Hidup Nicho Javariel benar-benar berubah dalam sekejap. Ketenaran dan kekayaan yang dia dapatkan selama berkarir lenyap seketika akibat kecanduan obat-obatan terlarang. Satu per satu orang terdekatnya langsung berpaling darinya. Bukannya bertobat selepas dari rehabilitas, dia malah kecanduan berjudi hingga uangnya habis tak tersisa. Dia yang dulunya tinggal Apartemen mewah, kini terpaksa pindah ke rumah susun lengkap dengan segala problematika bertetangga. Di rumah susun itu juga, ia mencoba menarik perhatian dari seorang perempuan tanpa garis senyum yang pernah menjadi pelayan pribadinya. Dapatkah ia menemukan tempat pulang yang tepat?
"Naklukin kamu itu bangganya kek abis jinakin bom."
Novel dengan alur santai, minim konflik penuh komedi sehari-hari yang bakal bikin ketawa-ketawa gak jelas tapi tetap ada butterfly effect.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu aotian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
"Yuhuuuuii!" Nicho bersorak gembira ketika tebakannya pada jenis aset itu kembali benar.
Dalam sekejap ia bisa melihat total profit miliknya semakin naik. Hal ini lantas memicunya untuk kembali menaruh modal agar keuntungan yang akan didapatkan semakin bertambah. Dengan begitu, sudah sekitar tiga ratusan juta total modal yang ia pertaruhkan untuk bermacam-macam jenis aset yang diperdagangkan dalam aplikasi.
Seolah belum puas, ia tergerak kembali untuk memilih jenis aset berikutnya. Baru saja tangannya hendak menekan salah satu opsi, perhatiannya mendadak teralihkan oleh kehadiran Sera yang datang sambil mendorong troli pembawa peralatan kebersihan.
Nicho lantas segera menutup aplikasi, lalu berlagak tengah melakukan olahraga kecil di atas tempat tidur. Sayangnya, perempuan itu sama sekali tak menoleh ke arahnya dan lebih memilih fokus membersihkan ruangan yang berantakan.
Nicho memutuskan turun dari tempat tidur setelah memakai celana pendeknya. Dengan masih bertelanjang dada, pria itu berjalan mengendap-endap menghampiri Sera yang sibuk memungut bantal sofa di lantai. Ikut membungkuk, Nicho mengarahkan kedua tangannya ke punggung Sera bermaksud hendak membuatnya terkejut. Di waktu yang sama, Sera yang tengah membelakanginya mendadak berbalik ke arahnya sambil memegang bantal sofa.
Pada detik itu juga, keduanya sama-sama terhenyak dalam keterkejutan. Pasalnya, bibir mereka hampir saja bersentuhan jika tak ada bantal yang menghalanginya. Sialnya, meski mereka selamat dari tabrakan bibir, kedua tangan Nicho sudah lebih dulu mendarat sempurna di dada perempuan itu.
Dua pasang manik mata yang membulat itu, bertatapan lekat dengan hidung yang saling bersinggungan dan bibir yang menempel di masing-masing sisi bantal. Beberapa detik berlalu, tapi keduanya sama-sama membeku dalam posisi seperti itu.
Sempat terdiam, Nicho berusaha mencairkan suasana kikuk ini dengan langsung menyapa dengan mata yang menyipit, "Good morning!"
"Apa ada yang Anda butuhkan?"
Kesal karena sapaan darinya hanya dibalas dengan nada datar, Nicho pun langsung berkata dengan nada tegas, "Iyalah! Siapkan sarapan gua sekarang!"
"Kalo gitu, bisa tolong minggirin tangan Anda lebih dulu, sebelum gagang pel di samping saya melayang ke kepala Anda," ucap Sera dengan penuh penekanan disertai mata yang melotot tajam.
Menyadari tangannya masih menempel di dada Sera, ia pun buru-buru menurunkannya seraya berjalan mundur.
"Ini gak sengaja!" tegasnya dengan cepat, "Gue tadi cuma pengen ngagetin elo. Beneran!" jelasnya lagi dengan penuh sungkan karena melihat Sera tampak tak senang setelahnya. Namun, ketika berbalik, ia malah senyam-senyum sembari kembali melihat sepasang tangannya yang beruntung.
