pernikahan mereka tidak hanya membawa kebahagiaan, tetapi juga tantangan besar, terutama bagi Veltika dan Denis yang kini harus berbagi keluarga baru dengan masa lalu yang tak terelakkan.
***
"Ayah boleh menikah lagi?" tanya Andung Bramanta dengan nada hati-hati sambil menatap Veltika yang sedang sibuk menggambar di atas sketsa desain interiornya.
Veltika terdiam sejenak. Pensil yang dipegangnya berhenti di tengah garis yang hampir sempurna. Ia menoleh perlahan ke arah ayahnya, menatap wajah lelaki paruh baya itu yang tampak penuh keraguan dan kekhawatiran. Bagi Veltika, ayahnya adalah sosok yang selalu kuat dan tegas, namun malam itu, tatapan matanya memancarkan sesuatu yang berbeda—kerapuhan yang jarang ia tunjukkan.
"Kenapa Ayah bertanya seperti itu?" balas Veltika dengan nada hati-hati pula, mencoba membaca situasi.
Andung Bramanta menghela napas panjang sebelum menjawab. "Ayah tahu, ini mungkin terlalu cepat. Tapi Ayah merasa... kesepian sejak ibumu meninggalkan kita." Suaranya terdengar berat. "Dan Ayah bertemu seseorang yang... membuat Ayah merasa hidup kembali."
Hati Veltika mencelos. Ia tahu ayahnya mencintai ibunya dengan tulus, dan kehilangan itu masih terasa meski waktu terus berjalan. Namun, mendengar bahwa ada orang lain yang kini mengisi ruang kosong itu membuatnya merasa terombang-ambing antara memahami perasaan ayahnya dan ketidaknyamanan akan perubahan besar yang mungkin terjadi.
"Siapa dia?" tanya Veltika, menekan nada suaranya agar tetap tenang.
"Namanya Caroline," jawab Andung. "Dia wanita yang baik, pintar, dan—Ayah rasa kamu akan menyukainya. Tapi Ayah tidak ingin melangkah lebih jauh tanpa restumu, Vel. Kamu adalah satu-satunya yang Ayah punya."
Veltika terdiam, pikirannya berputar-putar. Sebagian dari dirinya ingin menolak, ingin mempertahankan status quo yang selama ini menjadi dunianya bersama sang ayah. Tapi ia juga melihat kerinduan di mata Andung, keinginan untuk bahagia yang tulus. Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, Veltika akhirnya berkata dengan pelan, "Kalau Ayah bahagia, aku akan mencoba menerima."
Andung tersenyum tipis, penuh rasa syukur. Ia mengulurkan tangan, menggenggam tangan putrinya dengan erat. "Terima kasih, Vel. Ayah janji, ini tidak akan mengubah cinta Ayah untukmu."
Namun, jauh di lubuk hatinya, Veltika tahu bahwa menerima dan menghadapi kenyataan adalah dua hal yang berbeda. Sore itu, ia menyadari bahwa hidupnya akan segera berubah, meski ia belum sepenuhnya siap.