Rin yang terpaksa harus merubah penampilannya saat berada disekolah barunya sebagai siswa pindahan, dikarenakan sebuah kejadian yang membuatnya tak sadarkan diri dan dirawat dirumah sakit.
Disekolah baru ini, Rin harus mengalami drama sekolah bersama primadona kelasnya serta dengan adik kelasnya. Serta rahasia dari sekolah barunya, bersama dengan identitasnya yang ingin diketahui teman-teman sekelasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehidupan Baru
#Dua minggu sebelum kepindahan
"Rin ...." panggil Intan ke putranya itu.
"Iya ... Ma ...."
"Semua barang-barangmu nggak ada yang ketinggalan, kan." Intan memastikan sekali lagi ke Rin.
"Semua barang-barang yang Rin butuhkan sudah disini semua, selebihnya Rin tinggal, mungkin kalau Rin membutuhkannya nanti Rin ambil." jawab Rin meyakinkan Mama nya itu.
"Oke deh sayang." jawab Intan sambil mengelus kepala putranya.
"Oh ya Ma, masalah tokonya gimana Ma?" tanya Rin.
"Oh, rencananya itu mama buat untuk kafe, lalu Mama kasih ke kamu." jawab Intan enteng.
"Kalau pegawainya, sudah Mama siapin, jadi kamu tenang saja, oke sayang."
"Oke deh Ma." jawab Rin pasrah.
"Besok mereka datangnya, dan juga mereka akan tinggal disini juga."
"Eh, apa yang Mama bilang tadi?" tanya Rin kaget.
"Mereka akan tinggal disini juga, mereka nanti juga akan mengurus keperluan mu juga. Tidak mungkin kamu bisa mengurus rumah besar ini dan kafenya sendirian kan. Jadi Mama dan Papa menyuruh mereka untuk tinggal disini."
"Mereka itu berapa orang Ma? Siapa aja mereka?"
"Itu, emp, ra-ha-si-a." jawab Intan sambil menggerakkan jarinya.
"Mama ...." tutur Rin sambil memasang wajah kesalnya.
"Besok kamu juga akan tahu." jawab Intan.
"Rin ...." sahut Roby yang selesai memindahkan barang anaknya.
"Ya, Pa."
"Surat pindah sekolahmu sudah diurus."
"Sudah Pa, tapi mereka bilang minggu depan bisa selesai, soalnya kepala sekolah lagi keluar kota, dan minggu depan baru pulangnya." tutur Rin.
"Barang-barangnya mau di bantu merapikannya nggak?" tanya Intan.
"Nggak usah Ma, nanti biar Rin aja yang ngerjainnya."
"Kalau begitu kita ke sebelah aja gimana?" saran Roby.
"Boleh tu Pa." sambung Intan.
Mereka segera menuju kafe yang akan segera di buka itu melalui pintu belakang. Mereka menyusun dan menata meja dan kursi untuk para tamu, piring, gelas, sendok dan garpu juga ditata. Setelah tertata, Rin dan Roby mulai membersihkan ruangan itu, dari menyapu lalu mengepel lantainya.
Rin mulai mengelap kaca kafenya dan juga mengelap meja-meja yang ada. Sedangkan Intan dia berada di dapur, mengecek bahan-bahan untuk kafenya, menyusun menu makanan ataupun minuman untuk kafenya.
Setelah dua jam mereka membersihkan dan merapikan kafe, mereka istirahat sebentar, Intan keluar dari dapur membawa minuman yang akan di hidangkan di kafe ini. Setelah berbincang-bincang sambil melepas lelah, Intan dan Roby kembali ke rumah mereka yang lain, Intan tidak lupa memberikan Rin buku resep untuk kafenya.
Setelah kedua orang tuanya pulang, Rin mulai menyusun barang-barangnya, mulai dari pakaian sampai ke perlengkapan sekolahnya. Setelah itu dia ke dapur, mencoba membuat makan malam yang ada di resep yang Mamanya berikan tadi.
Rin mencoba untuk memasak salah satu resepnya, saat di percobaan pertama dia berhasil membuatnya, hanya rasanya yang masih kurang untuk pelanggan. Setelah itu Rin segera memakan masakan yang dia buat tadi, kemudian Rin pergi membersihkan diri, lalu masuk ke kamar dan tidur melepas lelahnya.
...***...
#Ke esok kan paginya
"Huahhh ...."