"Empuk juga!" Hanya berselang sedetik dari ucapannya itu, tiba-tiba ia menjerit nyaring ketika ujung gagang pel menyoodok bongkahan bokongnya. "Aaauffft!"
Dengan memasang wajah setengah marah, Nicho segera berbalik ke belakang dan melihat Sera yang tengah memegang alat pel.
Masih menampilkan ekspresi datar, Sera lantas berkata, "Maaf, apa gagang ini kena Anda? Jika iya, Anda seharusnya gak berada di sekitar sini sebelum gagang ini kembali menyambar bokong Anda untuk yang kedua kali!"
Sambil memegang bokongnya yang masih sakit, Nicho pun memilih menjauh. Sungguh balas dendam elegan yang sukses dilakukan Sera tanpa membuat pria itu menyadarinya. Sebab, pada dasarnya seorang butler harus tetap memperlakukan tamu dengan sebaik mungkin terlepas bagaimana mereka diperlakukan oleh tamunya.
Seperti hari-hari biasa, Sera menyiapkan sarapan sesuai menu pilihan Nicho. Mulai menikmati hidangan, Nicho memandang Sera yang masih berdiri di dekatnya.
"Besok gue dah check out dari hotel. Jadi hari ini gue mau cari apartemen baru yang cocok."
Sera tak menjawab apa pun, hanya membalas tatapan Nicho yang terus tenggelam padanya. Tatapan yang pria itu sendiri tak bisa menafsirkannya. Yang pasti, ada rasa yang tak bisa didefinisikan saat dirinya mengatakan akan segera keluar dari hotel ini.
Selesai sarapan dan mandi, Nicho keluar dari kamar bersamaan dengan Sera yang juga baru selesai membersihkan ruangannya. Mereka berpisah di depan pintu, dengan arah yang berbeda. Namun, baru saja berjalan lima langkah, Nicho mendadak berbalik memandang perempuan itu.
Entah ada angin apa yang membawanya mendadak mengikuti Sera. Seperti ada magnet kuat yang terus menariknya ke arah perempuan itu. Dengan langkah yang bergerak lambat dan mata yang tak lepas memandangnya, Nicho terus mengekor, seperti seorang pengawal yang senantiasa menjaga dari arah belakang.
Sera terus berjalan menuju departemen naungannya sambil mendorong troli. Sesampainya di sana, ia sempat bertegur sapa dengan karyawan yang memakai seragam sama dengannya. Sementara, Nicho yang masih saja mengikutinya, diam-diam mengintip dari balik pintu ruangan itu.
Saat ia tengah mengatur isi rak trolinya, seorang pria bersetelan jas hitam mendadak mendekatinya. Dilihat dari penampilannya, tampaknya pria itu adalah salah satu petinggi hotel ini.
"Pagi, dah makan belum?" tanya pria yang kira-kira berusia tiga puluh tahunan ke atas.
"Dikit lagi, Pak," jawab Sera seadanya sambil sibuk menjemur lap yang telah digunakan.
"Wah, kebetulan saya juga belum. Makan bareng, yuk! Kalo mau, kita makan berdua aja di resto sebelah."
Mendengar ajakan pria itu, sontak membuat mata Nicho melotot seketika. "Siapa pria jelek itu? Apa mereka memang sedekat itu?" gumam Nicho sambil menggeretakkan gigi.
Kehadiran pria itu membuat Nicho meringis kesal. Sebelah bibirnya sudah naik ke atas, hampir menggapai cuping hidung. Belum lagi, pria itu kini memosisikan berdiri di samping Sera sehingga menghalangi arah pandang Nicho saat ini. Ia bahkan sampai melongokkan kepala dari tempat persembunyiannya agar bisa melihat perempuan itu.
"Bapak aja yang makan duluan, saya masih sibuk dan gak bisa ninggalin hotel karena beberapa hari ini saya ditugaskan menjadi butler tamu VVIP."
Jawaban Sera membuat Nicho bernapas lega setelah sempat tersulut. "Denger tuh! Denger! Pergi sana!" gumamnya kembali dengan nada sewot.
