Fahira Salsabila, seorang wanita yang ditinggal mati suaminya dan mempunyai satu anak perempuan bernama Yumna Arsyila.
Dia yang berstatus janda dinikahi oleh seorang pria yang bekerja sebagai Manager perusahaan ternama yang bernama Arka Ardinatha karena dijodohkan oleh orangtua Arka.
Fahira dinikahi tapi tak pernah disentuh oleh suaminya sampai dua tahun lamanya hanya dengan alasan tidak mencintainya.
Lalu bagaimana dengan perasaan Fahira yang tulus padanya, Apakah Fahira akan tetap terus bertahan dengan siksa batinnya ?
Atau justru dia akan pergi meninggalkan Arka ?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Tak Tersentuh
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 20
Pagi hari, Fahira dengan perlahan membuka matanya. Dia menggeliat mengedarkan pandangannya. Fahira terkejut, dirinya berada di atas sofa dengan selimut yang tebal menutupi tubuhnya.
Setelah duduk Fahira lebih terkejut saat melihat ada Arka tidur di sofa yang berbeda dengan posisi duduk menemani dirinya tidur di ruang tv.
"Aku kira kau tak peduli padaku walaupun aku sakit, ternyata kau mau mengurusku disaat aku tidak berdaya. Aku sangat mencintaimu, tapi kapan kau akan jatuh cinta padaku..?" lirih Fahira sambil menatap suaminya yang masih tertidur pulas.
Fahira tersenyum menatap sang suami dengan wajah tenang disaat sedang berada di dalam mimpinya. Saat sedang fokus menatap suaminya, Fahira kembali berbaring dan menutup matanya saat melihat Arka menggeliatkan tubuhnya.
Dia pura-pura tidur, dengan posisi semalam saat ia tidur. Arka yang sudah membuka matanya, dia tersenyum melihat Fahira yang masih menutup matanya.
"Pulas sekali tidurnya, mungkin efek obat semalam.." gumam Arka bicara sendiri.
Tok..Tok..Tok..
Arka mengerutkan keningnya saat mendengar ada yang mengetuk pintu rumahnya dipagi hari seperti ini. Dia lalu bangkit berdiri dan melangkah menuju pintu. Saat membukanya betapa terkejutnya dia, melihat tamu yang datang tanpa diundang.
"Assalamualaikum Nak, gimana kabarmu Le ?"
Arka terdiam membulatkan matanya. Dia tak merasa memberi kabar pada Bapak dan Ibunya. Tapi kenapa tiba-tiba muncul sepagi ini. Sedangkan perjalanan dari Jogja ke Jakarta membutuhkan waktu panjang pikirnya.
"Heh ! Bukannya jawab salam malah bengong.." kata Ibu Dewi mengagetkan lamunan Arka.
"Ah waalaikumsalam Bu, Pak.. Kok datang nggak kabarin dulu ?" sahut Arka dengan wajah panik dan bingung sambil menyalami kedua orang tuanya.
"Kamu tuh, kalau nggak di samperin nggak mau pulang ke Jogja. Ibu sama Bapak tuh kangen sama kamu Le.."
Bu Dewi melangkah masuk di ikuti Pak Wira. Arka juga membantu menyeret koper orangtuanya untuk dibawa masuk. Saat masuk keruang keluarga, Arka terkejut karena tak melihat Fahira disana.
"Kemana dia ?" gumam Arka celingukan dengan wajah bingungnya.
"Kamu cari siapa Le ? Mana istrimu ? Kok sepi ?"
Bu Dewi mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan sambil mendudukkan dirinya diatas sofa, dia tak melihat Fahira dan Yumna disana. Arka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal tak tahu harus menjawab apa.
Saat akan menjawab, Fahira membuka pintu kamarnya dengan tubuh yang sudah segar di ikuti Yumna yang juga sudah cantik. Arka semakin bingung dibuatnya.
"Assalamualaikum Bu, Pak.. Apa kabar ?" ucap Fahira tersenyum menunduk menyalami kedua mertuanya dengan sopan begitu juga dengan Yumna.
"Waalaikumsalam Nduk, Ibu sama Bapak sehat. Gimana kabarmu ?"
"Alhamdulillah Fahira dan Yumna sehat Bu.."
Fahira tersenyum duduk disebelah Ibu mertuanya. Arka menatap Fahira seakan memberi kode untuk pergi ke dapur. Karena dia akan bicara tanpa diketahui oleh orangtuanya.
"Fahira buatkan teh dulu sebentar ya Bu, Pak.."
Fahira berdiri pamit melangkah menuju dapur. Sedangkan Yumna bermain dengan bonekanya didekat sang Nenek. Arka yang sudah melihat Fahira di dapur langsung menghampirinya.
"Kau sudah sembuh Ra ?" tanya Arka dengan wajah yang masih bingung.
"Aku sudah mendingan, kamu nggak berangkat kerja Mas ?" balas Fahira balik bertanya sambil menyiapkan empat cangkir untuk membuat teh.
"Aku cuti tiga hari, takutnya kau semakin parah. Jadi aku ambil cuti buat jaga-jaga.." jelas Arka sambil menyandarkan tangannya di keramik dapur.
"Aku juga tadi telfon Kantor disekolah. Ijin satu hari ini, dan besok sudah mulai berangkat lagi.." sahut Fahira.
Keduanya mengobrol seakan sudah semakin dekat, hal itu membuat kedua orangtua Arka tersenyum melihat mereka di dapur.
