Akan ku ambil apa yang membuat kalian semua bahagia, akan ku rebut segalanya dan tertawa terbahak-bahak saat kalian menangis sedih.
Aku, adalah kesialan yang sesungguhnya untuk kalian, aku adalah kesedihan yang akan kekal berada di antara kalian. Rasakan, nikmati betapa sakitnya apa yang aku juga rasakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melihat Kesedihan
Velo tersenyum melihat kedatangan Rigo, dia belum masuk ke dalam gedung apartemen, melainkan dia sengaja menunggu di luar karena tahu Rigo akan tiba beberapa saat lagi.
" Kau masih mau berdiri di sana? Cepat masuk! " Ucap Rigo setelah menurunkan kaca mobilnya begitu melihat Velo menunggu di jalan menuju lobby gedung apartemen.
Velo tak bergeming, dan terus mengabaikan Rigo hingga akhirnya Rigo kesal dan turun dari mobilnya.
" Kau ini sedang kenapa sih?! " Protes Rigo.
" Seharusnya kau kan keluar dulu, buka pintu mobil untukku. "
Rigo membuang nafasnya, dan di saat itu juga Velo melihat dasi yang di gunakan Rigo masih seperti sebelum dia berangkat. Velo tersenyum tapi dia tidak lagi mengarahkan pandangan matanya ke dasi itu.
" Cepat masuk! " Ucap Rigo begitu sudah membukakan pintu untuk Velo.
" Cium aku dulu! "
" Kenapa harus menciummu? "
" Kan ini sudah perjanjian kita, berangkat dan pulang bekerja kau harus menciumku. "
Rigo menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
" Lebih tepatnya, kau memaksa dan bukan janji yang aku iyakan. "
Velo tersenyum, meskipun mengomel seperti itu, nyatanya Rigo masih berjalan mendekati dia, lalu mengecup bibirnya sebentar.
Rigo mengeryit menatap Velo sebentar, lalu menempelkan telapak tangannya ke dahi Velo, setelah itu dia membuang nafas sebalnya.
" Lihat! Sudah tahu sedang sakit, tapi keluar dengan baju kurang bahan seperti ini. Kau ini sedang mau prank malaikat maut atau bagaimana?! Jangan sok jagoan, nyawamu cuma satu jadi baik-baik la menjaganya! "
Velo terdiam sebentar tapi tangannya bergerak menyentuh dahinya. Ah, rupanya memang panas lagi suhu tubuhnya, padahal dia hanya ingin berpura-pura saja, tapi malah benar-benar sakit.
" Ayo cepat masuk. " Ajak Rigo seraya meraih lengan Velo dan membawanya untuk masuk ke dalam mobil.
" Dingin! "
" Salahmu sendiri, besok-besok tidak usah pakai apa-apa dan biarkan tubuhmu polos, barangkali kau akan menerima banyak pahala. "
Velo berdecih sebal.
" Berikan aku jasmu! "
" Tidak boleh! "
" Kalau begitu, oke! Aku akan membuka bajuku sekalian saja. " Velo bergerak ingin menurunkan tali dress di pundaknya membuat Rigo melotot kaget di buatnya.
" Hei! Kau gila ya?! " Rigo dengan segera melepaskan jas miliknya, dan memakaikan kepada Velo.
" Terimakasih, sayang. " Velo mengecup pipi Rigo sebentar lalu dengan patuh masuk ke dalam mobil.
" Sebentar-sebentar manja, sebentar-sebentar tatapannya sangat misterius, kadang dingin, menyebalkan, dasar merepotkan! " Gerutu Rigo sembari menuju tempatnya untuk duduk dan mengemudikan mobilnya untuk masuk ke gedung apartemen di mana parkiran mobil tersedia untuk penghuni apartemen.
Tak jauh dari mereka.
Air mata begitu banyak berjatuhan dari sepasang mata yang indah, mata yang selama ini memancarkan kelembutan, teduh, terlihat hangat dan penyayang, pemilik mata indah itu adalah Selena.
Dia sengaja mengikuti Rigo menggunakan mobil Ibunya akan Rigo tidak menyadari kalau itu adalah dia. Begitu melihat apa yang di lakukan Rigo dan wanita yang beberapa kali dia temui itu, rasanya Selena benar-benar tidak bisa mempercayainya.
