Rindunya adalah hal terlarang. Bagaikan sebuah bom waktu yang perlahan akan meledak di hadapannya. Dia sadar akan kesalahan ini. Namun, dia sudah terlanjur masuk ke dalam cinta yang berada di atas kebohongan dan mimpi yang semu. Hanya sebuah harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan.
Ketika hubungan terjalin di atas permintaan keluarga, dan berakhir dengan keduanya bertemu orang lain yang perlahan menggoyahkan keyakinan hatinya.
Antara Benji dan Nirmala yang perlahan masuk ke dalam hubungan sepasang kekasih ini dan menggoyahkan komitmen atas nama cinta itu yang kini mulai meragu, benarkah yang mereka rasakan adalah cinta?
"Tidak ada hal indah yang selamanya di dunia ini. Pelangi dan senja tetap pergi tanpa menjanjikan akan kembali esok hari"
Kesalahan yang dia buat, sejak hari dia bersedia untuk bersamanya. Ini bukan tentang kisah romantis, hanya tentang hati yang terpenjara atas cinta semu.
Antara cinta dan logika yang harus dipertimbangkan. Entah mana yang akan menang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trauma
Ketika sampai di sebuah rumah yang di pinggiran Kota, rumah bergaya klasik ini tentunya bukan sebuah Rumah biasa saja. Di sampingnya ada danau buatan.
Galen langsung turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam Rumah itu. Ketika dia sampai disana, dia melihat Xavier yang sedang duduk santai di sebuah sofa. Tangan Galen mengepal kuat, dia menghampirinya dan langsung melayangkan sebuah pukulan keras di wajah Xavier.
Tubuh Xavier sampai terjatuh dari atas sofa ke atas lantai. Dia menatap Galen dengan matanya yang tajam, langsung berdiri dan membalas pukulan Galen. Keduanya benar-benar saling melempar pukulan keras. Galen menindih tubuh Xavier di bawahnya.
"Aku tidak akan melepaskanmu yang sudah membuat wanitaku terluka seperti itu! Ingat Xavier, aku tidak akan melepaskan siapapun orang yang berani menyakiti wanitaku!"
Xavier malah tertawa melihat kemarahan Galen saat ini. Sedikit ujung bibirnya yang berdarah. "Kau memang bodoh ya! Kau pikir aku yang sudah membuat Nirmala seperti itu? Ck, sebaiknya kau minta maaf sekarang, karena kau akan tahu siapa yang sebenarnya menculik Nirmala. Aku berada disini, karena aku yang pertama kali menemukan keberadaannya tanpa sengaja disini"
Galen terdiam, dia turun dari atas tubuh Xavier dan melepaskan cengkraman kuat tangannya di kerah baju Xavier. Menatapnya dengan tajam.
"Apa maksudmu?"
Xavier terkekeh, dia bangun dan terduduk disamping Galen saat ini. "Kau pikir aku sebenci itu padamu sampai harus melakukan hal kriminal seperti ini. Aku juga bukan orang bodoh"
"Jadi siapa yang melakukan ini? Tidak perlu bertele-tele"
Tepat pada saat itu, Johan datang dengan dua orang suruhan mereka. Membawa satu orang yang keadaannya sudah tidak baik-baik saja. Banyak bekas pukulan di wajahnya, bahkan darahnya banyak menetes pada pakaian yang dia kenakan.
"Dia yang telah menculik Nona" ucap Johan, dia mengangkat wajah pria itu yang sejak tadi hanya menunduk.
"Dia..."
Galen bahkan tidak dapat berkata-kata saat melihat wajah pria itu.
*
Kelopak mata yang bengkak itu, perlahan bergerak. Sekujur tubuhnya terasa begitu sakit. Sedikit mengerjapkan matanya, saat cahaya yang masuk ke kornea matanya membuat dia merasa perih.
"Nona, Nona"
Suara yang masih terdengar samar di telinganya, membuat dia kembali membuka matanya. Perlahan dia mulai bisa menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam kornea matanya. Melirik ke samping dan dia melihat seorang wanita berpakaian serba putih disana.
Apa aku sudah mati? Dimana aku berada sekarang?
Terakhir kali yang dia ingat adalah ketika dia di kurung di sebuah ruangan gelap. Lalu datang beberapa orang yang membuat keributan, dan setelah itu dia tidak sadar lagi apa yang terjadi sampai dia berada di tempat ini.
"Nona, bagaimana perasaan anda? Apa anda mengingat apa yang terjadi? Apa ada bagian yang terasa sakit sekali?"
Nirmala masih begitu kebingungan dan linglung dengan keadaannya sekarang. Dia masih mencoba mengumpulkan nyawanya, terdiam dengan tatapan yang bingung. Ada sebuah ketakutan besar dalam dirinya, seperti sebuah trauma yang ada dalam dirinya sekarang.