"Ra, nanti tolong bantu aku membereskan barangku di kamar sebelum Ibu sama Bapak istirahat.."
Mendengar kata kamar Fahira hanya meliriknya tersenyum. Melihat Fahira yang hanya tersenyum Arka merasa bingung. Seakan itu hal mudah bagi Fahira.
"Semua sudah aku bereskan, semua baju dan peralatan kerjamu juga sudah aku pindahkan di kamar. Nggak usah khawatir.." balas Fahira lalu menenteng nampan berisi empat cangkir teh meninggalkan Arka di dapur sendirian.
*
"Ini Bu, Pak, teh nya.. Diminum selagi hangat.."
Fahira meletakkan nampan dan memberikan cangkir tersebut di meja pada kedua mertuanya. Namun Arka melangkah masuk membawa koper orangtuanya ke kamar miliknya.
Dan ternyata benar, Arka mengedarkan pandangan di seluruh ruangan di kamarnya, kasur dan kamar mandi semuanya sudah rapi juga bersih tanpa ada satu pun peralatan Arka yang tertinggal disana.
"Ternyata kamu perhatian juga dalam hal sekecil ini.."
Arka lalu melangkah keluar meninggalkan kamarnya, dan ia kembali duduk diruang keluarga bersama orangtuanya.
*
Fahira tidak masak siang ini, dia diperintah Arka untuk memesan makanan online saja di luar. Karena Fahira baru saja sembuh dari sakitnya.
Fahira yang sejak pagi hingga sore sibuk mengurus semuanya, kini dia memilih untuk membersihkan tubuhnya agar lebih segar dan harum.
Fahira menyalakan showernya dan mengguyur tubuhnya begitu menikmati air dingin yang menghujani dirinya dikamar mandi. Saat sedang mandi, dia terkejut bukan main saat mendengar pintu kamar mandi di buka begitu lebar.
"Hah... Mas Arka.."
"Fahira..."
Keduanya sama-sama terkejut, Fahira yang sedang telanjang bulat membuat mata Arka tak sehat. Dia menatap Fahira dengan mulut menganga dari atas sampai bawah.
Fahira yang tersadar langsung menarik handuk dan menutupi tubuhnya. Fahira sangat malu dengan sesekali melirik Arka yang masih menatapnya.
"Ah maaf Ra, aku... Aku nggak tahu kalau... Kalau kau sedang mandi.."
Setelah mengatakan itu Arka langsung menutup pintu kamar mandi dengan cepat. Arka sangat gugup, detak jantungnya terus berdegup kencang ditambah nafas yang tak teratur. Melihat sosok Fahira yang tanpa pakaian terngiang di dalam pikirannya.
"Astagfirullah, Ya Tuhan.. Cobaan apalagi ini ?" lirih Arka masih menyandarkan tubuhnya dibalik pintu kamar mandi.
Fahira sudah mengunci pintunya saat Arka menutup kembali pintu kamar mandi. Dia akhirnya kembali membersihkan dirinya dengan cepat, karena detak jantungnya terus berdetak hingga membuat tubuhnya gemetar, saking kerasnya seakan ingin lepas dari tempatnya.
"Ya Tuhan, kenapa jantungku ini ? Kenapa keras sekali..?"
Keduanya baru saling melihat, karena Arka juga hanya memakai handuk yang ia lilitkan di pinggangnya tanpa memakai baju. Detak jantung fahira tak bisa normal setelah melihat nya pertama kali tanpa pakaian.
Tak lama Fahira sudah menyelesaikan ritual mandinya. Dia yang sudah memakai baju handuk segera membuka pintunya untuk keluar.
Ceklek..
Brugh..
"Aahhh.."
Arka yang masih menyandarkan tubuhnya di pintu kamar mandi karena masih melamunkan Fahira terjatuh diatas tubuh sang istri.
Keduanya kembali saling bertatapan dengan tubuh yang masih polos dibalik handuk mereka masing-masing. Arka yang mendengar pintu kamar terbuka langsung bangkit berdiri dari atas tubuh Fahira dengan segera. Takut ada yang melihat keduanya dengan posisi seintim itu.
"Bunda sama Papa mau mandi bareng ?" tanya Yumna dengan polosnya yang sudah melihat keduanya berdiri saling berhadapan.
"Ah nggak sayang, Bunda baru selesai mandi. Papa Arka yang mau mandi.. Ayo, Yumna sama Bunda saja ya.."
Fahira dengan gugupnya meninggalkan Arka yang masih berdiri mematung di kamar mandi, sambil menggandeng Yumna untuk mengganti pakaiannya di kamar ganti yang sudah tersedia dikamarnya.
Sedangkan Arka seakan nafasnya berhenti saat berada di posisi itu bersama Fahira, setelah melihat kepergiannya, Arka menghembuskan nafasnya lega.
"Huuuffftt.. Berada satu kamar dengannya membuat jantungku tidak sehat. Tapi... Setelah aku lihat ternyata dia... Ah sudah lah, apaan sih Ka. Jangan mesum !"
Arka membayangkan tubuh Fahira membuat pikirannya melayang-layang berfikiran kotor. Arka lalu berbalik menutup pintu kamar mandi dan tak lupa menguncinya.
Sedikit demi sedikit, hatinya mulai terbuka untuk Fahira. Meski masih gengsi untuk mengungkapkannya karena dia yang terus menolak Fahira. Arka takut dia juga akan ditolak olehnya jika mengatakan perasaan padanya.
...----------------...
Bersambung...