Rin mulai merenggangkan tubuhnya, melirik kearah jam weker nya, dilihatnya ternyata sudah jam 8. Rin segera bangkit dari kasurnya, segera dia sambar Ponselnya yang ada di meja belajarnya, kemudian turun untuk buat sarapan, itu yang direncanakannya.
Ada satu pesan dari Mamanya.
"Mereka tiba besok sekitar jam 10."
Hanya itu isi pesan dari Intan, pesan itu ternyata dikirim Intan tadi malam saat Rin sudah tertidur.
Rin menuruni anak tangga dari kamarnya, setelah dibawah, Rin terkejut mendengar ada suara berisik dari dapur, Rin berjalan perlahan mengambil apa saja yang bisa dia pakai untuk perlindungan. Setiba di dekat meja makan dapur, Rin dibuat terkejut lagi sudah ada beberapa hidangan tertera diatas meja.
Suara langkah kaki terdengar tidak jauh dari Rin berada. Wanita separuh baya sambil memegang beberapa piring.
"Tuan Rin mau sarapan?" sapa wanita paruh baya itu.
"Ya, terima kasih." jawab Rin sambil meletakan apa yang dia ambil tadi di meja terdekat.
"Ibu ini siapa?" tanya Rin kepada wanita itu sembari dia duduk.
"Nyonya Intan tidak bilang sama tuan Rin?" tanya Wanita itu sambil menata piring yang ada di tangannya.
"Mama nggak bilang apa-apa, oh ya, jangan panggil tuan, cukup Rin saja." jawab Rin.
"Nama saya Tika, saya yang mengurus rumah ini." tuturnya sambil menuangkan nasi dan lauknya untuk Rin.
"Tapi saya mohon maaf, saya tidak bisa manggil tuan hanya dengan nama saja."
"Tidak apa-apa Bu, anggap saja saya anak Ibu sendiri." ucap Rin meminta ke Tika untuk memanggil namanya saja.
"Tapi tuan ...." tutur Tika ragu.
"Emm, ya sudah terserah Ibu mau manggil saya dengan sebutan apa." jawab Rin.
"Emm, masakannya enak, terima kasih Bu." puji Rin setelah mencicipi masakan buatan Tika.
"Sama-sama tuan." jawab Tika senang.
"Oh ya tuan, saya disini hanya sampai jam 9, jadi saya sebentar lagi mohon izin pamit, besok pagi saya akan datang bekerja lagi." tutur Tika memberitahu kepentingan dia.
"Makasih Bu."
“Kalau tidak ada yang saya kerjakan lagi, saya izin pamit tuan.”
Tika meninggalkan rumah ini menandakan bahwa tugasnya hari ini selesai, Rin masih menikmati sarapannya, sambil menunggu waktu mereka tiba, Rin mulai mencoba untuk membuat hidangan kafe dan minumannya, dan dia juga mencoba membuat cake. Rin membuat cake yang sering dia buat di rumahnya dulu.
Detik demi detik, menit ke menit, dari menyiapkan bahan-bahan, alat dan perabotan. Rin mulai mengadon bahan-bahan untuk cake nya, setelah adonan selesai, segera ia tuangkan ke dalam loyang persegi, kemudian di panggang nya di dalam oven.
Rin mengatur waktu dan temperaturnya, kemudian buat adonan untuk soft cream nya, setelah adonannya mengembang Rin memasukan sebagian adonan cream kedalam wadah plastik segitiga untuk membuat dekorasi cake nya, sambil menunggu cake nya matang.
Ting tong...
Ting tong...
Suara bel terus berbunyi, Rin segera untuk melihat yang membunyikan bel, sepintas dia melirik ke arah jam yang tergantung didinding, menunjukan 10.20, mungkin itu mereka pikir Rin mengingat pesan yang di kirim Mamanya tadi malam.
Suara bel terus berbunyi, Rin segera membuka pintu rumahnya dan menuju ke arah gerbang. Dilihatnya ada seorang wanita yang sedang berdiri di dekat gerbang, segera di dekatinya dan membuka gerbang, namun bukan hanya wanita itu saja, ada tiga orang lagi yang ada di dalam mobil.
Pria yang mengendarai mobil itu memberi isyarat agar Rin membuka gerbang untuk mobil dan garasinya. Melihat isyarat itu Rin segera membuka lebar gerbangnya. Mobil itu telah terparkir rapi di depan garasi, penumpangnya segera turun menghampiri Rin, tak terlupakan pula dengan wanita yang membunyikan bel tadi.
°
°