Emily, 25 tahun. Dia harus terjebak diantara permintaan bos nya untuk bisa diterima menjadi sekretaris di PT Dinar Sastra.
Satria,35 tahun . Pimpinan yg dikenal dingin dan jutek itu memiliki kepribadian unik. Tempramental dan manja seperti layaknya bayi .
Namun, siapa sangka seiring berjalannya waktu bersama mereka berdua menumbuh kan rasa cinta tetapi bagaimana status Satria yg masih memiliki istri ?,Bisakah mereka bersatu diantara kecaman keluarga mereka..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lulu Berlian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Sore hari Catrine memberanikan diri untuk keluar rumah , dandanannya saat ini benar benar seperti buronan yg tak ingin di ketahui .
Kacamata hitam ,topi dan jaket tebal ia berlari memasuki mobilnya tak perduli bahwasannya di dalam rumah itu masih ada sang kekasih yg tertidur pulas setelah pertempuran hebat mereka .
Memastikan sekali lagi samarannya terlihat sudah tidak di kenali , Catrine turun dari mobil memasuki toko buah yg terlihat sedang sepi pengunjung.
"Sekalian di bikin parcel " Ujar Catrine , sembari membuka dompetnya mengeluarkan empat lembar uang berwarna merah .
Penjual itu terlihat cekatan melihat pengunjungnya sepertinya sedang di buru buru terlihat dari gerak gerik tubuhnya yg gelisah .
"Ini mbak ..!"
Catrine segera mengambilnya tanpa perlu mengucapkan terima kasih segera mengambil bingkisan buah lalu kembali memasuki mobil tujuannya kali ini adalah ke rumah sang mertua.
Butuh satu jam lebih berkendara itu pun di atas rata-rata ,karena ia tidak ingin kemaleman yg akan membiayai mertuanya sudah lebih dulu sampai rumah.
Sesampainya di gerbang langsung di sambut oleh penjaga membukakan dengan segera karena mereka sudah tau itu adalah mobil menantu nyonya . Catrine membuka kacamata ,topi dan jaket tebalnya ,terlihat di pelataran depan tukang kebun menyirami tanaman . Seharusnya untuk hal menyiram biasanya sang mertualah .
"Ingin ketemu nyonya ,Non .?" Sambut sang penjaga ,langkahnya dengan sudah payah menyamai langkah kaki Catrine karena wanita itu berjalan sangat terburu-buru .
"Iya .."
"Nyonya ada di dalem ,Non .Mau saya pang..."
"Tidak perlu." Catrine kini sudah berada di depan pintu ,ketika tangannya ingin memegang handle pintu itu terbuka menampilkan sosok pria paruh baya yg melihatnya sembari mengerutkan kening.
Catrine segera menyunggingkan senyum manisnya.
"Sore Yah ,Maaf Catrine berkunjung tanpa memberitahu."
"Iya .." Wiratama hanya merespon sekilas tanpa ada senyuman atau ekspresi lainnya .Lurus dan datar bahkan tidak memandang menantu nya itu memilih melihat ke luar di mana pelataran sedikit becek sehabis di siram .
"Ibu ada ,Yah ..?" Wiratama mengangguk ,ia berjalan keluar begitu saja .
"Pak Santoso jangan terlalu becek nyiramnya"
Catrine tersenyum sumringah , walaupun mertuanya itu cuek ia sedikit di perhatikan pasti tidak ingin dirinya terpeset karena pelataran depan becek.
"Ibu. " Catrine melihat wanita paruh baya sedang duduk di kursi belakang ,tangannya akhir menjahit sepertinya sedang membuat sesuatu .
"Eh ..Mantu ibu .Ya ampun..sini Nak .Sama siapa ke sini ?" Sambut Andin dengan riang ,menepuk bangku kayu di samping nya.
"Sendirian, Bu. "
Wajah Andin berubah menjadi sendu .
"Lah kok sendirian, kenapa gak telepon Satria suruh jemput kalo mau ke sini ."
Catrine hanya tersenyum tipis ,wajahnya berubah menjadi sendu .
"Mungkin Mas Satria sedang sibuk ,Bu ."
"Ya ampun , walaupun sedang sibuk ya tetep ngeliat istrinya lagi hamil gede gini bawa mobil sendirian apa enggak khawatir."
Catrine tak menjawab ,ini dia saatnya untuk menunjukkan rasa prihatin .Jika anaknya sudah tidak bisa didekati maka ibunya lah
salah satu jalannya.
"Kamu udah makan belum, Nak ?kok makin kurus gini ?"