"Aaa.. Jangan sentuh aku!"
Seketika Dokter menghentikan tangannya yang akan memeriksa keadaannya. Nirmala langsung menjerit dengan tatapan yang gelisah dan penuh ketakutan.
"Nona, anda tenang dulu. Saya hanya ingin memeriksa keadaan anda"
"Tidak! Jangan sentuh aku! Jangan... Tolong jangan sentuh aku"
Nirmala malah semakin histeris, sudah tidak bisa dikendalikan. Dia bahkan ingin turun dari ranjang pasien dan ingin melepaskan paksa jarum infus di atas punggung tangannya.
"Suster, berikan suntikan penenang"
"Baik Dok"
Nirmala masih terus histeris, Dokter yang memeluk tubuhnya agar dia tidak mencoba untuk melepaskan infus yang terpasang di tangannya. Nirmala terus berteriak histeris dengan kalimat yang sama. Jangan sentuh aku!
"Jangan sentuh aku, tolong jangan sen-tuh a-ku" Perlahan matanya terpejam kembali dan tubuhnya lemas, Dokter segera membaringkan dia kembali.
"Suster, hubungi Tuan Galen. Dan kita harus memeriksa lebih lanjut tentang keadaannya"
"Baik Dok"
Setelah mendapatkan telepon dari Rumah Sakit, Galen langsung meluncur pergi ke Rumah Sakit. Dan saat ini, dia berdiri di dekat ranjang pasien, menatap Nirmala yang tertidur dengan tangan yang mengepal kuat.
Melihat wajah Nirmala yang banyak bekas luka dan lebam. Bahkan kelopak matanya juga bengkak dengan luka lebam di sekitarnya. Galen baru saja mendengarkan penjelasan Dokter jika Nirmala mengidap trauma akut dari kejadian traumatik sekarang. Kejadian traumatik adalah kejadian buruk atau tidak menyenangkan yang dimaknai secara mendalam oleh seseorang.
"Bagaimana cara mengatasinya?"
"Mungkin Nona harus menjalani psikoterapi, yaitu terapi psikologis untuk mengendalikan cara berpikir dan perasaan yang berhubungan dengan trauma. Psikoterapi yang umum dilakukan untuk mengatasi trauma adalah cognitive behavioral therapy (CBT) dan somatic experiencing. Dan saya juga akan memberikan beberapa obat untuk sedikit menenangkan Nona ketika ketakutannya kembali muncul"
Dan saat ini Galen benar-benar merasa hatinya tercabik-cabik ketika mendengar semua penjelasan Dokter. Keadaan wanitanya sampai seperti ini karena ulah pria sialan yang sudah menculiknya karena obsesi dan dendam.
Galen merogoh ponsel dari saku celananya, menghubungi Johan.
"Jangan biarkan dia lolos, tetap tahan dia sampai aku puas membuatnya menderita lebih dari yang wanitaku rasakan!"
"Baik"
Galen melihat ponselnya, dia tidak sempat mengecek ponselnya sejak dia pergi dari pernikahannya. Banyak panggilan tak terjawab dari orang tuanya dan juga Laura. Galen membuka pesan dari Laura.
Bagaimana? Apa kau menemukan keberadaan Nirma?
Galen langsung menelepon Laura, dia tahu jika yang paling peduli pada Nirmala dalam keluarganya hanyalah Laura.
"Hallo, bagaimana Galen? Apa kau bertemu dengan Nirma? Bagaimana keadaannya?"
"Dia sudah bersamaku, keadaannya tidak bisa disebut baik. Sebaiknya kau datang kesini, untuk menemaninya. Tapi, jangan beritahu siapapun. Hanya kau yang tahu tentang keberadaannya untuk saat ini. Jangan dulu memberitahu orang lain, termasuk orang tuamu. Karena aku masih harus menyelidiki sesuatu"
"Baiklah, kirim alamatnya padaku. Aku akan pergi sekarang"
Galen menutup sambungan telepon, dan dia segera mengirimkan lokasinya sekarang pada Laura. Kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celana. Galen duduk di pinggir tempat tidur, meraih tangan Nirmala dan mengenggamnya lembut.
"Aku disini sekarang, kamu tidak perlu takut lagi" ucapnya dengan mengecup punggung tangan Nirmala.
"Jangan sentuh aku"
Masih terdengar lirih suara Nirmala yang masih mengucapkan hal yang sama. Sungguh, hati Galen benar-benar terasa begitu sakit melihat wanitanya sampai ketakutan seperti ini.
"Tidak akan ada yang berani menyentuhmu lagi selain aku. Sial, apa saja yang telah pria sialan itu lakukan pada Nirmaku"
Kemarahan Galen semakin besar, dia tidak akan pernah rela jika wanitanya sampai disiksa seperti ini.
Bersambung
lanjut kak tetap semangat 💪💪💪