Di paksa ikut ke salah satu club malam, Amara tidak tahu jika ia di jadikan barang taruhan oleh kakak tirinya di atas meja judi. Betapa hancurnya hati Amara karena gadis berusia dua puluh tiga tahun harus ikut bersama Sean, seorang mafia yang sudah memiliki istri.
Amara di jadikan istri kedua oleh Sean tanpa sepengetahuan Alena, istri pertama Sean. Tentu saja hal ini membuat Alena tidak terima bahkan wanita ini akan menyiksa Amara di saat Sean pergi.
Seiring berjalannya waktu, Sean lebih mencintai Amara dari pada Alena. Hingga suatu hari, ada rahasia yang terbongkar hingga membuat Sean menceraikan Alena dan membuat Amara menjadi istri satu-satunya kesayangan Sean.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 05
Putaran terakhir, Sean tampak santai begitu juga dengan tuan Erison. Mata Amara sedikit segar karena gadis ini penasaran siapa yang akan menang.
Kartu kembali di sebar, Senyum tuan Erison melebar saat ia mengintip kartu bagian miliknya. Sedangkan Sean tampak biasa saja.
"Ada baiknya kau mengaku kalah saja Sean," ucap tuan Erison dengan tawa mengejeknya.
"Aku tidak mungkin kalah, dia keberuntungan ku." Sahut Sean lalu menoleh ke arah Amara.
"Ciiih,....apa yang kau banggakan dari seorang gadis murahan?" Cibir tuan Erison.
"Aku bukan murahan!" Sentak Amara.
"Lalu, apa kata yang pantas untuk mu yang di taruhkan di atas meja judi?"
Amara tertunduk, tuan Erison ada benarnya juga.
"Dia ku beli dengan harga mahal. Jaga bicara anda!" Sahut Sean suka.
"Jika kau memang aku ingin sekali menarik jenggot pak tua ini. Apa boleh?" Tanya Amara berbisik. Sean merasa lucu atas permintaan istrinya keduanya ini.
"Tuan Erison, jika aku menang apa boleh dewi keberuntungan ku ini menarik jenggot mu?"
Pertanyaan Sean membuat semua orang tertawa termasuk tuan Erison sendiri.
"Boleh, itu pun jika kau menang!" Jawab tuan Erison.
Amara benar-benar geram, gadis ini sudah tidak sabar melihat kartu di buka.
Kembali ke mode serius, Sean dan tuan Erison saling pandang dengan senyum tipis mereka.
"Aku menang....!" Ucap tuan Erison dengan bangganya membuka semua kartu.
Sean lalu melirik kemudian pria ini membuka semua kartunya.
"Kali ini, siapa yang menang?" Goda Sean dengan kartu angka sepuluh, QJKA.
Ekspresi wajah tuan Erison mendadak masam. Ia tak menyangka jika Sean memegang semua kartu yang tinggi.
"Proyek menjadi milikku," ucap Sean dengan senyum lebarnya.
Tuan Ersion hanya bisa mendengus kesal kemudian menyerahkan surat serah terima proyek kepada Sean.
"Ayo kita pulang," ajak Sean pada Amara.
"Aku ingin menarik jenggot pak tua ini," ujar Amara. "Bukankah dia sudah mengizinkan aku tadi?"
Sean tak bisa berkata lagi, begitu juga dengan tuan Erison. Mau tidak mau ia harus menerima saat Amara menarik bahkan memperlintir jenggotnya hingga membuat tuan Erison kesakitan.
"Lain kali kalau bicara di takar dulu. Mereka memang mempertaruhkan aku di atas meja judi tapi, kalian tidak berhak menghina ku!" Ucap Amara membuat Sean terdiam.
Tanpa banyak bicara mereka pun pulang. Suasana di dalam mobil sangat hening karena Amara lebih memilih untuk tidur.
Satu jam kemudian mereka tiba di lobi apartemen. Sean membangunkan Amara, dengan cepat gadis itu membuka mata.
"Cepat masuk dan jangan pergi ke mana-mana," Kata Sean sebelum Amara keluar dari dalam mobil.
Gadis ini begitu acuh, ia tak menjawab apa lagi menanggapi ucapan suaminya. Amara keluar begitu saja dari dalam mobil.
Memastikan Amara hilang dari pandangannya, Sean langsung pergi begitu saja. Bukannya pulang ke mansion melainkan pergi ke sebuah gudang yang berada sedikit jauh dari mansion.
"Dari mana kau dapatkan pria ini?" Tanya Sean pada Daren.
"Dia salah satu anak buah kita yang berkhianat. Bisa-bisanya dia menjadi mata-mata dari geng Bruiser." Jelas Daren pada Sean.