Catrine pun tak mengingat kapan terakhir kali dirinya makan ,selama beberapa hari ini hanya mabuk mabukan jika merasa lapar paling makan roti dan cemilan .
"Mau makan dulu enggak ?"
Catrine menggeleng ."Nanti saja Bu kita bisa makan bareng ."
Bu Andin terlihat tersenyum senang menatap menantu nya itu penuh pengharapan .
"Ini yg ibu inginkan ,Nak .Kita bisa masak bareng ,makan bareng bahkan melakukan apapun bersama. Liat ,ibu sedang merajut buat cucu ibu nanti."
Catrine mengembuskan napas jengah ,Cucu ? Kenapa semua orang seperti menginginkan kehadiran bayi ini ? Dirinya yg mengandung saja tidak perduli toh dengan adanya bayi ini atau tidak sama saja .
"Kamu udah USG belum ,Nak ?Gimana cucu ibu ? Laki-laki atau perempuan ?Biar ibu bisa siapkan warna yg cantik buat dia ."
Wajah Catrine berubah menjadi senduembuat Bu Andin terlihat keheranan. Mengelus pipi sang menantu yg terlihat kurus belakangan ini .
"Kamu kenapa ,Nak ? Ada masalah? Cerita sama ibu ."
Catrine mendongak menatap wajah sang mertua.
"Sebenarnya ada yg ingin Catrine bicarakan ,Bu .!"
"Apa itu Nak ?ngomong aja sama ibu ,siapa tau ibu bisa bantu."
"Itu masalahnya, Bu .Mas Satria saat ini udah bener bener enggak perduli lagi sama Catrine."
"Loh kok gitu ? Memang Satria kenapa Nak ?Satria main tangan sama kamu ? Kok sekarang kurusan ."
Catrine menggeleng dengan tidak semangat .
"Tidak Bu ,hanya saja Mas Satria sudah berhenti ngasih nafkah ke Catrine."
"Ya Tuhan , kenapa kamu gak bilang Nak .?"
"Catrine takut Bu "
"Ini alasan cucu ibu belum di USG selama ini ?"
Catrine mengangguk lemah .
"Maaf ya Bu , bukannya Catrine gak sayang sama dia .Hanya saja keadaan butik Catrine pun sedang mengalami penurunan."
Bu Andin memeluk menantunya sembari tersendu.
"Maafkan anak ibu ya sayang . Satria tidak pernah ibu didik menjadi pria yg lepas tanggung jawab seperti ini. "
Catrine mengangguk seraya membalas pelukan sang mertua .Diam diam ia tersenyum miring ,kenapa dari dulu tidak terpikirkan .Jika anaknya sudah tidak bisa di dekati maka dekati ibunya .Benar kan ,wanita ini langsung luluh.
Bu Andin melepaskan pelukannya sembari mengusap air matanya.
"Ibu ada beberapa perhiasan ,pakai saja ,Nak. Berikan cucu ibu ini makanan yg bergizi kamu kurus banget sayang."
Catrine menggeleng, menggenggam tangan mertuanya .
"Enggak ,Bu. Catrine takut Mas Satria tau ,nanti dia tambah marah."
"Enggak akan ada yg bisa marahin kamu , sayang. Orang itu pasti akan berhadapan sama ibu , sebentar ibu ambilkan ya ..!"
Selepas peninggalan sang mertua Catrine bersorak kegirangan dalam hati .Segera membuka ponselnya memberi kabar kepada kekasihnya malam ini mereka akan berpesta
bersama hingga mabuk.
"Ini Nak ,jika kurang bilang sama ibu enggak perlu merasa canggung .Kamu sudah di anggap sebagai anak ibu sendiri."
Catrine melotot melihat kotak perhiasan di hadapannya , tangannya gemetar kala menyentuh kilauan itu .Tidak menyangka mertuanya bisa memiliki perhiasan sebanyak ini jika di jual maka pasti milyaran rupiah karena ia tau itu adalah rancangan limited .
"Bu Catrine gak tau lagi mau bilang apa , makasih banyak." Catrine memeluk erat tubuh Andin sembari tersenyum puas ,hatinya berbunga saat ini bayangan kemewahan kembali menghampiri setelah selama delapan bulan ini Satria benar benar menghentikan pengucuran dana kepadanya.
"Sama sama sayang ,biar nanti ibu yg bicara sama Satria ." Sontak saja Catrine melepaskan pelukannya wajahnya terlihat panik .
"Jangan Bu ,nanti Mas Satria marah .Dia tau Catrine minta minta ke ibu ."
Bu Andin menggeleng ." Untuk yg satu itu ibu tidak akan bilang ,Sayang .Ini tulus ibu berikan biar cucu ibu ini makan enak "