"Oh, butler-nya si artis songong itu, ya? Saya dengar-dengar ... dia banyak permintaan yang gak masuk akal? Apa perlu saya rekomendasiin orang lain aja buat gantiin kamu?"
Mendengar dirinya disinggung, membuat mata Nicho semakin terbelalak. Kata-kata umpatan pun lantas meluncur dari bibirnya. "Anjriitt bener nih kadal birahii!"
"Gak perlu, Pak. Sejauh ini semua bisa saya atasi sendiri. Saya permisi dulu, ya, Pak," ucap Sera yang kemudian pergi meninggalkan pria itu.
Jawaban Sera kembali membuatnya tenang. Sesaat setelah Sera pergi, pria tadi memutuskan keluar dari ruangan. Nicho buru-buru memasang kacamatanya sambil bersandar di dinding. Tepat saat pria itu lewat, dengan sengaja ia mengulurkan sebelah kakinya ke depan hingga membuat kaki pria itu tersangkut dan jatuh terjungkal ke lantai.
Saat pria itu menoleh ke arahnya, dengan santai ia menurunkan sedikit kacamatanya sambil berkata, "Ups, sorry!"
****
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, Nicho mengunjungi beberapa apartemen yang akan dipilihnya sebagai hunian baru. Setelah mencari lewat aplikasi, ia pun melakukan survei langsung untuk melihat kondisi dan memastikan apakah apartemen tersebut benar-benar cocok untuknya.
"Saya pilih ini! Siap saja semuanya, besok akan langsung saya bayar!" ucap Nicho sambil duduk bersandar di sofa putih.
"Oke, kalo gitu kami akan segera mengurus perjanjian sewanya."
Tak tanggung-tanggung, ia berencana menyewa apartemen jenis penthouse dengan fasilitas eksklusif dan kemewahan yang elegan di setiap sisi ruangannya. Pikirnya, ia masih bisa mengandalkan total keseluruhan keuntungan yang telah didapatkan lewat aplikasi untuk menunjang hidupnya ke depan.
Setelah selesai melihat calon hunian barunya, Nicho memutuskan untuk pulang. Menaiki lift, Nicho langsung menekan tombol dasar dan berdiri di sudut sambil bersedekap dengan tenang. Lift mendadak terbuka di lantai selanjutnya. Di waktu yang bersamaan, seorang berdiri di depan pintu dan bergegas masuk. Pada saat itu juga, Nicho dan perempuan itu sama-sama terkejut.
.
.
.
Like dan komeng
semoga duit kembali nyamperin lu Ampe kantong lu muntah" wkkk
aamiiinnn kali aja rezeki mu emang ga jauh jauh dari sosial media.
maklum sih kalau lu ga pernah buka akun mu lagi. kek membuka luka lama. dengan ngeliat unggahan temen" pasti perasaan serasa tersayat sayat. jadi teringat akan masa masa gemilang lu dulu. manis namun masa lalu. ada yang harus diperjuangkan untuk saat ini. fokus akan impian yg ada di depan mata. meski tidak mudah yg penting pantang nyerah.
hebat juga Nicho ya type orang yang ga pernah lupa siapa yg menemani nya sedari dulu. type setia Dong ya. atau emang selama ini cewek2 nya yang pergi ninggalin dia.
apalagi kalau dapet Sera keknya setia sampai mati oppssstttt
sayangnya Sera belum ada rasa sama lu Nich. hatinya udah terlanjur mati untuk cinta cintaan. dalem bed ya yg Sera omongin. jangan lakukan apapun demi aku jika ada yg diharapkan darinya. namanya juga cinta Sera. ngebahagiain orang yg dicinta keknya bakalan dilakukan siapa aja bukan aja Nicho.
congrats ya cup dah jadi manajer Nicho. cucok meong dah. ada bakat juga kog. pikirannya penuh ide cemerlang. sekarang Ucup dulu. di masa mendatang semoga Sera yg jadi manajer Nicho. bukan hanya kerjaan tapi kehidupannya juga.
matsuya up nya Kak Yu 💖💖💖