"Ampun tuan, maafkan saya tuan." Ucap pria tersebut sambil memeluk kaki Sean.
"Kau pasti sudah tahu konsekuensi-nya di saat kau berkhianat. Tidak ada ampun bagi mu," ucap Sean dengan suara beratnya.
"Ampun tuan,....ampun....!"
"Daren...!" Panggil Sean.
"Ya tuan...!"
"Seperti biasa, jual dan kirim semua uang pada keluarganya!" Titah Sean kemudian pria ini menarik pelatuk pistolnya.
Sssst......
Bukk......
Tembakan tanpa suara, pria yang memeluk kaki Sean tersebut jatuh tanpa nyawa. Sean tersenyum tipis kemudian pergi dari tempat itu.
Sekali pun ada pengkhianat, Sean akan memusnahkan dengan tangannya sendiri.
Pukul tiga lima pagi, Sean baru saja pulang ke mansion. Selesai mandi pria ini langsung pergi tidur.
"Bajingan satu ini, seenaknya saja pergi dan pulang." Batin Alena yang geram pada suaminya.
Alena kembali melanjutkan tidurnya karena wanita ini juga sebenarnya baru pulang pukul empat dini hari tadi. Setiap kali Sean pergi, Alena juga akan ikut pergi.
Pukul sembilan pagi, Sean dan Alena baru bangun. Tanpa mandi mereka sarapan berdua seperti biasa.
"Sayang, kapan kau akan mengajak gadis itu pulang?" Tanya Alena di sela makan mereka.
"Jika kau masih menghajarnya seperti waktu itu, aku tidak akan membawanya pulang."
"Tidak, aku berjanji pada mu!"
Sean tidak menanggapi, pria ini segera menghabiskan makanannya setelah itu pergi.
"Paman, kenapa mansion ini sepi? Kemana semua orang?" Tanya Alena tampak heran.
"Semua anak buah sedang pergi berlatih nyonya," jawab pak Pet.
Alena hanya mengangguk, itu artinya ia mendapatkan kesempatan untuk masuk ke dalam ruang kerja suaminya yang berada di lantai dua.
"Aku harus segera menemukan rahasia-rahasia tentang Sean," ucap Alena kemudian wanita ini bergegas pergi ke lantai dua mansion.
Di bukanya pintu ruang kerja yang tak terkunci. Alena langsung menyelinap masuk ke dalam sana.
"Aku harus menemukan berkas kepemilikan perusahaan sesuai permintaan Remon. Di mana berkasnya?"
Alena sibuk mencari, lemari-lemari besar yang tersusun buku-buku tak luput ia jelajahi. Sudah berulang kali wanita ini masuk ke dalam ruang kerja milik Sean tapi, seperti biasa dia tidak menemukan apa-apa.
"Sial....!" Umpat Alen. "Di mana Sean menyimpan semua hartanya?"
Alena pusing, wanita ini tak menemukan apa pun selain pekerjaan susunan buku.
"Aku yakin jika Sean menyimpannya di ruang ini karena dia selalu berada di tempat ini dengan waktu yang sangat lama."
Alena pun memutuskan untuk keluar karena ia tak mau ada orang yang mencurigai dirinya. Tapi, tanpa sepengetahuan Alena sejak tadi pak Petrus mengintai dirinya.
"Kau tidak akan menemukan apa pun di ruangan itu, Alena." Batin pak Pet.
Pak Pet kembali ke belakang, setiap kali Alena berada di mansion ia akan selalu mengawasi sesuai perintah dari Sean.
Sementara itu saat ini Sean sedang berada di apartemen Amara. Gadis itu sudah bangun sejak pagi dan juga sudah sarapan.
"Siang ini kau akan ikut aku kembali pulang ke mansion," ucap Sean memberitahu Amara.
"Aku tidak ingin di pukuli lagi oleh istri mu," sahut Amara.
"Dia tidak akan berani memukul mu lagi."
"Apa jaminannya?" Tanya Amara kesal. "Sekarang aku bingung harus menyikapi diriku sendiri seperti apa. Menangis pun percuma karena kau pasti tidak akan melepaskan aku."
"Kau sudah menjadi istri ku, aku berhak mengatur mu!"
"Jika aku bisa mengembalikan uang yang makan kak Darwin, apa kau akan melepaskan aku?" Tanya Amara dengan beraninya.
Sean malah tertawa mengejek.
"Bagaimana bisa kau mendapatkan uang sebanyak itu?"
"Aku akan menukar dengan nyawaku," jawab Amara membuat ekspresi wajah Sean dingin di tambah lagi sorot matanya tajam.
tapi kalo lagi jutek tetep ngakak