Bagiamana bisa pria yang selama ini mencintai dirinya begitu tega menyakitinya seperti ini? Jika mengingat pertama kali Selena bertemu dengan wanita itu, jelas dia mengatakan jika melihat Selena adalah hal yang tidak menyenangkan untuknya. Jadi ini adalah alasannya dia tidak menyukai Selena? Jadi karena hubungan dengan Rigo lah yang membuat wanita itu begitu berani menginjak harga dirinya?
Tanda merah di tubuh Rigo, bibir Rigo yang tiba-tiba bengkak dan tertinggal bekas lipstik saat berada di galeri, itu pasti wanita itu bukan?
" Ah........! " Selena memukuli kemudi mobilnya sembari terus menangis tersedu-sedu. Kenapa? Padahal selama ini dia sudah hidup dengan baik, dia tidak pernah merebut kekasih siapapun, dia tidak pernah menerima pria sebelumnya yang menyatakan cinta padanya. Tapi kenapa harus Rigo? Kenapa harus pria yang sudah dengan matang dia pilih di antara banyak pria?
" Tidak boleh! Aku tidak boleh kalah, wanita itu pasti bukan wanita baik-baik. Aku harus mencari kelemahan wanita itu, aku akan membuatmu merasa rendah diri, karena kau memang terlihat seperti wanita murahan. " Selena menyeka air matanya, kali ini dia tidak boleh berbaik hati karena ini bukan kesalahannya. Kalaupun hubungannya dengan Rigo berakhir, setidaknya dia lah yang harus mengakhirinya bukan dengan perselingkuhan Rigo yang di rasa telah menyakiti egonya.
Selena mencoba untuk menenangkan diri sebentar, tidak boleh khawatir dan terbawa suasana. Melihat penampilan Velo tentu saja sudah bisa di tebak kalau dia bukan perempuan baik-baik, dan orang tua Rigo sudah jelas tidak akan setuju Rigo memiliki hubungan dengan wanita murahan seperti itu.
" Kau sudah berani berselingkuh dengan calon suamiku, maka jangan salahkan aku kalau aku akan menekan mu dan mengatakan apa yang bahkan tidak pernah aku katakan. Aku, juga tidak akan tenang selamanya, karena nantinya orang tua Rigo pasti juga akan melarang hubungan kalian. Kau wanita murahan, tempatmu seharusnya di tempat sampah, apartemen mewah ini bukan tempat yang cocok untuk kau tinggali. Hah! Kalau orang tua Rigo tahu Rigo membelikan apartemen mewah untuk wanita murahan itu, benar-benar tidak tahu akan seberapa besar amukan mereka nantinya. "
Di dalam apartemen.
Velo langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur setelah dia sudah membersihkan kaki, dan mencuci wajahnya. Sementara Rigo, pria itu juga baru saja selesai mandi menggunakan kamar mandi di kamar sebelah. Setelah menggunakan pakaian, Rigo mencari obat untuk menurunkan demam Velo tapi entah di mana Velo meletakkannya. Ingin bertanya, tapi Velo sudah mulai tertidur dan dia tidak tega membangunkannya. Akhirnya Rigo menggunakan sebuah aplikasi untuk memesan obat dan akan segera di antar dalam beberapa saat lagi.
" Dasar merepotkan, sudah tahu sakit kenapa masih saja menyibukkan diri? " Protes Rigo yang sebenarnya tidak tega juga melihat Velo tenang seperti itu padahal biasanya Velo kan begitu pecicilan mulutnya.
" Maaf.... " Ucap Velo lirih membuat Rigo tersentak karena dia pikir Velo sudah tertidur.
" Kau belum tidur? Kalau begitu, di mana obat penurun panasmu? "
" Tidak usah, aku sudah biasa seperti ini kalau kelelahan. "
Rigo terdiam sebentar.
" Katakan saja dimana biar aku yang ambil. " Ucap Rigo pelan dan yang pasti Velo jelas bisa mendengarnya.
" Di laci meja rias, laci paling bawah. "
Rigo segera bangkit untuk mencarinya, dan begitu mencari di tempat yang di katakan Velo, Rigo menemukan sebuah photo, sepertinya itu adalah photo Velo dan juga Ibunya karena anak kecil dan wanita di photo itu nampak sangat mirip dengan Velo sekarang.
" Dia imut juga saat kecil ya? " Gumam Rigo, lalu saat akan meletakkan satu photo itu, dia tak sengaja melihat satu photo lagi yaitu, photo Ibunya Velo dan seorang pria yang nampak tidak asing di ingatannya.
Bersambung.